Sukses

Hari Pendidikan Nasional 2024, Siapa Takut Belajar dari Berbagai Medium Edukasi?

Inspirasi belajar dari berbagai medium ini dibahas di acara diskusi yang diinisiasi Semua Murid Semua Guru (SMSG) untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Bertajuk "Kerja Barengan Ciptakan Ekosistem Pendidikan yang Berpusat dan Berpihak pada Anak," jaringan pendidikan Semua Murid Semua Guru (SMSG) menggelar acara diskusi untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Acara ini berfokus pada upaya mengingkatkan kualitas pendidikan di Indonesia serta membangun jejaring yang tidak hanya lebih luas, namun efektif.

"Kami ingin membuat proses belajar jadi lebih dari sekadar interaksi guru dan murid, karena edukasi bisa didapat di luar sekolah," kata pendidik, sekaligus inisiator jaringan SMSG Najeela Shihab saat membuka acara yang berlangsung di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, , Kamis (2/5/2024).

Ia menjelaskan, SMSG bertujuan mengajak semua pemangku kepentingan berkolaborasi dan berjejaring untuk pendidikan sejak 2016. Dalam perpanjangan tangannya, sesi diskusi menonjolkan bagaimana pendidikan hadir dalam berbagai medium.

Founder HelloMotion Academy Wahyu Aditya bercerita bahwa sekolah miliknya merupakan perwujudan hal-hal yang dulu jadi bayangan sekolah impiannya. "Saya dulu mau gondrong pas sekolah, pakai baju bebas, tapi itu enggak kesampaian. Saya juga protes mengapa pelajaran seni budaya hanya (terjadwal) dua jam per minggu," ia bercerita.

Sekarang, ia membebaskan itu untuk anak didiknya. "Bebas bukan berarti mereka tidak berprestasi," sebut Wahyu. "Bagi saya, pembelajaran seni dan budaya sama penting dengan ilmu lain."

Menurutnya, belajar seni otomatis memperlajari empat "percakapan", yakni kreativitas, berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Mengambil inspirasi dari perannya sebagai ayah, ia kemudian memperkenalkan medium belajar yang lebih beragam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lewat Dongeng dan Lagu

Wahyu berkata, "Setelah saya kehabisan dongeng untuk dibacakan ke anak saya, akhirnya kami buat dongeng sendiri. Setiap malam saya akan mengambil kertas kosong, terus ambil waktu sekitar 10 menit untuk menggambar dan bikin cerita spontan. Anak saya senang sekali."

Dari situ, cerita-cerita dongeng itu ia kumpulkan dan kirim ke penerbit. "Alhamdulillah sekarang sudah ada 50 judul dongeng (yang dipublikasikan)," ia menambahkan.

Tidak sampai di situ, ia juga bereksperimen membuat lagu untuk mengajarkan berbagai hal. "Bagaimana supaya anak mau makan sayur dan buah, jangan menahan pipis, dan hal-hal lain," katanya terkait lagu tersebut. "Sekarang, sudah ada 20 lagu."

Dari pengalaman pribadinya, Wahyu menyebut, seni dalam bentuk apapun merupakan alternatif medium edukasi yang sangat efektif. Narasi ini diamini co-founder Wahana Kreator Gina S. Noer.

Menurut sutradara Dua Hati Biru itu, film merupkan pemantik untuk membantu seseorang berefleksi dalam hidup. "Film itu efeknya enggak cuma angka box office, tapi ada dampak sosial yang umurnya lebih panjang," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Menyaring Tsunami Informasi

Gina menambahkan bahwa film merupakan "ruang memikirkan banyak hal." "Yang utama, ceritanya harus seru, relate (dengan penonton)," ujarnya. "Selain, penting untuk membicarakan hal-hal esensial."

Sementara itu, Ketua Umum Wikimedia Foundation Indonesia Rachmat Wahidi menyampaikan, "Penting untuk menyaring tsunami informasi di dunia maya." Karenanya, mereka menggemakan literasi digital melalui kurikulum yang disebarkan ke sejumlah sekolah maupun kampus.

"Kami percaya, akses informasi yang merata adalah hak asasi manusia dan fondasi pendidikan yang inklusif. Ini juga alasan kami bekerja sama dengan Indika Foundation dan Kok Bisa untuk melatih kreator konten agar dapat menghasilkan produk pengetahuan sains yang berkulitas, menyenangkan, dan mudah diakses," bebernya.

Sebagai pihak yang terjun langsung membuat konten, co-founder Kok Bisa Ketut Yoga mengaku bahwa awalnya, mereka tidak berniat mengedukasi publik. "Maunya bersenang-senang, karena dari kecil memang sudah tertarik dengan sains," ia mengakui.

Menurut Ketut, bertanya "hal-hal aneh" merupakan cara belajar jadi menyenangkan. "Screentime anak itu panjang setiap harinya, dan di antaranya kita bisa lho menyelipkan konten pendidikan," tuturnya.

4 dari 4 halaman

Belajar dengan Cara Menyenangkan

"Internet dan konten sains populer yang mudah dicerna punya kekuatan besae dalam mengedukasi publik, terutama anak-anak," Ketut menambahkan. "Kok Bisa berkomitmen memanfaatkan platform digital dalam menyebaran pengatahuan saisn dengan cata yang menarikdan mudah dipahami."

Ketut berharap, melalui konten-konten yang mereka buat, akan lebih banyak anak Indonesia bercita-cita jadi ilmuwan. "Kami mau Indonesia punya ilmuwan yang hebat," ujar dia.

Di kesempatan yang sama, Najeela menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mendorong pendidikan yang berkualitas dan inklusif. Ia juga mengajak publik turut serta dalam gerakan SMSG dengan menghadiri BelajaRaya 2024 pada 4 Agustus 2024 di Pos Bloc Jakarta.

"BelajaRaya jadi momentum tahunan untuk merayakan inovasi yang dikerjakan ribuan komunitas dan organisasi pendidikan dari seluruh wilayah di Indonesia," sebut dia. Seperti tahun lalu, pesta pendidikan itu akan diisi konser musik dari musisi kenamaan, dialog publik bersama tokoh pendidikan dan perwakilan pemerintah, serta kelas belajar publik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.