Sukses

Banjir Bandang dan Longsor di Pamijahan Bogor Tewaskan 1 Orang, 1 Hilang

Banjir bandang di Pamijahan, Bogor dipicu oleh tanah longsor saat diguyur hujan lebat. Dalam waktu bersamaan, aliran Sungai Cianten mengalir sangat deras.

Liputan6.com, Jakarta Banjir bandang dan longsor menerjang pemukiman warga di Kampung Muara, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu malam, 22 Juni kemarin. Akibat bencana alam ini satu orang meninggal dan satu lainnya dinyatakan hilang.

Korban meninggal seorang ibu atas nama Aam (42). Saat ditemukan, jasad tersebut ditemukan di bawah puing bangunan yang bercampur lumpur di rumahnya sekitar pukul 07.00 WIB.

"Aam ditemukan sudah meninggal dunia terkubur lumpur dan puing rumahnya yang hancur diterjang banjir bandang," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Aris Nurjatmiko.

Sementara, seorang balita dan ibunya sempat terseret derasnya air yang bercampur lumpur. Namun, nyawa ibu dan anak itu berhasil diselamatkan warga.

"Ibu dan bayinya berhasil ditemukan selamat dan langsung dievakuasi kemudian dibawa ke puskesmas," jelas Aris. 

Sedangkan Umar, ayah dari bayi tersebut hingga Kamis sore ini belum ditemukan. Diduga korban hilang setelah sempat terseret lalu tertimbun lumpur yang cukup dalam.

"Ya satu orang atas nama Umar dinyatakan hilang," ujar Aris.

Sejak Kamis pagi hingga sore, tim SAR gabungan dibantu warga juga terus berupaya melakukan pencarian terhadap korban hilang.

Kepala Unit Polisi Pamong Praja (Pol PP) Kecamatan Pamijahan, Jul Chaidir mengungkapkan, banjir bandang dipicu oleh tanah longsor saat diguyur hujan lebat. Dalam waktu bersamaan, aliran Sungai Cianten mengalir sangat deras.

Sungai kemudian meluap sehingga terjadi banjir bandang. Air bercampur lumpur dan dahan pohon dengan cepat menyapu rumah, lahan pertanian, serta peternakan ikan milik warga yang ada di tepi sungai.

Selain banjir bandang, bencana longsor juga terjadi di beberapa titik lokasi lain di desa tersebut, seperti di Kampung Pondok Gombong, Kampung Muara, Kampung Cimanggu, Kampung Bandara Jaya, Kampung Bajakan, dan Kampung Rawa. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kampung di Leuwiliang Bogor Porak-poranda Diterjang Banjir Bandang

Banjir bandang juga menerjang Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor pada Rabu malam, 22 Juni. Bangunan seperti rumah, sarana pendidikan, hingga infrastruktur lainnya rusak disapu air bah.

Satu keluarga terdiri dari ibu, bapak, dan seorang anak di Kampung Cisarua bahkan sempat terseret banjir bandang. Namun, ketiga warga tersebut berhasil ditemukan dalam kondisi selamat setelah tersangkut material.

"Betul, korban yang hanyut saat ditemukan langsung dibawa ke puskesmas untuk diobati," ujar Kepala Desa Kepala Desa Purasari Agus Lukman, Kamis (23/6/2022).

Agus mengungkapkan, satu keluarga itu ditemukan secara terpisah, yakni di Kampung Tengah, Ciatel dan Kampung Purasari.

"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa akibat kejadian ini. Hanya satu keluarga itu mengalami luka ringan," ucap Agus.

Data sementara yang dihimpun aparatur Desa Purasari, banjir bandang merusak 30 bangunan terdiri dari rumah, dua sekolah dasar, madrasah serta satu pondok pesantren. Kerusakan itu terjadi di Kampung Cisarua, RW 05 dan 06.

3 dari 3 halaman

1.000 Kepala Keluarga Terdampak

Tak hanya bangunan, sejumlah kendaraan roda dua dan empat serta hewan ternak milik warga ikut hanyut terbawa banjir bandang. Lahan pertanian pun tak luput dari bencana alam tersebut.

"Kami masih melakukan pendataan untuk sementara ini ada sekitar 1.000 kepala keluarga di dua RW yang terdampak," bebernya.

Mad Roni, warga setempat menceritakan detik-detik bencana banjir bandang yang menerjang wilayahnya itu. Saat itu, hujan cukup deras selama kurang lebih 1 jam.

Tak lama kemudian, air Sungai Ciaul dan Cisarua tiba-tiba meluap lalu menghantam pemukiman warga serta lahan yang ada di sepanjang sempadan sungai itu.

"Saking cepetnya air meluap, enggak ada yang nyelamatin harta benda. Semua nyelamatin diri keluarga dulu," ujar Roni yang rumahnya ikut terdampak banjir bandang.

Ia menuturkan, banjir bandang yang melanda wilayahnya kali ini merupakan bencana paling parah jika dibanding musibah serupa 30 tahun silam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.