Sukses

Bank-bank Besar Eropa Mulai Berjatuhan

Perbankan Eropa mulai terkena dampak krisis finansial Yunani. Sejumlah bank mengumumkan prediksi kerugian yang sangat besar, dan mulai menempuh jalan pintas memPHK karyawan.

Liputan6.com, Jakarta: Perekonomian Eropa hingga saat ini belum menunjukan sebuah kondisi yang positif. Angan-angan semu yang hadir beberapa waktu lalu rupanya belum dapat terealisasi, mengingat Uni Eropa dan para pemimpin Eropa masih belum sepakat terhadap rencana kebijakan bail out terhadap krisis sektor finansial yang terjadi di Yunani.

Bola salju semakin besar, dan membuat ancaman terhadap sektor finansial Eropa semakin luas. Kini, penderitaan terhadap sektor finansial dan perbankan bukan lagi dialami oleh negara-negara yang sedang mengalami krisis, tapi juga telah merambat ke negara-negara yang masih memiliki perekonomian cukup kokoh.

Dalam beberapa hari terakhir, bank-bank di negara besar Eropa seperti Deutsche Bank di Jerman, UBS AG di Swiss dan Dexia Bank di Belgia telah mengumumkan adanya prediksi terjadinya kerugian selama kuartal ketiga tahun ini.

Raksasa Perbankan Eropa Mulai Merugi Meski tidak mengalami langsung krisis sektor finansial seperti yang terjadi pada Yunani, Portugal dan Italia, bank-bank Eropa dalam kenyataan juga secara langsung terkena imbas.

Pentingnya peran bank-bank besar Eropa dalam sektor perbankan di negara-negara krisis, membuat potensi kerugian yang dialami sangat mungkin terjadi. Apalagi diantara bank-bank besar tersebut telah bermain di sektor perbankan negara-negara krisis yang ditunjukan oleh pembangunan cabang-cabang bank hampir di seluruh negara di Eropa.

Deutsche Bank, salah satu bank terbesar di Jerman pada hari ini (5/10) merilis prediksi akan adanya penurunan profit menjadi 10 miliar euro selama kuartal ketiga. Prediksi tersebut didasari oleh adanya laporan tertahannya dana sebesar 250 juta euro akibat kredit macet yang terjadi di Yunani.

Kepastian mengenai jumlah pendapatan Deutsche Bank selama kuartal ketiga akan dilaporkan pada 25 Oktober mendatang. Namun menjelang pengumuman tersebut, pihak Deutsche Bank sendiri melalui juru bicaranya, Armin Niedermeier menyatakan bahwa upaya penanggulangan dampak kerugian yang semakin besar, perusahaan akan melakukan beberapa tahap efisiensi, yang salah satunya ialah dengan mem-PHK sebanyak 500 orang pekerja.

Para pengamat menilai bahwa langkah tersebut menandakan jika dampak krisis ekonomi yang terjadi di beberapa negara di Eropa telah akut, dan sulit diatasi dalam jangka pendek. Upaya instant seperti yang dilakukan oleh Deutsche Bank tersebut dinilai sangat logis.

Kondisi yang hampir sama juga dialami oleh UBS AG yang dalam beberapa waktu terakhir diprediksi akan mengalami lagi kerugian di kuartal ketiga ini. Periode tiga bulan terakhir merupakan saat-saat yang berat bagi bank terbesar di Swiss tersebut.

Serangan eksternal akibat dampak krisis sektor finansial di Yunani rupanya masih ditambah oleh adanya aksi fraud yang dilakukan oleh salah satu trader UBS AG, Kweku Adoboli, mendatangkan kerugian sebesar 2 miliar dollar.

Aksi pemalsuan laporan keuangan dan penipuan tersebut bahkan menyebabkan diberhentikannya Oswald Grubel sebagai CEO pada 24 September lalu, dan digantikan oleh Kaspar Villiger.

Seperti halnya Deutsche Bank, UBS AG pun juga mengambil langkah mengurangi jumlah pekerja sebagai upaya efisiensi pengeluaran. Bank tersebut sampai dengan Agustus lalu, sejak awal tahun telah mengurangi jumlah pekerja sebanyak 3.500 orang.

Dampak dari imbas krisis ekonomi di beberapa negara Eropa juga telah memberikan pengaruh kepada salah satu bank di Belgi, Dexia Bank yang menyatakan bahwa selama kuartal ketiga tahun ini pihaknya diperkirakan akan mengalami kerugian hingga sebesar 4 miliar euro, sebuah level kerugian terbesar sepanjang sejarah.

Ancaman kerugian yang diterima oleh Dexia bank mendatangkan kekhawatiran pemerintah Belgia, yang secara tanggap langsung menaruh fokus kepada bank tersebut. Pemerintah Belgia melalui PM Yves Leterme menyatakan bahwa imbas krisis Yunani telah meluas, dan sektor perbankan Belgia harus diberi sebuat tameng untuk menahan ancaman krisis seperti yang terjadi pada Yunani.

Pada hari ini, pihak pemerintah Belgia yang diwakili oleh Menteri Keuangan, Didier Reyndres akan bertemu dengan perwakilan Uni Eropa dan juga Menteri Keuangan Perancis, Francois Baroin guna membahas antisipasi kerugian yang diterima Dexia bank, berdasarkan aturan The European Banking Authority. (http://www.vibiznews.com/mla)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini