Sukses

Mengenal Lontong Banyur Cibadak, Sarapan Populer yang Jadi Takjil di Bulan Ramadan

Lontong banyur sebenarnya makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan. Kini, makanan itu dijajakan jelang berbuka puasa di Bulan Ramadan.

Liputan6.com, Jakarta - Membahas kuliner unik dari Indonesia tentu tak akan ada habisnya. Hampir setiap daerah punya makanan khas yang bisa dijadikan takjil di momen Ramadhan, salah satunya lontong banyur.

Mendengar namanya tak ada yang menduga makanan itu berasal dari Bandung. Lontong banyur yang biasa dijual sebagai sarapan disulap jadi takjil di Bulan Ramadan. Lontong banyur itu adalah lontong yang disiram dengan sambal oncom dan kerupuk mi kuning.

Begitu terkenalnya lontong banyur hingga ada yang membahasnya di TikTok. Pria bernama Christ Julianto mengulas Lontong Banyur Cibadak, salah satu tempat yang terkenal paling enak menjual menu lontong banyur.

"Lontong banyur Cibadak ini udah jualan lebih dari 20 tahun," tulisnya melalui akun @christjulianto di keterangan video yang diunggah pada 2 Maret 2024.

Di warung itu, penjualnya menjajakan empat jenis lontong, yaitu berisi oncom, kacang merah, daging, dan polos atau tanpa isian. "Lontongnya disiram lagi sama sambal oncom yang enak banget. Jadi, oncom di dalem plus disiram lagi sama oncom di luar," ungkap Christ.

Menurutnya, oncomnya sama sekali tidak bau apek seperti kebanyakan isian untuk lontong. Sementara, lontongnya bertekstur padat dan tidak lengket. 

Penasaran ingin coba? Di hari biasa selain bulan puasa, Lontong Banyur Cibadak yang berlokasi di Jl Cibadak No 8 ini buka pada 06.00--16.00 WIB. Menurut pembuat video, tempat ini hampir tidak pernah sepi pembeli saking terkenalnya, sehingga sebaiknya datang saat pagi agar tidak kehabisan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bikin Warganet Bernostalgia

Video yang disukai oleh lebih dari 7.189 pengguna TikTok itu pun menuai banyak komentar, salah satunya mengenai harganya yang dianggap agak mahal, yakni Rp5.000 per lontong. Ada juga yang bernostalgia dengan makanan itu karena dulu adalah makanan saat jam istirahat sekolah.

"Aduh ingat zaman SD. Penjaga sekolah jualan lontong banyur," komentar warganet.

"Ga enak kalo nggak pake gorengan," balas yang lain.

"Buka puasa pake ini enak banget," sambung warganet.

"Buras sambel terasi namanya di daerahku," komentar yang lain lagi.

"Isian oncom: buras, isian kacang mereh: leupet," yang lain menimpali.

"Spill resep banyurnya," kata yang lain. 

Mengutip Tim Regional Liputan6.com, 24 Januari 2024, selain lontong banyur, di daerah lain juga terkenal dengan olahan lontong yang khas. Surabaya misalnya, memiliki lontong balap. Kuliner ini juga memiliki sejarah unik hingga bisa menjadi makanan khas Kota Surabaya. Dari laman surabaya.go.id, kehadiran lontong balap bermula dari wadah serupa gentong yang dipikul oleh penjualnya.

3 dari 4 halaman

Lontong Balap Khas Surabaya

 

Agar tak ketinggalan pembeli, para penjual ini memikul dagangannya dengan setengah berlari. Pemandangan itu membuat mereka seolah terlihat saling balapan. Mulanya, hal ini hanya dianggap sebagai sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas sajian ini.

Sampai akhirnya, banyak orang menambahkan balap pada dagangan yang dijajakan para penjual itu. Dari sanalah, nama lontong balap berasal.

Saat ini, lontong balap menjadi favorit masyarakat Kota Surabaya dan wisatawan karena cita rasanya yang lezat. Tak hanya itu, sajian ini juga memiliki ciri khas lain berupa lentho.

Lentho terbuat dari kacang yang direndam dengan berbagai bumbu selama satu malam. Kacang tersebut kemudian ditumbuk, dikepal, dan digoreng.

Untuk menikmati lontong balap, biasanya pembeli juga menambahkan kecap dan sambal petis pada piringnya. Kini, lontong balap dapat dijumpai di berbagai titik di Kota Surabaya, seperti di Jalan Kranggan, di daerah Wonokromo, dan di banyak sentra kuliner yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya.

Selain lezat dan unik, lontong balap juga relatif murah. Satu piringnya dijual di kisaran Rp10.000 saja.

4 dari 4 halaman

Lontong Cap Gomeh

Lontong terkenal lainnya yang juga terkenal adalah lontong cap gomeh. Mengutip Tim Regional Liputan6.com, 24 Februari 2024, lontong cap go meh berawal dari para pendatang Tionghoa pertama kali bermukim di kota kota pelabuhan di pesisir Utara Jawa. Misalnya Semarang, Pekalongan, Lasem, Tuban, Kudus, dan Demak yang berlangsung sejak jaman Majapahit.

Saat itu kaum laki laki etnis Tionghoa datang ke pesisir utara Jawa karena ada larangan dari Pemerintah China yang menyebutkan bahwa bagi kaum pria yang akan merantau berdagang dilarang membawa istri dan anak anaknya.

"Jadi kaum laki laki yang merantau seorang diri menikah dengan wanita warga setempat ditempat perantauan. Hal ini melahirkan perpaduan budaya Peranakan Tionghoa Jawa," ujar Budayawan Tionghoa asal Cirebon Jeremy Wijaya Huang.

Saat Cap Go Meh, kaum Peranakan Tionghoa Jawa menggantikan hidangan yuanxiao atau bola bola tepung beras dengan Lontong. Disertai berbagai hidangan tradisional Jawa yang kaya rasa seperti opor ayam, telor dan sambel goreng.

Lontong Cap Go Meh, sebut Jeremy, adalah lambang Asimilasi warga Tionghoa dengan penduduk di Jawa. Kuliner ini melambangkan keberuntungan dan panjang umur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini