Sukses

Danareksa Investment Management Hadirkan Solusi Investasi Berkelanjutan Lewat Pendekatan ESG

Selain itu, kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah mendisrupsi pasokan energi dan pangan ke berbagai negara. Akan tetapi, situasi di atas tidak secara signifikan melemahkan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - PT Danareksa Investment Management (DIM), menggekar acara Investor Gathering dengan tema “ESG Investing: Building Sustainable Resilient Portfolio.” Acara ini diselenggarakan untuk memberikan update dan insight bagi para investor untuk mengoptimalkan berinvestasi secara berkelanjutan atau ESG, melalui Reksa Dana Indeks MSCI Indonesia ESG Screened.

Direktur Sales & Marketing PT Danareksa Investment Management Upik Susiyawati menjelaskan, acara ini dilaksanakan sebagai bentuk komitmen Danareksa untuk dalam memberikan insight dan mendukung investasi secara ESG atau investasi yang berfokus pada lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang semakin populer di kalangan investor global.

“Tentunya kami juga ingin memberikan apresiasi tertinggi kepada seluruh investor yang telah berkomitmen untuk mendukung investasi secara berkelanjutan. Hal ini menunjukan semakin tingginya perhatian investor terhadap dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan serta meningkatnya kesadaran akan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik untuk berbisnis secara keberlanjutan,” jelas Upik Susiyawati, dalam keterangan tertulis, Jumat (24/3/2023).

Adapun acara Investor Gathering kali ini dihadiri oleh berbagai ahli di bidangnya, diantaranya yaitu Anton Hendranata, Chief Economist BRI.

Tahun Penuh Tantangan

Dalam pemaparannya, ia menyampaikan bahwa tahun 2022 telah menjadi tahun yang penuh tantangan bagi pasar keuangan dan investasi global maupun domestik. Meskipun pandemi Covid-19 telah mereda, hal tersebut telah menyebabkan gangguan terhadap perekonomian dan bisnis, serta menimbulkan ketidakpastian yang signifikan di pasar keuangan dan investasi.

Selain itu kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara, termasuk Indonesia, dan tingginya inflasi menyebabkan ketidakpastian di pasar saham, meningkatkan imbal hasil obligasi, dan melemahkan berbagai nilai tukar terhadap dolar AS.

Selain itu, kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah mendisrupsi pasokan energi dan pangan ke berbagai negara. Akan tetapi, situasi di atas tidak secara signifikan melemahkan Indonesia.

“Ketidakpastian ekonomi dunia masih tinggi, hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan Ekonomi IMF dan World Bank yang berlawanan arah. Namun dari dalam negeri, Rupiah masih resilient di tengah berbagai tantangan global yang didukung oleh pasar valas domestic yang masih cukup baik serta di dorong oleh transaksi spot dan swap yang tinggi,” ujar Anton.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Investasi ESG

Selain itu, dari sisi perubahan iklim dan lingkungan ia menyampaikan bahwa perubahan iklim yang semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir dan peningkatan emisi CO2 yang naik secara signifikan menjadi tantangan bagi perekonomian, termasuk di Indonesia.

“Aspek lingkungan menjadi concern utama investor dalam melakukan investasi ESG hingga tahun 2025, salah satunya yaitu akibat perubahan iklim semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir dan emisi CO2 yang semakin meningkat, menjadi tantangan bagi perekonomian, sehingga diperlukan transformasi hijau dalam proses produksi pada sektor manufaktur Indonesia,” lanjutnya.

Senada dengan Anton Hendranata, Chief Investment Officer (CIO) DIM, Herman Tjahjadi, mengatakan bahwa pada bulan Maret 2023 ini, pasar saham global sedang dilanda ketidakpastian yang tinggi setelah krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat dan Credit Suisse di Eropa.

Namun perekonomian di Indonesia tetap baik dan terjaga seperti yang tercermin dari:

  1. APBN Indonesia yang menorehkan surplus +0.6% dari PDB sebesar IDR 131.8 triliun di Feb 2023,
  2. Neraca perdagangan mencatat surplus USD 5.5 miliar di Feb 2023,
  3. Cadangan devisa naik sebesar USD 0.9 miliar menjadi USD 140.3 miliar pada Feb 2023, dan
  4. Data inflasi inti yang melambat ke +0.13% MoM/+3.09% YoY di Feb 2023 (versus +0.33% MoM/+3.27% YoY di Jan 2023.

 

3 dari 3 halaman

Akumulasi Saham Kualitas Tinggi

Semua hal diatas tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor global yang sedang mencari safe heaven investment opportunity di tengah ancaman resesi di negara-negara belahan utara.

Dengan terkoreksinya IHSG ke sekitar level 6,500-6,600, ini menjadi kesempatan berharga untuk mengakumulasi saham-saham domestik berkualitas tinggi berdasarkan kriteria ESG, yang sangat menekankan investasi yang sustainable, resilient, dan berkelanjutan untuk jangka panjang.

Adapun acara dihadiri oleh Anton Hendranata selaku Chief Economist of BRI, Yunarto Wijaya selaku Direktur Utama Charta Politika, Jessica Yupano, Client Coverage at MSCI Inc, dan Herman Tjahjadi, Chief Investment Officer (CIO) of PT Danareksa Investment Management. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.