Sukses

<i>Petualangan Sherina</i> Menandai Kebangkitan Film Nasional

Boleh dibilang, film Petualangan Sherina sebagai titik bangkit perfilman di Tanah Air setelah sempat mati suri. Ada pula sekuel Naga Bonar, yakni Naga Bonar Jadi Dua yang disutradarai oleh sang jenderal, Deddy Mizwar.

Liputan6.com, Jakarta: Film Naga Bonar yang sempat meraih penghargaan dalam Festival Film Indonesia pada tahun 1987, kini dibuat sekuelnya. Ini seakan menjadi pertanda masih bersemangatnya dunia layar perak di Tanah Air, setelah sempat mati suri pada era 90-an.

Hingga kini, banyak film hasil karya sineas muda yang bermunculan. Dan boleh disebut, Petualangan Sherina yang dibesut oleh Riri Riza sebagai titik bangkit perfilman Indonesia pada tahun 2000. Boleh dikatakan pula, film anak-anak ini salah satu film bermutu sehingga mampu menarik minat masyarakat [baca: Film Indonesia Bangkit dari Tidur].

Era 90-an, film Indonesia bak mati suri. Betapa tidak? Jumlah film yang diproduksi hanya di bawah 10 judul dalam tiga tahun. Padahal sejak Darah dan Doa, film nasional pertama lahir, 57 tahun lampau, banyak judul yang sempat mendapat tempat di hati para penggemar film layar lebar.

Apa yang Kau Cari Palupi, misalnya. Film karya Asrul Sani ini terpilih sebagai film terbaik dalam Festival Film Asia tahun 1970. Ada pula film populer Gita Cinta dari SMA pada tahun 1979 dengan sutradara Arizal. Dan Naga Bonar, film yang ditulis Asrul Sani dengan sutradara M.T. Risyaf itu menggondol Piala Citra untuk film terbaik dalam Festival Film Indonesia 1987.

Selasa silam, sekuel Naga Bonar diluncurkan dengan judul Naga Bonar Jadi Dua. Film ini mengisahkan Jenderal Naga Bonar sudah pensiun, tapi semangatnya masih menyala. Naga Bonar berharap, putra semata wayangnya, Bonaga (diperankan Tora Sudiro), mempunyai semangat yang sama. Sang Jenderal, yakni Deddy Mizwar pun turun tangan jadi sutradara [baca: Menghidupkan Naga Bonar, Membuka Mata Hati Bangsa].

Kebangkitan dunia film Indonesia dari tidur yang panjang memang patut didukung. Dengan menonton serta tidak membeli film bajakan, umpamanya. Namun, semoga insan film juga tidak mengesampingkan segala masukan yang positif. Ini agar film nasional tak sekadar mencari untung dan tetap mempertahankan mutu serta karakter bangsa.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini