Sukses

Dari Penjaga Hutan Sampai Pengembang Teknologi AI, Ini Dia Para Pemuda Penerima 9th SATU Indonesia Awards 2018

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, PT Astra International Tbk memberikan apresiasi kepada para generasi muda melalui Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai wadah dan pemicu generasi muda untuk mengolah karsa, cipta, dan karya yang terpadu, Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards digelar PT Astra International Tbk setiap tahunnya sekaligus dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda.

SATU Indonesia Awards merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif berkontribusi meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia. 9th SATU Indonesia Awards 2018 memberi harapan dalam memunculkan generasi muda yang potensial, kreatif, dan mampu melakukan perubahan. Berjalannya apresiasi ini sejak 2010 semakin menginspirasi banyak generasi muda untuk berkreasi dan berinovasi. Semakin tergugah dan terpelihara semangatnya untuk menjadi pemberi solusi guna menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.

Apresiasi ini diberikan kepada pemuda bangsa berusia maksimal 35 tahun atas setiap perjuangan di bidang: Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Kesehatan, Teknologi dan satu Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut. Astra memberikan bantuan dana kegiatan masing-masing senilai Rp 60 juta dan pembinaan kegiatan kepada para penerima apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018.

Animo para pemuda Indonesia mengikuti ajang penghargaan bertema positif ini pun begitu baik. Tercatat jumlah peserta pada tahun ini melonjak 84,3% dibandingkan dengan jumlah peserta pada tahun lalu, dari 3.234 pendaftar menjadi 5.961 pendaftar.

Dari 2010 hingga 2018, kini sudah terdapat 53 orang penerima apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat nasional. Selain itu, ada juga 192 anak muda penerima apresiasi tingkat provinsi yang masing-masing juga mendapatkan bantuan dana kegiatan, yakni sebesar Rp 5 juta.

Seperti apa profil penerima apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 yang telah berkontribusi memajukan bangsa? Yuk simak di sini.

1. Nordianto – Menekan Pernikahan Dini, Melahirkan Relawan

Nordianto menggagas kegiatan edukasi kesehatan terhadap remaja usia sekolah. Kegiatan yang bersifat pencegahan terhadap perkawinan usia dini dan seks sebelum menikah ini diberi nama GenRengers Educamp dan pertama kali dilakukan pada 2016. Dengan tagline "Remaja Berdaya, Remaja Berkarya" GenRengers Educamp gencar melakukan edukasi kepada remaja di pinggiran kota bahkan sampai ke desa-desa di Kalimantan Barat. Selengkapnya klik di sini.

2. Surya Dharma – Pejuang Pendidikan Wajib Belajar 12 Tahun

Sebagai seorang pengajar, kondisi tidak mengenakkan hatinya dihadapi Surya Dharma di Palu, Sulawesi Tengah tempat dia mengajar. Guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 15 Palu ini terusik melihat masih banyaknya anak-anak muda di Palu putus sekolah dan tidak bisa tuntas belajar minimal sampai lulus Sekolah Menengah Atas (Tuntas Belajar 12 Tahun).

Merasa tergugah jiwa pengajar dan tanggung jawab sosial sebagai pendidik, kelompok masyarakat ini menjadi fokus target program Tuntas Belajar 12 Tahun yang digagas Surya Dharma. Surya berusaha mengajak masyarakat untuk menuntaskan pendidikan mereka minimal setingkat Sekolah Menengah Atas. Ia dibantu Risa Rusiana, istrinya, dan para relawan dari Universitas Tadulako mengajar matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran formal lain. Selengkapnya klik di sini.

3. M. Hanif Wicaksono – Pembudidaya Tanaman Buah Langka

Lahir di Blitar Jawa Timur dan kemudian mengabdikan dirinya sebagai penyuluh Keluarga Berencana di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan membuat Mohamad Hanif Wicaksono menemukan hal-hal yang unik dan berbeda. Dari ketertarikan pada buah-buahan dan aktivitasnya keluar masuk hutan pada akhir pekan membuka cakrawala Hanif akan keberagaman flora yang ternyata merupakan indentitas Kalimantan Selatan. Selengkapnya klik di sini.

4. Franly Aprilano Oley – Si Penjaga Hutan

Perekonomian warga Merabu yang terletak di tengah kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan ini juga semakin menurun padahal berada di daerah yang memiliki potensi alam berlimpah. Hal ini membuat pemuda kelahiran Modoinding, 27 April 1989 ini tergugah. Terlebih pada saat tahun 2011 dia dipilih menjadi kepala desa untuk periode 2011-2017. Franly ingin menyejahterakan warganya dengan memaksimalkan potensi lokal yang dimiliki tanpa harus menggadaikannya menjadi sawit dan merusak keanekaragaman hayati di dalamnya.

Saat awal menjabat sebagai kepala desa, Franly bertemu dengan peneliti karst yang meneliti hutan pegunungan karst di sekeliling Merabu. Peneliti tersebut mengatakan, karst Merabu sangat baik dan masih sangat alami dan potensinya sangat baik. Di tahun yang sama pula, Franly mendapatkan sosialisasi mengenai perhutanan sosial dari Dinas Kehutanan Kaltim. Intinya, hutan lindung dapat dikelola oleh warga setempat dalam skema hutan desa. Selengkapnya klik di sini.

 5. Narman – Pembuka Cakrawala Baduy

Hukum adat yang melarang untuk mengenyam pendidikan di sekolah formal bukan menjadi satu halangan bagi Narman untuk belajar dan menguasai satu ilmu. Dengan ketekunan dan semangat belajar yang tinggi, pemuda yang tinggal di Kampung Marengo, kawasan Baduy Luar ini mampu menguasai ilmu dan skill yang bahkan para lulusan sekolah formal banyak yang tidak menguasainya. Dengan ilmu tersebut Narman bisa meningkatkan taraf ekonominya serta masyarakat sekitarnya di suku Baduy. Selengkapnya klik di sini.

6. Azza Aprisaufa – Memberdayakan Sarjana Lewat Aplikasi

Sebagian besar masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah berprofesi sebagai petani kopi Gayo. Dengan nilai kopi yang meningkat, banyak petani kopi bisa menyekolahkan anak mereka sampai lulus pascasarjana dengan biaya sendiri. Di satu sisi sangat positif namun di sisi lain, jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah tersebut tak sebanding dengan jumlah lulusannya. Sehingga meskipun masyarakat di sana sudah bersekolah tinggi namun tak bisa mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat.

Fenomena ini dihadapi langsung Azza Aprisaufa yang awalnya harus menolak banyak pelamar yang ingin bekerja di lembaga bimbingan belajar Saufa Center miliknya karena keterbatasan tempat. Azza kemudian berpikir bagaimana caranya agar para lulusan sarjana dan pasca sarjana ini mendapatkan pekerjaan dan mengaplikasikan ilmunya tanpa ia harus menyediakan tempat. Tercetuslah ide membuat aplikasi untuk pemesanan guru privat yang bisa dipesan di mana pun dan kapan pun. Selengkapnya klik di sini.

7. Meidy Fitranto & Faris Rahman (Nodeflux) – Pengembang Teknologi Artificial Intelligence

Perkembangan teknologi yang begitu pesat harus direspon dengan sigap supaya tidak ketinggalan. Tidak mau hanya menjadi penonton dan penikmat saja, dua sahabat, Meidy Fitranto dan Faris Rahman, merespon dengan mendirikan Nodeflux pada 2016. Kedua co-founder ini resah dengan tidak adanya startup lokal yang mampu memanfaatkan peluang penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam skala yang besar di Indonesia. Selengkapnya klik di sini.

Mereka tak hanya jadi sosok pemuda yang menggerakkan kemajuan bangsa, tetapi mereka adalah sosok-sosok pahlawan masa kini.

Cari tahu profil 46 sosok inspiratif SATU Indonesia Awards lainnya di website www.satu-indonesia.com atau cek di Instagram @satu_indonesia.

Informasi penerima apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 tingkat provinsi dapat di lihat di sini.

 

 

(Adv)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini