Sukses

Kaleidoskop Politik 2015: Kabinet Dikocok, Pasha Ungu Jawara

Setya Novanto menjadi politikus paling disorot tahun ini. Dimulai dari pertemuannya dengan Donald Trump hingga kasus 'Papa Minta Saham'.

Liputan6.com, Jakarta - Warna-warni politik mengisi geliat pemerintahan Jokowi-JK sepanjang 2015 ini. Tak melulu urusan debat dari dalam gedung anggota dewan, kisah maupun keseharian tokoh-tokoh politik negeri ini juga tak ketinggalan menjadi sorotan.

Sebut saja cerita tentang si cantik anggota DPRD Malang, Ya'qud Ananda Gudban yang mampu melelehkan hati para demonstran. Massa yang semula berniat rusuh langsung tenang ketika ditemui Ya'qud. Atau kisah dari Keraton Yogyakarta yang tengah berpolemik memilih penerus Sultan.

Ada pula curhatan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang tak betah berlama-lama menduduki kursi menteri. Padahal, kala itu Susi belum setahun menjabat menteri.

Tepat di pertengahan tahun, Presiden Jokowi me-reshuffle (merombak) kabinetnya. Sejumlah menteri diganti dan digeser posisinya. Reshuffle ini berlangsung kurang dari setahun pemerintahan Jokowi-JK. Kendati demikian, reshuffle tak membuat perpolitikan di Tanah Air guncang.

Tahun ini juga merupakan momen pertama penyelenggaraan pilkada serentak. Sederet artis ternama maju dan menambah seru perebutan kursi pemimpin daerah. Sebut saja mantan pesinetron Zumi Zola dan vokalis grup band Ungu, Pasha, keduanya jadi jawara pilkada berdasarkan hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei.

Ada lagi kisah Ketua DPR Setya Novanto. Tak cuma menjadi perhatian saat kemunculannya di kampanye bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pria yang karib disapa Setnov itu juga bikin geger kala Menteri ESDM Sudirman Said menguak kasus 'Papa Minta Saham'.

Berikut geliat politik sepanjang tahun ini yang terangkum dalam Kaleidoskop Politik 2015 Liputan6.com. Manakah kisah favorit Anda?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Januari-Februari

Januari

Jokowi Berang?

Abraham Samad (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Pada 23 Januari 2015, Istana Bogor, Jawa Barat, mendadak ramai. Presiden Jokowi memanggil sejumlah pejabatnya untuk berkumpul di sana. Salah satunya Abraham Samad yang saat itu masih duduk di kursi Ketua KPK dan Badrodin Haiti sebagai Wakapolri.

Disebutkan, Jokowi marah besar di Istana Bogor saat itu. Abraham Samad pun disebut-sebut ikut kena semprot. Ada apa?

Selengkapnya...

Status Bahasa Jawa Jokowi

Presiden Jokowi (kanan) didampingi Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto (kiri) ketika menandatangani sejumlah berkas saat berkantor di rumahnya di Jalan Kutai Utara RT.08/RW.07 Sumber, Solo, Jateng, Rabu (10/6/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Suatu hari, Presiden Jokowi menulis sepenggal kalimat di halaman Facebook-nya. Bunyinya: Suro Diro Joyonirat lebur Dening Pangastuti. Ini adalah ungkapan bahasa Jawa dengan makna teramat dalam. Entah untuk siapa status ini ditulis.

Tak dinyana tulisan itu langsung bikin geger. Status itu dibuat bertepatan dengan memanasnya hubungan antara KPK dan Polri kala itu.

Selengkapnya...

Februari

Suara di Belakang BG

 Komjen Budi melihat ada manuver-manuver dan kepentingan dalam penetapan dirinya sebagai tersangka oleh KPK, Jakarta, Selasa (13/1/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Langkah Presiden Jokowi menuai pro dan kontra saat dia hendak membawa Komjen Budi Gunawan  (BG) untuk duduk di kursi Kapolri. Sejumlah tokoh bersuara lantang. Ada yang coba mengadang, tapi tak sedikit pula yang mendukung BG.

Padahal fit and propert test yang selanjutnya dibawa ke paripurna telah disetujui DPR. Meski belum bisa duduk di kursi Kapolri, toh BG kini memangku jabatan Wakalpolri.

Selengkapnya...

Susi Ingin Pensiun?

Susi Pudjiastuti (Liputan6.com/Andrian Martinus Tunay)

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tak ingin lama-lama jadi menteri. Dia mengatakan, mungkin cuma 2 tahun.

Alasannya, pengusaha di bidang perikanan dan penerbangan nan nyentrik tersebut ingin meluangkan waktu lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga. "It's take so long, it's take so much (Ini sudah cukup lama bagi saya)..."

Selengkapnya...

3 dari 7 halaman

Maret-April

Nasihat Prabowo

Prabowo Subianto

Pemerintahan Jokowi-JK mendapatkan dukungan dari mantan rivalnya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Kali ini soal urusan eksekusi mati.

Di tengah tekanan dari negara yang warganya masuk daftar terpidana mati jilid II, Prabowo mengingatkan pemerintah untuk tidak takut. Dia menilai, ‪eksekusi mati merupakan salah satu hak konstitusi RI.

Namun begitu, Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menasihati agar pemerintah mencegah memanasnya hubungan dengan negara lain.

Selengkapnya...

Ibu Dewan Nan Cantik

Anggota DPRD Cantik ini Sukses Redakan Amarah Demonstran (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Ya'qud Ananda Gudban berbeda dengan kebanyakan rekannya. Politikus cantik keturunan Arab-China yang memangku jabatan sebagai anggota DPRD Kota Malang ini, sungguh piawai menentramkan hati.

Buktinya, puluhan demonstran mahasiswa yang hampir rusuh mendadak 'melunak' kala si cantik keluar dan menemui mereka.

Selengkapnya...

April

Ancaman Mega

Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri memberikan pidato budaya dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Minggu (8/3/2015). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Meski terlihat sangat keibuan, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri sangat tegas. Ketua Umum PDIP itu tak akan ragu-ragu mengambil tindakan jika ada orang yang mengkhianati kepercayaannya.

Termasuk Hasto Kristiyanto yang kini duduk sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) untuk mendampinginya selama 5 tahun ke depan. "Jika dia mengkhianati saya dan partai, akan saya sembelih dia," ancam Mega pada 10 April 2015.

Selengkapnya...

Jokowi Lebih Berani?

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wapres Jusuf Kalla bertemu dengan delegasi Organisasi Konferensi Islam (OKI) saat KAA ke-60 di Jakarta, Rabu (22/4/2015). Jokowi mengusulkan pembentukan gugus tugas negara-negara Islam. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pidato Presiden Jokowi saat Konferensi Asia Afrika (KAA) dinilai berani. Bahkan lebih berani ketimbang Presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Politikus Partai Golkar yang notabene berada di Koalisi Merah Putih (KMP), mengaku mendukung sikap berani Jokowi tersebut. Meskipun penuh risiko.

Selengkapnya...

4 dari 7 halaman

Mei-Juni

Mei

Saingan Berat Ahok

Polda Metro Jaya bersama Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Bandung gelar rapat koordinasi kesiapan pengamanan final sepak bola Piala Presiden 2015, Jakarta, Jumat (16/10/2015). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Posisi Ahok tak aman. Siapa saja bisa merebut posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub 2017. Sosok Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, disebut-sebut sebagai pesaing kuatnya.

Jika nama Risma populer karena gebrakannya menutup lokalisasi Dolly, Emil mencuat karena menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA).

Selengkapnya...

Heboh Suksesi Keraton Yogya

Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)
Hanya 2 menit saja, Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan pesan penting di hadapan keluarga inti dan kerabat Keraton Pakualaman. Sabda Raja resmi dikeluarkan untuk mengganti gelar putri sulungnya GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi.

Pergantian gelar ini disebut sebagai penanda, Keraton Yogyakarta akan memilih perempuan sebagai penerus takhta untuk pertama kalinya. Meski terkesan tenang, Sabda Raja itu diam-diam menimbulkan gejolak akibat ketidaksetujuan adik-adik Sultan dari lain ibu. Mereka bahkan tidak hadir ketika Sultan bersabda.   

Selengkapnya...

Juni

Gerilya 'Teman Ahok'

Warga menunjukan stiker untuk memberikan dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama di salah satu mal, Jakarta, (25/7/2015). Teman Ahok adalah nama sekumpulan relawan yang berasal dari berbagai kalangan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Calon-calon pesaing Ahok memang banyak. Namun, itu sebanding dengan dukungan yang mengalir untuk mantan Bupati Belitung Timur itu. Dukungan mengalir agar Gubernur DKI Jakarta itu bisa mempertahankan kursinya pada Pilgub 2017.

Para Teman Ahok, sebutan bagi relawan pendukungnya, sudah gencar mengumpulkan amunisi. Mereka menargetkan pembangunan 150 posko hingga akhir 2015 demi memantapkan basis dukungan. Bagaimana jurusnya?

Selengkapnya...

'Pamitan' Menteri Rini

Menteri BUMN, Rini Soemarno mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (1/10/2015). Rapat membahas usulan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada RAPBN 2016 dan Usulan Dividen TA 2016. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Suatu hari, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta maaf dan berpamitan kepada Komisi VI DPR. Permohonan maaf itu dilontarkan sebelum Komisi VI DPR menutup rapat kerja bersama Kementerian BUMN.

Seolah-olah sebagai tanda jika dirinya ingin hengkang dari kursi Menteri BUMN. Apalagi momennya berdekatan dengan mencuatnya kabar yang menyebut, sang menteri diduga telah menghina Presiden Jokowi.

Menteri Dalam Negeri dan para kader PDIP sebelumnya mengungkapkan, ada menteri perempuan non-parpol di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang telah menghina Presiden.  

Selengkapnya...

5 dari 7 halaman

Juli-Agustus

Juli

Si Doel Jadi Gubernur

Rano Karno acungkan jempol saat pelantikan dirinya sebagai Gubernur Banten di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Rano menggantikan Ratu Atut yang turun sebelum masa jabatannya habis karena dipidana dalam kasus korupsi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pemerintah akhirnya mengeluarkan Surat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 63/P Tahun 2015 untuk memberhentikan Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten. Begitu pun Rano Karno diberhentikan dari jabatannya sebagai Wakil Gubernur Banten.

Pria yang terkenal lewat perannya sebagai Si Doel itu lantas naik jabatan. Rano pun segera dilantik menjadi Gubernur Banten definitif untuk menghabiskan masa jabatan yang tersisa hingga 2017.

Selengkapnya...

Kriteria Menteri Layak Diganti

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berpose bersama para Menteri didampingi pasangannya masing-masing, Jakarta, Senin (27/10/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Banyak pembantu presiden yang dianggap tidak mampu melaksanakan program sesuai janji yang tercantum dalam Nawa Cita Jokowi-JK. Maka isu reshuffle pun mencuat jelang 8 bulan masa kerja kabinet.

Setidaknya ada 5 perilaku menteri yang layak dipertimbangkan untuk di-reshuffle. Salah satunya menteri yang sibuk pencitraan. Lalu apa kriteria lainnya?

Selengkapnya...

Agustus

Curhat SBY

Presiden Jokowi menerima kunjungan Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka (Liputan6.com/ Ilyas Istianur Praditya)

Presiden Jokowi membacakan pidato tahunan pertamanya pada Jumat, 14 Agustus 2015. Sejumlah mantan presiden hadir dalam sidang tahunan MPR itu, kecuali Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ketidakhadirannya sontak mengundang tanda tanya. Selang sehari, Presiden ke-6 itu curhat tentang ketidakhadirannya dalam pidato Jokowi lewat akun Twitter pribadinya. Apa curhatannya?

Selengkapnya...

Reshuffle Perdana Kabinet Kerja

Pramono Anung acungkan jempol saat pelantikan dirinya sebagai Sekretaris Kabinet di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Presiden Jokowi  me-reshuffle sejumlah menteri Kabinet Kerja sekaligus melantik menteri baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Jokowi merombak susunan Kabinet Kerja di Istana Negara, Jakarta. Enam posisi menteri diganti dan 5 menteri diberhentikan dalam reshuffle perdana itu.

Salah satu yang dikeluarkan Jokowi dari kabinetnya adalah Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto -- orang yang mendampinginya selama pemilihan presiden 2014. Jokowi lalu memilih politikus PDIP Pramono Anung sebagai penggantinya.

Selengkapnya...

6 dari 7 halaman

September-Oktober

September

PAN Merapat ke Istana

Presiden Jokowi (kanan) berjabat tangan dengan Ketum PAN Zulkifli Hasan usai memberi keterangan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (2/9/2015). PAN menyatakan resmi bergabung dengan koalisi partai pendukung pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di tengah jalan, Partai Amanat Nasional (PAN) yang berada dalam perahu Koalisi Merah Putih (KMP) memutuskan mengalihkan dukungannya ke pemerintah. Keputusan itu pun membuat Presiden Jokowi dan Wakil Presiden JK semringah.

JK bahkan menyampaikan rasa terima kasihnya. Dia percaya, dengan merapatnya PAN mampu membawa dampak positif dan memperkuat pemerintahan.

Selengkapnya...

Setya Novanto dan Fadli Zon Bertemu Donald Trump

Ketua DPR Setya Novanto hadiri kampanye bakal calon presiden AS, Donald Trump. (Business Insider)

Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon tak menyangka, pertemuannya dengan bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal berbuntut panjang. 

Kehadiran dan pernyataan keduanya dalam kampaye sang jutawan disebut-sebut telah melanggar prinsip bebas aktif dari UUD 1945. Bahkan merendahkan Bangsa Indonesia. Buntutnya, meski tak ada aduan, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR memutuskan memproses kasus ini karena diduga melanggar kode etik.

Apa hasilnya?

Selengkapnya...

Oktober

Masker Nyeleneh DPR

Lima pimpinan DPR pakai masker saat sidang paripurna

Tingkah nyeleneh pimpinan DPR saat Sidang Paripurna Penutupan Masa Sidang I 2015-2016 di gedung DPR, Jakarta, menjadi sorotan. Pada Jumat 30 Oktober 2015, Ketua DPR Setya Novanto dan pimpinan DPR lainnya tampil dengan menggunakan masker penutup hidung.

Mereka mengaku, aksi itu merupakan simbol keprihatinan dewan atas bencana kabut asap yang melanda Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Bukannya disanjung, aksi anggota dewan ini malah menuai cibiran. Bahkan tingkah mereka dianggap menghina Indonesia. Mengapa?

Selengkapnya...
 
Cara Melawan Ahok

Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC), Ahok unggul jauh dari bakal calon lawan-lawannya di bursa Pilgub DKI Jakarta 2017. Melawan Ahok pun dinilai makin sulit.

Namun, melawan Ahok bukan berarti tak mungkin. Berikut cara-cara yang disiapkan melawan mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

Selengkapnya...

7 dari 7 halaman

November-Desember

November

Heboh Laporan Menteri Sudirman

Menteri ESDM Sudirman Said usai melakukan pertemuan dengan Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI di Komplek Parlemen,  Jakarta, (16/11/2015). Kedatangannya untuk melaporkan dugaan pelanggaran etik seorang anggota DPR. (Liputan6/JohanTallo)

Menteri ESDM Sudirman Said membuat gempar publik Tanah Air dengan mengungkap adanya tokoh politik yang meminta saham terkait perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. Tersebutlah di dalam laporan itu dugaan pencatutan nama Jokowi-JK.

Desakan publik membuat Sudirman Said nekat melaporkan masalah ini ke Mahkamah Dewan Kehormatan (MKD) DPR. Dia melaporkan seorang anggota DPR ke dewan etik itu. Saat itulah inisial SN mencuat. Publik pun berspekulasi tentang inisial nama tersebut.

Ketua DPR Setya Novanto yang memiliki inisial yang sama langsung mengklarifikasi. Dia membantah telah mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk minta saham ke Freeport.

Selengkapnya...

Jokowi Gusar Pilkada Senyap

 

Presiden Joko Widodo (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menjelang pilkada serentak yang digelar 9 Desember 2015, Presiden Jokowi resah. Dia merasa tak ada keriuhan menyambut momen perdana pilkada yang digelar secara serentak tersebut. Yang ada cuma senyap.

Jokowi bercerita, hampir setiap pekan dia berkunjung ke daerah yang akan menyelenggarakan pilkada. Namun, ayah 3 anak itu hanya melihat kesunyian. Padahal, mantan Wali Kota Solo itu ingin agar pesta demokrasi tersebut berlangsung meriah.

Selengkapnya...

Desember

Pasha Rajai Hitung Cepat Pilkada

Pasha Ungu usai mendatangi KPK untuk melaporkan harta kekayaannya, Jakarta, Jumat (24/7/2015). Pelaporan tersebut sebagai syarat karena dirinya maju sebagai calon Walikota Palu. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Pemilihan kepala daerah sudah usai. Beberapa artis unggul dalam perhitungan cepat. Dua nama yang menjadi sorotan adalah Sigit Purnomo Said alias Pasha 'Ungu' dan Zumi Zola.

Mereka sementara berhasil mengalahkan kandidat lain dalam hitung cepat versi sejumlah lembaga survei. Beberapa faktor dinilai mampu membawa para artis berada di deretan atas. Salah satunya, faktor popularitas. Namun masih ada faktor lain. Apa saja itu?

Selengkapnya...

Kasus 'Papa Minta Saham', Setya Novanto Mundur 

Menteri ESDM Sudirman Said memberikan sejumlah bukti sebelum sidang pemeriksaan perkara Setya Novanto di ruang MKD, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (2/12) . Sudirman dimintai keterangan seputar pencatutan nama Presiden. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kasus pencatutan nama Presiden yang menyeret Ketua DPR Setya Novanto berlanjut hingga akhir Desember 2015. Dimulai dari ucapan Presiden Jokowi, kasus ini lalu dikenal sebagai kasus 'papa minta saham'.

Sidang di MKD DPR pun terus bergulir untuk menelisik kasus ini. Dalam sidang, rekaman lengkap percakapan antara Setya Novanto (SN), pengusaha M Riza Chalid (MR), dan bos PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin (MS) diperdengarkan.

Kasus 'papa minta saham' ini kemudian berujung dengan mundurnya Setya Novanto dari kursi ketua DPR. Setelah resmi mundur, Setya Novanto meminta maaf.

Selanjutnya...

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.