Sukses

Cerita Laut dari Teluk Ambon

Pesta Teluk Ambon digelar saban tahun. Ajang ini menegaskan bahwa tak cuma di darat kehidupan mereka tumbuh karena lautan juga memberi banyak manfaat.

Liputan6.com, Jakarta: Ada banyak cerita dari laut. Tak cuma berkisar ombak atau hamparan pasir atau pula keindahan beragam jenis ikan dan terumbu karang.

Ada banyak kisah kehidupan di laut terutama ketika segalanya menyangkut manusia. Sebuah hubungan yang juga memiliki nuansa tersendiri. Nuansa ikatan antara alam dan mahkluk hidup.

Hubungan antara laut dan manusia memang tak bisa dipisahkan, terlebih lagi-bagi mereka yang menetap di negara kepulayan semacam Indonesia. Hubungan ini menjadi ikatan alam yang kental dan tua. Jalinan kuno yang terekam menjadi jejak sejarah purba. Segala hal itu tampak jelas ketika sebuah pesta laut digelar di Teluk Ambon, yang menjadi bagian dari repihan Kepulauan Maluku.

Arumbe Manggurebe adalah perahu tradisional rakyat Maluku yang panjangnya sekitar sepuluh meter. Di teluk itu sebentar lagi lomba dayung Arumbe bakal digelar. Pertarungan di atas arus laut yang menjadi penegas bahwa tak cuma nelayan yang berhak memiliki lautan.

Sekitar 30 orang bakal bergabung mendayung dalam satu perahu. Saling bekerja sama untuk membuktikan bahwa dengan perkakas sederhana sesungguhnya laut pun bisa menjadi sahabat.

Pesta Teluk Ambon. Hajatan besar ini rutin digelar saban tahun. Sesuai namanya laut menjadi bagian utama segala jenis kegiatan. Bagi masyarakat Maluku yang memang akrab dengan laut, ajang ini kian menegaskan bahwa tak cuma di darat kehidupan mereka tumbuh karena lautan juga memberi banyak manfaat.

Ada banyak hal yang dilombakan, tapi mendayung perahu tradisional khas Maluku menyita perhatian cukup besar. Begitu juga dengan lomba renang estafet yang diikuti lebih dari 30 peserta.

Laode Wiun, mahasiswa semester tiga ini tak ingin melewatkan pesta sekadar menjadi penonton. Hobi renang yang ia geluti sejak remaja mengusiknya untuk andil dalam lomba merenangi lautan.

Bagi Laode ini pengalaman pertama dalam hidup. Ada sedikit kecemasan memang sebab kedalaman laut tentu berbeda dengan kolam yang biasa ia renangi.

Rasa takut diredam Laode dengan banyak berlatih. Ia tak ingin tenggelam. Optimisme memicunya untuk menjalani lomba tanpa kendala esok hari.

Dan ketika pagi datang hawa persaingan mulai terasa. Lomba dayung menjadi laga awal. Ada empat kelompok perahu atau arumbai yang bersiap di bibir pantai negeri Amahusu. Mereka adalah Nohas alias Nolloth dan Haruku-Sameth, Hatiwe, Lateri, dan
serdadu angkatan laut-Lantamal Ambon.

Berbeda dengan di danau atau sungai, tak mudah mendayung perahu di lautan. Riak ombak sedikit banyak bakal menyita tenaga sebelum sang juara finish di pantai Galaga.

Pada saat nyaris bersamaan lomba renang estafet juga dimulai. Ada 36 perenang yang ambil bagian. Ada marinir ada juga yang bukan serdadu.

Tapi sejujurnya tak ada urusan dengan status pekerjaan di sini. Kepiawaian berenang juga kecepatan menjadi kunci utama. Dan tak lupa nyali besar untuk selamat dari musibah tenggelam.

Dalam catatan arekologis, renang adalah aktivitas manusia dikisaran 2.000 sebelum Masehi. Dinding gua yang dikenal sebagai gua perenang di Gilf Kebir, Mesir, menjadi bukti bahwa bagian hidup manusia purba salah satunya adalah berenang.

Dan tentu saja ketika pesta Teluk Ambon menyuguhkan beragam kegiatan laut, ini tak sedang mengenang jejak masa lampau manusia pra sejarah. Sebab sederhana saja sejak dahulu hidup manusia di kepulauan selalu dilingkupi darat dan lautan.

Perahu terus didayung dan perenang mencoba menaklukan ombak. Butuh perjuangan berat untuk jadi juara. Mendayung tentu melelahkan terlebih lagi mengayuh dengan tangan melawan arus laut. Maka bukanlah aib ketika dalam lomba renang, Laode harus menyerah.

Pada akhirnya lomba dayung Arumbai dimenangi kelompok Nohas. Sedangkan raja renang Selat Poka Galaga adalah prajurit bataliyon di Ambon.

Apa pun sesungguhnya pesta ini tak sekadar mencari sang juara. Sebab misi yang lebih penting adalah mempererat tali persaudaraan di Kepulauan Maluku.(IAN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.