Sukses

3 Daerah Ini Lakukan Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi Covid-19

Salah satu daerah yang sudah melakukan sekolah dengan pembelajaran tatap muka adalah Kabupaten Batu Bara di Sumatera Utara.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi virus corona Covid-19 berdampak ke banyak sektor, tak terkecuali pendidikan. Di Indonesia, sekolah-sekolah mengubah kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan tatap muka, menjadi jarak jauh secara online atau daring untuk mencegah penyebaran virus.

Meski begitu, ada beberapa wilayah yang angka kasus Covid-19 mulai menurun. Daerah yang dikategorikan sebagai zona hijau dan kuning dari penyebaran Covid-19 pun dapat melaksanakan pembelajaran langsung dengan metode tatap muka.

Hal tersebut juga seperti disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.

Salah satu daerah yang sudah melakukan pembelajaran tatap muka adalah Kabupaten Batu Bara di Sumatera Utara.

Menurut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batu Bara, dari 354 sekolah yang ada di kabupaten ini, 162 sekolah melaksanakan metode belajar tatap muka.

Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Kabupaten Batu Bara, Ilyas Sitorus mengatakan, 162 sekolah yang melaksanakan metode belajar tatap muka terdiri dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Metode (belajar tatap muka) tersebut dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan ketat," kata Ilyas, Senin, 2 November 2020.

Selain itu, ada pula Kabupaten Boalemo di Provinsi Gorontalo yang sudah berhasil keluar dari zona merah Covid-19 hingga bisa melakukan pembelajaran tatap muka.

Berikut sekolah-sekolah di daerah yang sudah melakukan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Corona Covid-19 dihimpun Liputan6.com:

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sidoarjo

Akses internet sulit dan letak sekolah yang jauh membuat dua sekolah di Sidoarjo, Jawa Timur masing-masing SDN Gebang 2 dan SDN Sawohan 2, tetap menerapkan pembelajaran tatap muka. Hal itu juga berdasarkan keputusan hasil musyawarah.

Kepala Sekolah SDN Gebang 2 Sidoarjo Haryono menuturkan, di sekolahnya jumlah guru yang mengajar ada empat orang dengan jumlah siswa sebanyak 27 anak.

"Belajar tatap muka di masa pandemi Covid-19 ini atas dasar keputusan hasil musyawarah. Jumlah siswa juga tidak banyak, satu kelas hanya terisi rata-rata lima siswa," ujar dia saat menerima rombongan Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono ke sekolah itu, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 20 Oktober 2020.

Ia menuturkan, di SDN Gebang 2 Sidoarjo ada enam ruang kelas yang terbagi dua gedung. Gedung pertama berdinding dan lantai keramik, gedung satunya mulai dari lantai hingga dindingnya dari kayu.

"Ada tiga permintaan dari para guru dan masyarakat dusun setempat, pertama renovasi ruangan sekolah, fasilitas internet dan ketiga dibangun akses jalan darat yang menghubungkan Dusun Pucukan dengan dusun lainnya, seperti ke Dusun Kalikajang dan Dusun Kepetingan," tutur dia.

Kedatangan Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono untuk memastikan penerapan protokol di sekolah berjalan dengan baik dan meminta jumlah tempat cuci tangan di setiap sekolah diperbanyak untuk menghindari siswa bergerombol Hudiyono mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh guru-guru di dua SDN tersebut. Meski di tengah masa pandemi Covid-19 masih peduli terhadap nasib anak didiknya dengan mengajar tatap muka.

"Karena penduduknya tidak ada yang terpapar Covid-19 dan kewaspadaan warganya tinggi," ujar Hudiyono.

Untuk menuju ke lokasi dua SDN tersebut harus melalui naik perahu, karena jalur darat kurang layak dan tidak bisa dilewati kendaraan biasa saat musim hujan.

Jika lewat jalur air, maka harus naik perahu sekitar 45 menit perjalanan dari kota Sidoarjo menuju kedua SDN tersebut.

Berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya di Sidoarjo, dimana para siswa di masa pandemi COVID-19 proses belajar mengajar bisa dilakukan secara dalam jaringan.

Di dua SDN ini, proses belajar dalam jaringan tidak bisa berjalan maksimal karena terkendala sinyal internet.

Rata-rata siswa juga tidak memiliki telepon genggam. Untuk mengejar kurikulum supaya tidak tertinggal, anak-anak tetap masuk sekolah seperti biasa hanya saja tidak penuh.

Di SDN Gebang 2 diberlakukan sekolah satu pekan, belajar pekan ini lalu masuk lagi pekan berikutnya. Saat belajar di rumah mengerjakan tugas yang diberikan wali kelas.

 

3 dari 4 halaman

Batu Bara

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batu Bara di Sumatera Utara (Sumut) memperluas pelaksanaan metode belajar tatap muka di tengah pandemi virus Corona Covid-19 yang masih melanda.

Dari 354 sekolah yang ada di kabupaten ini, tercatat 162 sekolah melaksanakan metode belajar tatap muka.

Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Kabupaten Batu Bara, Ilyas Sitorus mengatakan, 162 sekolah yang melaksanakan metode belajar tatap muka terdiri dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Metode (belajar tatap muka) tersebut dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan ketat," kata Ilyas, Senin, 2 November 2020.

Dijelaskannya, para guru dan penjaga sekolah yang melaksanakan metode belajar tatap muka harus menjalani Rapid Test. Biayanya ditanggung penuh oleh Pemkab Batu Bara melalui Dinas Kesehatan.

"Rapid Test diperuntukan bagi guru, penjaga sekolah, dan keluarganya. Yang melakukan Rapid Test adalah Gugus Tugas melalui Dinas Kesehatan," ucap Ilyas.

Diungkapkan Ilyas, metode belajar tatap muka bisa dilakukan setelah orang tua siswa memberikan izin. Jika tidak, siswa tetap harus belajar daring dan luring. Para guru juga tetap harus mengunjungi para siswa.

Dalam pelaksanaan metode belajar tatap muka, sejumlah pembatasan dilakukan. Seluruh siswa diwajibkan selalu mencuci tangan selama di sekolah, dan harus mengenakan masker serta face shield.

"Siswa dibagi beberapa jadwal belajar. Masing-masing kelompok belajar, waktunya 2 jam untuk belajar di kelas," Ilyas mengungkapkan.

Salah satu sekolah yang melaksanakan metode belajar tatap muka di tengah pandemi Covid-19 adalah Sekolah Dasar Negeri 010185 Batu Bara. Sebagian siswa tampak hadir langsung di sekolah tersebut.

Kepala SD Negeri 010185 Batu Bara, Rahayu mengungkapkan, orang tua siswa umumnya memberi izin anaknya untuk mengikuti proses belajar mengajar tatap muka. Para orang tua telah memberikan izin dan menandatangani surat persetujuan disertai materai.

"Sekitar 95 persen (orang tua) berikan izin. Ada 5 persen yang tidak memberi izin, karena ada anaknya yang sakit, jadi tidak diizinkan," jelaS Rahayu.

 

4 dari 4 halaman

Boalemo

Kabupaten Boalemo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo yang berhasil keluar dari zona merah Covid-19. Karenanya, Boalemo mulai mengaktifkan kembali sistem belajar tatap muka di sekolah.

Pantauan Liputan6.com, semua sekolah dasar (SD) se-Kabupaten ini mulai menjalani aktivitas belajar tatap muka seperti sedia kala. Meski begitu, pihak sekolah tetap memprioritaskan penerapan protokol kesehatan.

"Daerah Zona Hijau tidak menjadi jaminan bahwa Corona sudah tidak ada, akan tetapi kita harus waspada," kata Kepala Sekolah SDN Tilamuta Sofyan Utiarahman kepada Liputan6.com

Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dipatuhi oleh siswa saat memasuki lingkungan sekolah, terutama harus memakai masker dan sebelum masuk kelas juga mencuci tangan.

Selain itu satu persatu siswa melakukan pengecekan suhu badan. Jika ada siswa yang suhu badannya tinggi, maka ia akan langsung dipulangkan dan tak mengikuti belajar tatap muka.

"Protokol Kesehatan adalah prioritas kami, saat dalam kelas tempat duduk mereka juga diberi jarak," ujar Sofyan.

Tidak hanya itu, kata Sofyan, pihaknya juga membuat strategi tersendiri pada tahap proses belajar. Ia kemudian membagi dua kelompok siswa agar di sekolah tidak terjadi kerumunan.

"Saya bagi mereka dua kelompok dan diberi jadwal. Misalkan hari ini kelompok satu, besoknya lagi kelompok berikutnya," ungkap dia.

"Namun saat kelompok lain saat tidak masuk, mereka tetap kami ajarkan dengan cara daring. Jadi tidak ada kata libur," ucap Sofyan.

Sementara salah satu siswa, Riska mengaku, akibat pandemi ini sebagian pelajaran mulai dilupakan. Sebab menurutnya akibat pandemi, mereka merasakan libur terpanjang membuat sebagian dari mereka tidak ingat pelajaran.

"Kalau belajar daring tidak maksimal, mendingan kami memilih belajar di sekolah, bisa ketemu teman-teman dan belajarnya enak," ucap Riska.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.