Sukses

24 Tahun ATVI, Mencetak SDM Unggul di Balik Layar Kaca

Pada 2014, Yayasan Indosiar memutuskan mengganti nama Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi (ATKI) menjadi Akademi Televisi Indonesia (Indonesian Television Academy) atau ATVI.

Liputan6.com, Jakarta - Pada 1998 silam, pertama kali berdirinya Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi (ATKI) atau Communication Technology and Information Academy yang diprakarsai oleh Yayasan Indosiar.

Kala itu, sebagai akademi vokasi, tujuan ATKI adalah mengisi kekurangan tenaga-tenaga teknis pertelevisian, khususnya dalam bidang produksi materi siaran televisi.

Pada masa itu, pasokan materi siaran televisi di luar berita dan current affairs, sangat bergantung pada kemampuan production houses yang jumlahnya terbatas, sedangkan jumlah stasiun televisi swasta di luar news television mencapai 8 stasiun.

Kemudian, fokus pendidikan ATKI adalah menyiapkan tenaga siap pakai dalam bidang produksi materi siaran televisi. Adapun keterampilan (skill) yang diutamakan adalah director, cameraman, lightingman, audioman, scriptwriter, dan editor.

Para tenaga pengajar adalah praktisi profesional produksi siaran televisi dan stasiun televisi Indosiar, baik yang memiliki latar belakang akademis, maupun profesional yang telah mengabdi dan bekerja dengan keahlian masing-masing sejak Indosiar berdiri.

Fasilitas belajar maupun praktikum didukung oleh ketersediaan studio (6 studio produksi) dan peralatan canggih (state of the art equipments) yang ada di stasiun televisi Indosiar.

Salah satu hal yang menarik dari program Pendidikan vokasi di ATKI adalah sifat kependidikannya yang inklusif, artinya terbuka bagi publik yang berminat.

Selain itu, keunikan yang lain adalah belajar di bawah asuhan staf pengajar profesional dan kesempatan praktikum di stasiun televisi komersial, sehingga atmosfer cara kerja di stasiun televisi komersial sudah dirasakan saat mahasiswa menjalani masa studinya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berganti Nama

Berdasarkan ketetapan pemerintah, lulusan akademi vokasi ATKI akan memperoleh gelar Ahli Madya (Associate Degree) setelah menyelsaikan 6 semester masa belajar.

Selama menyandang nama ATKI, akademi ini telah menghasilkan 1442 alumni yang bekerja di pelbagai stasiun televisi komersial, stasiun televisi daerah, stasiun televisi berbayar, media online maupun production houses.

Pada 2014, Yayasan Indosiar memutuskan mengganti nama Akademi menjadi Akademi Televisi Indonesia (Indonesian Television Academy) atau ATVI.

Alasan utama dari penggantian nama tersebut adalah fokus studi memang pada produksi siaran televisi. Sedangkan pada nama lama, ATKI mengesankan bahwa fokusnya pada teknologi informasi yang jauh lebih luas daripada sekadar bidang pertelevisian.

Bersamaan dengan itu, tagline baru diperkenalkan, yakni the real broadcast campus. Hal ini dilakukan karena dengan berkembangnya institusi pendidikan penyiaran di Indonesia, hanya ATVI yang memiliki fasilitas pendidikan yang ideal, yakni afiliasi dengan stasiun televisi komersial, tenaga pengajar profesional dan atmosfer pendidikan yang skillful dan memiliki attitude kerja keras.

Pada 2015, ATVI mengembangkan konsentrasi studi TV Journalism, mengingat kebutuhan pasar akan kehadiran profesional dalam bidang jurnalisme televisi yang selama ini cenderung didominasi oleh profesional bidang journalism (print-media).

Padahal, dari sisi tuntutan pekerjaan, banyak hal yang berbeda antara print media journalism dengan television journalism.

 

3 dari 4 halaman

Teknologi Terus Berkembang

Perkembangan teknologi komunikasi dalam bidang penyiaran yang sangat pesat, terutama semakin berperannya teknologi media digital, mengharuskan pelbagai platform non-digital harus menyesuaikan-penyesuaian.

Media elektronik, dalam hal ini televisi siaran terestrial semakin digerus perannya oleh media online maupun pelbagai platform media digital.

Jumlah pemirsa televisi harus berbagi dengan pemirsa di platform media digital, iklan yang dihabiskan di televisi terestrial mulai dialihkan ke platform media sosial, perebutan pasar iklan menjadi semakin ketat, akibatnya televisi harus mengubah model bisnisnya, mengikuti perkembangan teknologi dan zaman.

Mengatasi realitas perubahan ini, ATVI, akan memfokuskan perhatian pada ketrampilan para mahasiswa dalam proses kreatif, ketrampilan berproduksi dan attitude untuk selalu berpikir menghasilkan produk broadcast yang sesuai.

Bagaimanapun juga, teknologi (media) memang berubah, namun content dan produksi konten itulah yang menentukan keunggulan dalam positioning dan persaingan.

Namun demikian, dengan dasar pengajaran pada dogma produksi yaitu praproduksi, produksi dan pascaproduksi, ATVI sudah sejak awal memberikan keterampilan yang bisa digunakan seiring perkembangan media digital dan platform media lain berbasis internet.

 

4 dari 4 halaman

Lulusannya Jadi Sarjana

Selain itu, mengingat rekrutmen tenaga kerja dalam bidang digital media mensyaratkan lulusan perguruan tinggi (university graduaters), ATVI akan menyesuaikan jenjang pendidikan lulusannya ke arah pendidikan level sarjana (bachelor degree in applied science).

Masa studi di ATVI akan bertambah dua semester menjadi 8 semester dengan dukungan kurikulum yang memberikan penekanan pada ketrampilan memanfaatkan media digital.

Saat ini, ATVI tengah mengalami proses perubahan status akademi vokasi yang menghasilkan lulusan dengan kualifikasi Associate Degree menjadi institusi pendidikan vokasi yang menghasilkan lulusan dengan kualifikasi sarjana (Bachelor Degree).

Dalam menyongsong status baru sebagai institusi pendidikan vokasi yang menghasilkan alumni dengan status bachelor degree, kampus ini tengah membangun gedung baru, yang lebih representatif, sekaligus mencerminkan sikap tanggap (responsive) terhadap perkembangan teknologi komunikasi.

Kerjasama antara institusi pendidikan ini, dengan seluruh unit bisnis yang berada di bawah EMTEK Group, seperti Indosiar, SCTV (major network), Video.com, Liputan6.com (leading digital platform in news and entertainment), Bukalapak (e-commerce/online shopping), dan Sinemart maupun IEP (leading production houses), menggambarkan bagaimana kampus ini telah lama menjalankan konsep link and match dalam proses pendidikannya.

ATVI percaya, bahwa teknologi komunikasi hanya akan bermanfaat, bila produk komunikasi diisi dengan pesan-pesan yang mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, institusi pendidikan ini akan memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.