Sukses

Saat Calon Paskibraka 2017 Rindu Makanan Pedas

Calon Paskibraka Nasional asal Sulawesi Tenggara, Ita Safitri, mengaku harus menyesuaikan makanan selama mengikuti diklat.

Liputan6.com, Jakarta - Tepat sembilan hari calon Paskibraka 2017 digembleng oleh pelatih dan pembina di PP-PON Cibubur, Jakarta Timur. Wajar jika mereka mulai merindukan suasana rumah, terutama masakan orangtuanya.

Laras Ghita Salsabila, calon Paskibraka 2017 asal Sumatera Barat, mengaku sangat merindukan masakan pedas. Selama di asrama, mereka tidak diperbolehkan menyantap masakan pedas.

"Iya, aku kangen banget sama masakan orangtua, apalagi masakan pedas. Selama di sini enggak boleh makan masakan pedas," kata perempuan yang akrab disapa Laras kepada Diary Paskibraka Liputan6.com di PP-PON Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (2/8/2017).

Laras Ghita Salsabila, calon Paskibraka 2017 asal Sumatera Barat mengaku sangat merindukan masakan pedas. (Liputan6.com/Lizsa Egeham)

Begitupun dengan calon Paskibraka 2017 asal Provinsi Riau, Lafinia Annisa. Dia juga sangat merindukan masakan orangtuanya di rumah.

"Aku suka banget sama makanan pedas, makannya selama di sini enggak pernah makan masakan yang pedas. Kangen rendang buatan mama, sih," tutur Siswi SMAN 1 Pekanbaru ini.

Ita Safitri juga merasakan hal yang sama. Dia merindukan masakan khas daerahnya, yang tidak pernah didapatkan selama mengikuti Diklat Paskibraka Nasional 2017.

Namun, Ita mengaku harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan di asrama. Sebab, imbauan tidak menyantap masakan pedas bagian dari tanggung jawabnya sebagai calon pasukan pengibar bendera pusaka.

Lafinia Annisa, calon Paskibraka 2017 dari Provinsi Riau. (Liputan6.com/Lizsa Egeham)

"Di rumah setiap hari biasanya makan pedas, di Sulawesi Tenggara itu makanannya selalu pedas setiap hari. Tapi saya harus sesuaikan diri, karena mau mengibarkan bendera pada 17 Agustus nanti. Jadi harus fit," tandas calon Paskibraka 2017 asal Sulawesi Tenggara itu.

Sebanyak 68 calon Paskibraka Nasional 2017 mulai mengikuti diklat sejak 25 Juli lalu. Selama mengikuti diklat, mereka tinggal di asrama bernama Desa Bahagia, yang diharapkan para penghuninya dapat menjalani pelatihan dengan penuh suka cita, meski disiplin, kerja keras, dan kemandirian menjadi tuntutan mereka sehari-hari.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.