Sukses

Genjot Penurunan Prevalensi Stunting, Kominfo Sosialisasikan Genbest di Magelang

Pemerintah masih berfokus pada penurunan angka prevalensi stunting di bawah 14%.

Liputan6.com, Magelang Pemerintah masih menggenjot penurunan angka prevalensi stunting di bawah 14%. Fokus dalam penurunan tersebut demi mengejar bonus demografi yang berkualitas di tahun 2030, di mana Indonesia akan didominasi oleh usia produktif. Oleh karena itu, fokus perhatian dalam menjaga gizi dan nutrisi makanan juga akan menyasar pada generasi yang siap menikah dalam waktu dekat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Wiryanta dalam Forum Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting bertajuk Kepoin Genbest: Jaga Gizi Sejak Dini, Cegah Stunting dengan Nutrisi, di Kabupaten Magelang, Kamis (9/6).

Dikatakan Wiryanta, bonus demografi menjadi perhatian penting mengingat jika angka prevalensi stunting berhasil diturunkan maka akan tercipta generasi produktif yang berkualitas. Saat ini komposisi ataupun struktur demografi Indonesia, sebagaimana sensus penduduk tahun 2020, terbesar ada pada generasi Z yang jumlahnya mencapai 27,9 persen dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia, kemudian disusul dengan generasi milenial sebesar 25,8%. '

“Ini kekuatan yang luar biasa untuk mendukung cita-cita kita bersama menuju Indonesia emas. Masuk ke dalam jajaran negara dengan ekonomi empat besar,” tambahnya. 

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah, Widiono yang hadir sebagai narasumber dalam forum tersebut mengingatkan bahwa stunting penting untuk dicegah. Menurutnya paling tidak ada tiga dampak merugikan dari stunting. Pertama, anak dengan stunting akan lebih pendek jika dibandingkan dengan anak seusianya. Kedua, berkaitan dengan intelegensi anak, yaitu jumlah sel otak anak stunting lebih sedikit jika dibandingkan dengan anak tidak stunting.

“Ini merugikan karena jumlah sel otak lebih sedikit, cara berpikirnya tentunya lebih lambat,” jelas Widiono.

Ketiga, adalah kerugian yang paling berbahaya yaitu anak stunting ketika dewasa lebih cepat terkena penyakit degeneratif seperti diabetes dan hipertensi. Lebih lagi jika dilihat secara ekonomi, kualitas sumber daya manusia yang kurang akibat stunting akan berdampak pada etos kerja, kinerja, hingga produktivitas yang rendah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pentingnya Gizi Seimbang

Dari sisi gizi, Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA) Rita Ramayulis yang turut menjadi narasumber mengatakan bahwa pemenuhan nutrisi tidak lagi cukup hanya dengan 4 sehat 5 sempurna, tetapi disesuaikan porsinya melalui gizi seimbang. Ia juga menjelaskan bahwa makanan bergizi tidak harus mahal, hanya saja perlu diperhatikan padu padan makanan dalam porsi yang tepat. 

“Daya saing yang tinggi membutuhkan kecerdasan yang lebih tinggi juga. Maka ada gizi seimbang. Gizi seimbang tidak hanya tentang jenis bahwa kita harus makan aneka ragam tapi juga ada jumlah,” jelas Rita.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat). Kegiatan itu merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.