Sukses

Penjelasan Ahli tentang Klorokuin, Obat Malaria Penangkal Covid 19

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berencana mendatangkan Klorokuin atau obat anti malaria yang dipercaya dapat menangani penyakit yang ditimbulkan Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi berencana mendatangkan Klorokuin atau obat anti malaria yang dipercaya dapat menangani penyakit yang ditimbulkan Covid-19.

Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati menyebutkan, bahwa beberapa negara, termasuk di China telah menggunakan Klorokuin sebagai obat untuk penanganan Covid-19. Ia menjelaskan, obat ini juga pernah digunakan kala dunia di tengah merebak virus SARS beberap tahun silam.

"Nah penelitian-penelitian tentang itu sudah dilakukan secara in vitro (menggunakan sel), Itu memang bisa dia menghambat masuknya virus ke dalam reseptor sel," kata Zullies saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (22/3/2020).

Zullies menerangkan mekanisme kerja Klorokuin tersebut. Menurut dia penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa obat anti malaria ini bisa menutup reseptor sel sehingga menghambat virus masuk. Zullies menganalogikan reseptor sel itu sebagai gerbang masuk ke dalam sel.

Kendati pengujiannya terhadap virus SARS, namun Covid-19 dan SARS menurut Zullies masih jenis yang sama Coronavirus.

"Selain itu, dengan sifat basanya (pH) itu, Klorokuin juga menyebabkan suasana basa di dalam sel itu. Sehingga itu akan mencegah replikasi dari sel (virus)," terangnya.

Sifat basa, lanjut Zullies mengakibatkan sel virus sulit untuk menggandakan diri. Dan ini bisa menekan jumlah virus Covid-19 di dalam tubuh.

Menurut Zullies, virus itu membutuhkan sifat asam untuk mereka menggandakan diri. Jadi dengan sifat basa yang ditimbulkan Klorokuin membuat virus itu akhirnya kesulitan untuk bereplikasi.

"(Evektivitasnya) sudah (teruji) karena kemarin sudah dipakai di Wuhan itu dan ternyata cukup efektif gitu," ungkapnya.

Zullies menerangkan, obat ini juga kerap digunakan untuk mereka yang menderita penyakit autoimun seperti lupus. Sifat penekanan sistem imun atau  immune suppression membuat Klorokuin digunakan terhadap pasien dengan gangguan autoimun.

Zullies juga beranggapan, kendati obat ini belum secara obat ini belum mendapat rekomendasi resmi dari organisasi kesehatan dunia, namun di tengah situasi genting seperti ini tak masalah jika obat yang secara praktikan di beberapa negara telah teruji.

"Kan memang kalau mendapatkan rekomendasi resmi harus dilakukan clinical trial (uji klinis) kemudian dilakukan pengajuan kepada FDA (badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat) untuk dialkukan approval. Karenan ini kan kondisi sedang darurat ya, penyakitnya kan baru kalau kita menunggu obat teruji klinis juga susah. Jadi kita terus terang lebih banyak pada trial and error," ungkapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangan Sembarangan

Meskipun demikian, Zullies berpesan agar masyarakat tidak menggunakan Klorokuin secara sembarangan. Mengingat obat ini merupakan obat keras yang penggunaannya mesti menggunakan resep dokter.

"Saya ingatkan itu obat dengan resep, obat keras. Jadi jangan orang-orang itu pada nimbun, pada beli-beli atau makan sendiri tanpa resep ya," pintanya.

Zullies mengatakan bahwa obat ini seharusnya digunakan pada mereka yang memang telah positif terinfeksi Covid-19. Bagi mereka yang masih seha, ia mengimbau agar cukup menjaga kesehatan dengan makan-makanan yang sehat.

"Obat itu kan harus digaungkan dengan menggunakan pertimbangan manfaat dan resiko. Kalau dilihat resikonya ada, kalau masih sehat dan bisa menjaga gitu ya sebaiknya gak usah minum obat," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.