Sukses

Begini Kisah Perkenalan Pengusaha Mesir dengan Bos First Travel

Memasuki 2017, permasalahan pembayaran yang semestinya dilakukan Bos First Travel tidak dipenuhi sesuai janji.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pengusaha asal Mesir bernama Ahmed Saber Amin melaporkan pemilik First Travel Andika Surachman ke Bareskirim Polri.

Laporan bernomor LP/855/VIII/2017/Bareskirim ini ditujukan kepada Andika Surachman atas dugaan tindak pidana penipuan dan penggelapan dana.

Usai melaporkan Andika, Saber menceritakan kerja sama kedua pengusaha itu dari awal hingga akhirnya berujung tunggakan utang Rp 24 miliar. Saber mengaku mulai menjalin kontak bisnis dengan Andika sejak 2015 lalu.

Kala itu, perwakilan dari First Travel datang dan meminta penyediaan hotel bintang empat dan lima untuk fasilitas haji dan umrah.

"Ketemu tiga kali di Arab Saudi, dua kali jamu mereka di Mesir. Ketemu di Mesir dan Indonesia untuk bisnis. Ke Mesir untuk ketemu lebih akrab," tutur Ahmed Saber di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 25 Agustus 2017.

Pemilik Agen Dyar Al Manasik itu mengatakan hubungan antara dirinya dengan Andika cukup baik. Namun, memasuki 2017, barulah permasalahan pembayaran tidak dipenuhi sesuai janji. 

"Kali terakhir bertemua Andika saat dia ditangkap. Dia kira saya yang melaporkannya. Dia Whatsapp, bilang jangan lapor saya, saya janji akan bayar. Tolong keluarkan saya dari sini," ucap Saber menyampaikan apa yang dikatakan Andika kepadanya.

2 dari 2 halaman

Janji Akan Bayar

Sebelum ditangkap polisi, Andika Surachman sejak Maret 2017 sudah menjanjikan pembayaran atas utangnya dalam bentuk uang setelah berkali-kali ditagih.

Setelah ditangkap, adik Andika, yakni Rahmad, lantas bermaksud membayar utang dalam bentuk aset.

"Dia bilang mau kasih rumah, mobil, rumah di Kebagusan. Tapi, sebelum kami terima, rumah dan semua mobil sudah disita," ujar Ahmed Saber.

Bagi dia, ini merupakan pelajaran berharga dalam berbisnis. Ke depan, segala bentuk pelayanan akan lebih ditekankan pembayaran tunai di awal atau menggunakan prosedur lain yang dapat menekan risiko penipuan.

"Sebenarnya gaya hidup mereka yang serba mewah (yang membuat percaya). Kalau ke mana-mana dia VIP saat bisnis. Pasti kan ada uang di mana-mana. Saya terlalu percaya kepada mereka ternyata ini kesalahan besar karena terlalu percaya," Ahmed Saber menandaskan.