Sukses

Gerindra Pastikan Koalisi dengan PKB Baik-baik Saja meski Muncul Wacana Duet Prabowo-Ganjar

Partai Gerindra membantah hubungan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merenggang seiring dengan munculnya wacana duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Menurut Dasco, apa yang terlihat di publik berbeda dengan kenyataan.

Liputan6.com, Jakarta - Partai Gerindra membantah hubungan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merenggang seiring dengan munculnya wacana duet Prabowo-Ganjar. Menurut Dasco, apa yang terlihat di publik berbeda dengan kenyataan.

"Loh, yang ada kan itu di media yang menyatakan soal itu. Kita enggak ada masalah apa-apa dengan PKB," ujar Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (20/3/2023).

Dasco tidak melihat pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri membahas duet Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto-Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dasco mengatakan pertemuan tersebut merupakan hal lumrah yang dilakukan oleh internal PDIP.

"Saya pikir pertemuan pimpinan parpol, Bu Mega dan Pak Jokowi menurut saya adalah lumrah dilakukan di internal partai," kata Dasco.

"Saya tidak mau komen lebih jauh karena pertemuan itu. Saya anggap adalah hal yang wajar dan biasa seperti Pak Prabowo, misalnya, bertemu dengan beberapa petinggi partai dan juga kadang-kadang dilakukan secara mendadak atau cuma empat mata," Dasco menambahkan.

Sebelumnya, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar menegaskan, jika Prabowo Subianto memilih Ganjar Pranowo sebagai cawapres maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) bakal bubar. Sehingga, menurut Cak Imin, koalisi Gerindra-PKB tidak berlanjut.

"Ya berarti koalisinya bubar dong (kalau Prabowo milih Ganjar)," kata Cak Imin di Kantor DPP PKB, Jakarta, Kamis (16/3/2023).

Meski begitu, sampai saat ini Cak Imin belum mendengar adanya partai politik yang menginginkan duet Prabowo-Ganjar. PKB juga tidak tertarik mengusung pasangan itu.

"Sampai hari ini saya belum mendengar satu partai pun yang mengusung itu dan PKB tidak tertarik mengusung itu," kata Dasco.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prabowo dan Ganjar Makin Mesra Pukulan Telak untuk Cak Imin

Sebelumnya, wacana duet Prabowo dengan Ganjar kembali mencuat usai kemesraan mereka berdua terekam saat menemani Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Jawa Tengah.

Jokowi dan Prabowo terlihat memakai kemeja berwarna putih. Sedangkan Ganjar memakai seragam dinas gubernur berwarna cokelat.

Sesekali mereka terlihat berbicara serius. Kemudian, suasana menjadi cair penuh tawa saat berfoto dengan para petani di sawah.

Jokowi tampak memegang ponsel, kemudian bergantian dengan Ganjar. Raut wajah para petani pun senang berfoto bersama mereka.

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (IndoStrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, wacana koalisi besar Prabowo-Ganjar yang dimunculkan oleh Jokowi dalam acara panen raya di Kebumen pekan lalu, menjadi pukulan telak bagi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Oleh karena itu, Umam menyebut wajar apabila Cak Imin menyatakan sikap tegasnya, jika skema Prabowo-Ganjar kian matang, maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang telah disemai Gerindra-PKB akan bubar.

"Skema Prabowo-Ganjar yang diasumsikan didukung oleh PDIP dan Gerindra, secara tidak langsung akan kembali menegasikan kontribusi Partai Islam," kata Umam kepada Liputan6.com, Jumat (17/3/2023).

"Secara tidak langsung, gabungan PDIP dan Gerindra meneguhkan dominasi kekuatan politik nasionalis dan memaksa partai-partai Islam menjadi "makmum", pengikut, atau sekadar penggembira dalam koalisi politik pencapresan," lanjut Umam.

Dalam konteks yang lebih spesifik, kata Umam, suara pemilih Nahdliyyin hanya dijadikan sebagai rebutan saja, sedangkan mesin politik Nahdliyyin seolah tidak diberikan peran memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional.

"Dalam konteks ini, PKB yang merupakan partai berbasis Ormas Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019 lalu, sekitar 10 persen, seolah akan "dipaksa" untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu, untuk mengalah dan mundur menjadi kontestasi Pilpres," ujar Umam.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.