Sukses

4 Kendala Penemuan Badan Pesawat Lion Air JT 610 di Karawang

Salah satu kendala yang ditemui Tim SAR untuk menemukan badan pesawat adalah jarak pandang yang minim akibat lumpur di dasar sungai naik.

Liputan6.com, Jakarta - Evakuasi korban pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin pagi kemarin, hingga kini masih dilakukan Tim SAR gabungan.

Hingga Senin malam, 29 Oktober 2018, tercatat 24 kantong jenazah korban Lion Air JT 610 ditemukan dan diangkut ke Dermaga International Container Terminal (JICT) II Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kantong-kantong jenazah tersebut lalu diserahkan ke Rumah Sakit Polri, Jakarta Timur untuk proses identifikasi.

"Hari pertama kasus kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 sebagai berikut. Jenazah yang sudah dikirimkan ke post mortem berjumlah 24 kantong jenazah. Dari 24 kantong jenazah ini bisa jadi satu kantung lebih dari satu jenazah. Jadi kami tidak bisa menyampaikan berapa jumlah korban," kata Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Kombes Musyafak.

Sementara itu, untuk mengidentifikasi korban Lion Air JT 610, sampel data antemortem yang telah diambil mencapai 132 keluarga.

Lantas apa saja kendala yang ditemui para petugas Tim SAR saat mengevakuasi para korban Lion Air JT 610:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Lumpur

Atas instruksi Presiden Jokowi, proses evakuasi pesawat nahas dan 189 penumpang Lion Air yang menjadi korban terus dilakukan 24 jam non stop.

Penyisiran tidak hanya dilakukan di permukaan, puluhan Tim SAR juga melakukan penyelaman hingga kedalaman 35 meter di perairan Tanjung Karawang.

Saat penelusuran, para penyelam Basarnas menemui beberapa kendala. Salah satunya masalah jarak pandang yang minim akibat lumpur di dasar sungai membuat air menjadi keruh.

Kondisi ini juga mengakibatkan posisi pasti badan pesawat Lion Air tidak diketahui.

Menurut Kapolda Jawa Barat Jaya Irjen Agung Budi Maryoto, hal ini bisa disiasati dengan menurunkan peralatan canggih berupa scan sonar.

 

3 dari 5 halaman

2. Bermasalah di Pemetaan

Alat geosurvei rencananya akan didatangkan untuk memetakan puing pesawat Lion Air. Dengan alat tersebut diyakini tubuh pesawat dapat segera ditemukan.

"Kalau peralatan ada tambahan geosurvey saya yakin bisa lebih mudah, kami memang bermasalah di pemetaan," kata Kepala Bagian Humas Basarnas Suhri N Sinaga, Senin malam kemarin.

Setelah badan pesawat berhasil ditemukan, kotak hitam Lion Air diperkirakan letaknya tak jauh lokasi.

 

4 dari 5 halaman

3. Badan Lion Air Bergeser

Di hari ke-2 pencarian korban pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin, 29 Oktober kemarin, Basarnas memprediski masih banyak penumpang yang terjebak di dalam pesawat.

Direktur Operasi Basarnas, Brigjen Bambang Suryo Aji menyampaikan, kendala belum ditemukannya badan pesawat kemungkinan karena lokasinya telah bergeser dari titik pertama lion air jatuh.

Menurutnya, perpindahan ini disebabkan oleh arus bawah laut.

"Kedua, bisa saja saat last contact itu tidak tepat posisinya saat itu bisa berubah. Karena bisa saja titik itu sudah diselami tapi belum ditemukan sehingga mungkin perlu digeledah lagi untuk mengecek posisi bangkai kapal itu," sambungnya.

5 dari 5 halaman

4. Tumpahan Bahan Bakar

Tumpahan Avtur atau bahan bakar Lion Air juga diperkirakan menjadi kendala proses pencarian badan pesawat dan para korban oleh penyelam. Karena membuat jarak pandang terbatas.

Kondisi ini diperparah dengan derasnya air di dalam laut pada kedalaman 35 meter.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.