Sukses

Pembangunan MRT hingga Akhir Tahun 2017 Akan Mencapai 93 Persen

Presiden Jokowi meninjau pembangunan mass rapid transit (MRT) tahap pertama, koridor selatan-utara, Lebak Bulus-Bundaran HI.

Liputan6.com, Jakarta Kemajuan pembangunan mass rapid transit (MRT) tahap pertama, koridor selatan-utara, Lebak Bulus-Bundaran HI, sepanjang 16 km, sudah rampung 64,7% dan bakal mencapai 93% akhir tahun ini.

Kemajuan terbesar adalah underground sector atau sektor bawah tanah, Patung Senayan-Bundaran HI yang sudah mencapai 5,2 km atau 79,8% dari total panjang 6,5 km. Sedang elevated sector atau sektor layang, Lebak Bulus-Patung Senayan, sudah mencapai 4,9 km atau 49,1% dari total panjang 10 km.

“23 Februari pukul 10 WIB, Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama meninjau kemajuan MRT,” kata Presdir PT PT Mass Rapid Transit Jakarta William Sabandar Lokasi yang dikunjung Presiden adalah Stasiun Setiabudi.

Setiabudi dipilih sebagai lokasi peninjauan karena di tempat ini mata bor dari arah selatan dan utara bertemu. PT MRT mengoperasikan empat mesin mata bor, masing-masing, dua dari utara dan dua lainnya dari selatan. Dua mesin bor bawah tanah, Mustikabumi I dan Mustikabumi II dioperasikan dari Bundaran HI menuju selatan dan kini sudah sampai Stasiun Setiabudi.

Dimulai 10 Oktober 2013, pembangunan MRT tahap pertama, koridor Lebak Bulus-Bundaran HI, akan rampung tahun 2018 dan 1 Maret 2019 dioperasikan secara komersial. Ada masa penyesuaian atau uji-coba sekitar satu tahun untuk melatih petugas dan membiasakan masyarakat. Meski ada kendala pembebasan lahan, pada akhir tahun ini, kemajuan pembangunan MRT akan mencapai 93%.

Walau lebih murah, pembangunan MRT layang menghadapi masalah pembebasan lahan. Dari 136 bidang tanah yang dibebaskan, terdapat 14 bidang tanah yang bermasalah dan sedang diproses di pengadilan.

“Ada tiga pemilik tanah yang meminta ganti rugi Rp 150 juta per meter, padahal NJOP hanya Rp 25 juta dan hasil valuasi dari appraisal sekitar Rp 30 juta. Tapi, proyek akan tetap jalan sesuai target,” juta Willy, nama sapaan William Sabandar.

Pembangunan MRT tahap kedua koridor Bundaran HI-Ancol sepanjang 13,5 km akan segera dimulai dan direncanakan beroperasi komersial tahun 2020.

Setelah itu, PT MRT akan memulai pembangunan koridor timur-barat, yang akan rampung antara tahun 2024-2027, tergantung studi kelayakan dan hasil tender. Koridor timur-barat sepanjang 87 km terbentang antara Cikarang, Bekasi, Jabar dan Balaraja, Tangerang, Banten. Koridor ini melewati 27 km wilayah Jakarta, yakni Ujung Menteng dan Raya Bebek. MRT timur-barat melewati tiga kabupaten, yakni Banten, DKI, dan Jabar.

Pembangunan MRT tahap pertama koridor selatan-utara menelan investasi Rp 15 triliun, rata-rata hampir Rp 1 triliun per km. Proyek ini dibiayai oleh pemerintah pusat dan pemprov DKI serta pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Lembaga keuangan Jepang ini sudah komit untuk memberikan pinjaman sebesar ¥125,237 miliar atau setara Rp 14,7 triliun. Sekitar 99,8% saham PT MRT dimiliki Pemprov DKI. Sisanya, 0,02% dimiliki PD Pasar Jaya.

Dengan harga tiket Lebak Bulus-Bundaran HI sekitar Rp 12.000, kata Willy, biaya MRT belum bisa ditutup. Sekitar Rp 8.000-Rp 10.000 dari harga tiket itu pun masih harus disubsidi Pemprov DKI. Dalam hitungan manajemen PT MRT, sekitar 65% pendapatan perusahaan berasal dari non tiket, yakni penyewaan area di 13 stasiun MRT. Agar kawasan komersial menarik minat publik, penglolaan dan tampilannya tidak boleh kalah dibanding Plaza Indonesia, Grand Hyatt.

Terlepas dari investasi yang mahal, kehadiran MRT membantu menurunkan kemacetan lalu lintas dan polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor. Willy menjelaskan, Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 16 km hanya akan ditempuh dalam 30 menit.

Sebanyak 16 kereta PT MRT akan melintas setiap lima menit. Dengan enam gerbong, setiap kereta akan mengangkut 1.200-1.800 orang. Ditargetkan, sehari, MRT mengangkut 173.000 penumpang.

Setelah MRT beroperasi, jalur lambat di Jl Panglima Polim, Jl Sudirman, dan Jl Thamrin dijadikan trotoar untuk para pejalan kaki. Sedang jalur cepat akan menerapkan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP). Kehadiran MRT akan mengubah wajah kota.

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini