Sukses

Kisah Korban Longsor Sukajaya Bogor Minum Air Hujan dari Daun Pisang

Longsor di Sukajaya, Bogor, Jawa Barat, menyebabkan 19 unit rumah rusak berat dan 4 warga Kampung Sinar Harapan meninggal dunia.

Liputan6.com, Bogor - Erna (38) merupakan salah satu korban selamat dari bencana alam longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang terjadi pada 1 Januari 2020 lalu.

Erna pun membagikan kesaksiannya tentang peristiwa yang menimpa dirinya dan keluarga kecilnya. Ia menceritakan, sebelum bencana longsor itu terjadi ia sedang beraktivitas seperti biasa sebagai ibu rumah tangga.

Sementara Reno (40), suaminya sedang asyik menonton televisi bersama keempat putra-putrinya, yaitu Devi Lestari (21), Erdi Naufal (14), Arya Wijaya (7), dan Tiara Aulia Putri (1,2).

Saat sedang beraktivitas di tengah hujan deras, ia mendengar dentuman diiringi suara gemuruh dari atas bukit yang terletak tepat di pinggir perkampungannya. Tak lama berselang, bukit tersebut longsor dan menimbun bangunan-bangunan yang ada di bawahnya.

Warga Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya ini sempat menyaksikan dari jendela dapur bagaimana material lumpur menyeret lalu menimbun rumah-rumah milik tetangganya.

Dengan cepat, Erna bergegas menghampiri suami dan anak-anaknya. Meski diguyur hujan, Erna bersama suaminya berlari keluar rumah sembari menggendong anak bungsunya yang masih berusia 14 bulan.

"Kami nyari jalan yang aman untuk menghindari kena longsoran," kata Erna, Minggu (5/1/2020).

Baru saja menempuh perjalanan sekitar 200 meter dari rumahnya, longsor kembali terjadi di titik lokasi lain hingga menutup akses menuju jalan utama.

Mereka kemudian berjalan mengarah ke kampung sebelah, yakni Kampung Banar. Namun lagi-lagi bukit di kampung tersebut juga diterjang longsor ditambah kondisi Sungai Cidurian meluap.

"Semua akses keluar kampung tertutup longsor. Kami lihat tetangga maupun warga kampung sebelah pada panik berhamburan kesana kemari," ungkap Erna.

Ada yang berteriak meminta pertolongan. Ada yang pasrah, ada pula yang berkumpul di depan rumahnya masing-masing sambil memanjatkan doa.

Melihat longsoran terus meluas dan semakin membahayakan terutama keselamatan anak-anaknya, Erna kemudian memutuskan memilih masuk ke hutan mencari tempat yang aman.

"Tebing itu longsor terus, lumpurnya juga bergerak terus sampai meluber ke mana-mana. Akhirnya kami lari ke hutan," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengungsi ke Rumah Orangtua

Setelah itu, mereka mencari jalan keluar dari kampung tersebut dengan menyusuri hutan dan bukit terjal. Rupanya, kondisi tanah di tengah hutan sangat licin bahkan berlumpur.

Hal ini membuat Erna dan suami beserta anak-anaknya sulit untuk melangkahkan kakinya. Situasi ini membuat suaminya terpaksa harus menggendong ketiga anaknya yang masih kecil. Di tengah perjalanan, mereka juga harus berhadapan dengan longsoran-longsoran kecil yang sewaktu-waktu bisa menimpanya.

"Setiap ada longsoran, suami membungkuk memeluk ketiga anak kami yang masih kecil sambil berlindung di balik pohon supaya tidak terkena longsoran," kata dia.

Sambil menahan haus dan lapar, mereka terus berjalan kaki menyusuri hutan dan tebing terjal agar bisa sampai ke rumah orangtuanya.

"Selama seharian kami tidak makan, minum pun kami ambil air hujan yang ada di atas daun pisang," ungkapnya.

Setelah susah payah menempuh waktu selama kurang lebih delapan jam, Erna dan suami beserta anaknya berhasil tiba di rumah mertuanya.

"Alhamdulillah, anak dan cucu-cucu saya selamat. Yang penting selamat," ujar Cucum Sumiati (57), menantu Erna.

Cucum bercerita, saat menemui mereka kondisinya sangat memprihatinkan. Wajah cucu-cucunya tampak pucat dan kedinginan setelah seharian melewati delapan kampung dalam kondisi kehujanan. Mereka juga kelaparan lantaran seharian tidak mendapat asupan makanan.

"Selama 8 jam jalan kaki. Si Tiara (cucunya paling kecil) cuma dikasih susu ASI. Apalagi anaknya yang lain, enggak makan sama sekali," ungkapnya.

Desa Harkat Jaya merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, yang ikut terdampak bencana alam tanah longsor pada Rabu, 1 Januari 2020 lalu.

Bencana alam ini menyebabkan 19 unit rumah rusak berat, empat warga Kampung Sinar Harapan meninggal dunia kempat korban tewas yakni Charly (5), Asti (45), Muhammad Hudri (24), dan Rumsah (65).

Sementara tiga orang dinyatakan hilang atas nama Amri (65), Maesaroh (25), dan Cici (10). Ketiga korban hilang masih memiliki ikatan saudara.

Hingga kini tim dari kepolisian, Basarnas, dan sejumlah relawan masih melakukan pencarian korban yang diduga hilang tertimbun longsor.

Sulitnya medan, ditambah kondisi cuaca dan tanah yang masih labil membuat tim kesulitan melakukan upaya pencarian ketiga korban.

"Pencarian terus dilakukan oleh tim. Hanya saja tanahnya masih labil dan berlumpur jadi menyulitkan petugas melakukan pencarian," terang kata Kapolsek Cigudeg, Kompol Bektiyana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.