Sukses

Bantu Korban Gempa, Tim Inasar Tiba di Turki

Tim Indonesia Search and Rescue (Inasar) yang membawa bantuan kemanusiaan untuk korban bencana gempa Turki telah tiba di Adana, Turki pada Minggu (12/2/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Tim Indonesia Search and Rescue (Inasar) yang membawa bantuan kemanusiaan untuk korban bencana gempa Turki telah tiba di Adana, Turki pada Minggu (12/2/2023). Tim tiba pukul 09.50 waktu setempat.

Setibanya di Turki, tim Inasar disambut oleh dua petugas yang berada di Posko Reception and Departure (RDC) Bandara Adana. Tim Inasar juga bertemu duta besar yang ada di Aksoy sebelum bertolak ke Hatay.

"Setelah mendapatkan briefing dari duta besar di Aksoy Hotel Adana, tim bergerak menuju Hatay," demikian berdasarkan keterangan resmi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), dikutip Minggu (12/2/2023).

Melalui Basarnas, Indonesia mengirim tim Inasar yang berjumlah 47 orang ke Turki. Mereka diberangkatkan dari Bandara Halim Perdana Kusuma pada Sabtu 11 Februari 2023.

Tim Inasar ini membawa misi kemanusiaan, di mana tim Inasar akan membantu operasi pencarian dan pertolongan atau search and rescue (SAR) di sana.

Mereka membawa misi kemanusiaan, membantu urban SAR korban bencana gempa dengan magnitude 7,8 yang mengguncang negara Distrik Pazarcik Provinsi Kahramanras pada hari Senin 6 Februari 2023.

Gempa juga berdampak di sejumlah provinsi lainnya di Turki yaitu Matalya, Hatay, Adiyaman. Osmaniye, Diyarbakir, Sanliurfa, Gaziantep, Kilis, dan Adana.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Update Korban Gempa Turki: 28 Ribu Orang Tewas

Korban tewas akibat bencana gempa bumi di Turki terus meningkat hingga mendekati 30 ribu korban jiwa. Berdasarkan laporan AP News, Minggu (12/2/2023), korban jiwa akibat gempa Turki sudah tembus 28 ribu orang.

Pencarian korban masih terus berlanjut dan regu penolong dari berbagai negara sudah tiba di Turki, termasuk dari Jerman dan Korea Selatan.

Seorang anak bayi berusia tujuh bulan juga berhasil ditolong oleh regu penolong. Media Turki NTV bahkan melaporkan ada bayi laki-laki bernama Hamza yang ditemukan selamat di Antakya meski tertimbun selama 140 jam.

Ada juga wanita muda berusia 20 tahun bernama Melisa Ulku yang ditolong dari reruntuhan setelah 132 jam terjebak. Polisi di Kahramanmaras sempat meminta masyarakat tidak bersorak atau bertepuk tangan agar tidak mengganggu kinerja para tim di lapangan.

Pakar menyebut bahwa survivor bisa selamat hingga sepekan atau lebih. Namun, harapan semakin memudar. Tim penyelamat menggunakan kamera thermal untuk mendeteksi para korban yang tertimbun tetapi tak kuat lagi berteriak tolong.

Gempa ini terutama berdampak di daerah Gaziantep dan Kahramanmaras. Pusat gempa juga tak jauh dari kota Aleppo di Suriah yang juga terdampak parah.

Bangunan-bangunan yang runtuh juga dilaporkan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal mereka. 

Tak semua penyelamatan berakhir bahagia. Seorang perempuan bernama Zeynep Kahraman meninggal di rumah sakit setelah upaya evakuasi yang dilakukan tim penyelamat Jerman selama 50 jam.

"Penting agar keluarga bisa mengucapkan selamat tinggal, agar mereka bisa melihat satu sama lain sekali lagi, agar mereka bisa memeluk satu sama lain lagi," ujar salah satu anggota tim penyelamat Jerman kepada media TV negaranya.

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan telah mengakui bahwa kerusakan infrastruktur menyulitkan respons pertolongan. Ia turut berkata gempa yang terjadi pada 6 Februari 2023 itu adalah yang terparah abad ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.