Sukses

Film Indonesia Bangkit dari Tidur

Hari Film Nasional yang jatuh pada hari ini diharapkan bisa menjadi tanda kebangkitan film Indonesia dari tidur panjang. Momen ini juga dapat dimanfaatkan untuk melihat kembali apa yang telah dicapai dunia perfilman nasional.

Liputan6.com, Jakarta: Insan perfilman nasional, Jumat (30/3) ini, memperingati Hari Film Nasional ke-57. Berbagai hajatan kecil sudah dipersiapkan untuk menyambut hari bersejarah ini di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta Pusat. Mulai dari pameran foto dan poster hingga diskusi film. Selain itu, sore nanti sejumlah sutradara, produser, serta pemain film akan menggelar aksi damai di Bundaran Hotel Indonesia.

Banyak kalangan berharap peringatan kali ini bisa menandai kebangkitan film Indonesia dari tidur panjang. Eros Jarot, misalnya. Sineas ini menginginkan Hari Film Nasional sebagai saatnya untuk melihat kembali apa-apa saja yang telah dicapai dunia perfilman nasional.

Eros menambahkan, belakangan ini memang bermunculan film hasil karya insan muda perfilman. Tapi, tema filmnya masih senyawa dan tak dapat dipisahkan dari apa yang sedang digemari penonton.

Hari Film Nasional mengacu pada tanggal dimulainya syuting film berjudul Darah dan Doa karya Usmar Ismail. Pasalnya, film yang pertama kali dibuat pada tanggal 30 Maret 1950 dengan berlatar belakang kisah perjuangan ini, digarap oleh kru yang semuanya pribumi. Darah dan Doa juga merupakan film pertama yang diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional (Perfini).

Sebenarnya, film yang pertama kali dibuat di Tanah Air adalah film Lutung Kasarung pada tahun 1926. Film bisu ini dibintangi oleh aktor Belanda dan Indonesia yang ketika itu masih disebut Hindia Belanda.

Setelah melewati era film bisu dan hitam putih, Indonesia mulai memasuki film berwarna di akhir 1960 dan awal 1970. Film berjudul Apa Yang Kau Cari Palupi merupakan salah satu film berwarna yang diproduksi di zaman itu. Film karya Asrul Sani ini terpilih sebagai film terbaik dalam Festival Film Asia 1970.

Perjalanan film Indonesia sempat mengalami pasang surut. Setelah melahirkan banyak legenda film dan bintang, film Indonesia mengalami mati suri di tahun 1990. Produksi film turun drastis. Bahkan, dalam rentang tahun 1998 hingga 2001, produksi film Indonesia per tahun di bawah 10 judul.

Titik awal kebangkitan kembali film Indonesia mulai terlihat dengan munculnya film Petualangan Sherina, yang meraih sukses di pasaran. Setelah itu, produksi film Indonesia mengalami peningkatan yang pesat. Namun, kehadiran film anak-anak itu masih mendapat kritikan karena sedikit sekali film yang berkarakter kultur Indonesia.(IAN/Anton Bachtiar dan Anambotono)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.