Sukses

Harga Saham BBRI Menghijau Sesi I Hari Ini 30 April 2024

Harga saham BBRI berada di level tertinggi Rp 5.050 dan terendah Rp 4.820 per saham pada perdagangan sesi pertama, Selasa, 30 April 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat hingga penutupan perdagangan saham sesi pertama, Selasa (30/4/2024). Lalu bagaimana prospek saham BBRI?

Mengutip data RTI, harga saham BBRI naik 4,82 persen ke posisi Rp 5.000 per saham hingga sesi pertama. Harga saham BBRI dibuka naik 80 poin ke posisi Rp 4.850 per saham. Harga saham BBRI berada di level tertinggi Rp 5.050 dan terendah Rp 4.820 per saham. Total frekuensi perdagangan 46.739 kali dengan volume perdagangan 3.643.199 saham. Nilai transaksi Rp 1,8 triliun.

Penguatan saham BBRI di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menghijau. IHSG menguat 1,22 persen ke posisi 7.243,22. Indeks LQ45 mendaki 1,63 persen ke posisi 930,31. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Lalu bagaimana prospek saham BBRI?

Head of Research Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menuturkan, prospek saham BBRI masih menarik. Ia mengatakan, secara kinerja kuartal I 2024 masih baik meski NPL masih perlu dicermati mengingat kredit BRI didominasi UMKM yang dapat lebih berisiko di tengah penurunan daya beli masyarakat dan tekanan rupiah.

"Secara valuasi price book value (PBV), BBRI relatif murah dari pada peers-nya. BBRI buy, TP 6.200, SL 4.500,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Hingga kuartal I 2024, BRI mencatat laba Rp 15,98 triliun. Penyaluran kredit tumbuh 10,89 persen menjadi Rp 1.308,65 riliun hingga kuartal I 2024. Rasio Non Performing Loan (NPL) BRI terkendali di kisaran 3,11 persen dengan rasio Loan at Risk (LAR) yang membaik menjadi 12,70 persen pada akhir kuartal I 2024 dari sebelumnya 16,39 persen.

Hal senada dikatakan Pengamat Pasar Modal Desmond Wira. Desmond menuturkan, secara fundamental masih cukup baik.

"Dari PBV 2,5 masih lebih kecil dibanding big cap lainnya. Walau ada beberapa hal yang perlu dicermati,” ujar Desmond.

Desmond mengatakan, salah satunya NPL. Dari data terbaru, ia menuturkan, NPL gross BRI naik dari 3,02% menjadi 3,27% YoY. "Kemungkinan bisa makin bengkak lagi karena kenaikan suku bunga,” kata dia.

Ia menyarankan wait and see perkembangan BRI. “Secara fundamental masih cukup oke. Cuma untuk momen belinya sebaiknya menunggu perkembangan harga selanjutnya,” kata Desmond.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

IHSG Sesi I Hari Ini 30 April 2024

Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.252,63 dan terendah 7.179,68. Sebanyak 332 saham menguat sehingga angkat IHSG. 218 saham melemah dan 212 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 662.769 kali dengan volume perdagangan 11,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 7,5 triliun.

Seluruh sektor saham menghijau. Sektor saham energi naik 1,36 persen, sektor saham transportasi mendaki 1,21 persen, dan sektor saham basic dan keuangan masing-masing menguat 1,06 persen.

Selain itu, sektor saham properti mendaki 0,95 persen, sektor saham kesehatan naik 0,78 persen, sektor saham industri bertamabh 0,46 persen, sektor saham nonsiklikal naik 0,22 persen, sektor saham siklikal menguat 0,04 persen, sektor saham teknologi menguat 0,11 persen dan sektor saham infrastruktur bertambah 0,20 persen.

 

 

3 dari 5 halaman

Kinerja Kuartal I 2024

Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengumumkan kinerja kuartal I 2023 yang berakhir pada 31 Maret 2024. Pada periode tersebut, BRI secara konsolidasian berhasil mencetak laba sebesar Rp 15,98 triliun.

Hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89% year on year. Dari penyaluran kredit tersebut, sebesar 83,25% di antaranya atau sejumlah Rp 1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM.

Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak terhadap meningkatnya aset perseroan, dimana tercatat aset BRI mencapai sebesar Rp 1.989,07 triliun atau tumbuh 9,11% yoy.

“BRI meyakini pemberdayaan yang terus dilakukan perseroan kepada segmen UMKM memiliki impact terhadap daya tahan ekonomi nasional, mengingat UMKM berperan terhadap sekitar 97% job creation (penciptaan lapangan kerja) di Indonesia dan menyumbang PDB di kisaran 61%,” beber Sunarso dalam keterangan resmi, Kamis (25/4/2024).

Apabila dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,51% yoy menjadi Rp 622,61 triliun, segmen konsumer tumbuh 11,62% yoy menjadi Rp 193,96 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06% yoy menjadi Rp 272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10% yoy menjadi Rp 219,24 triliun.

Meskipun mampu mendorong penyaluran kredit tumbuh double digit, nyatanya Perseroan tetap mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkannya.

Rasio NPLHingga akhir kuartal I 2024 tercatat rasio Non Performing Loan (NPL) BRI terkendali di kisaran 3,11% dengan rasio Loan at Risk (LAR) yang membaik, dari 16,39% di akhir kuartal I 2023 menjadi 12,70% di akhir kuartal I 2024.

“Sebagai bank dengan portofolio terbesar di segmen UMKM, NPL di kisaran 3% tersebut merupakan bukti nyata bahwa BRI mampu menjaga kualitas kreditnya dengan baik melalui penerapan prinsip-prinsip risk management yang prudent,” imbuh Sunarso.

 

 

4 dari 5 halaman

CASA Perseroan

Dari sisi liabilitas, perseroan mampu menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 1.416,21 triliun atau tumbuh 12,80% yoy hingga akhir Maret 2024.

Dana murah (CASA atau Current Account Savings Account) masih mendominasi portofolio simpanan dengan pertumbuhan 7,80% secara yoy. Pertumbuhan CASA ini tak lepas dari aspirasi BRI untuk melakukan transformasi liabilitas melalui penguatan basis pendanaan dengan fokus pada low-cost funding dari CASA yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional sebagai dampak dari era suku bunga tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai, dimana tercatat LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank pada akhir Maret 2024 tercatat sebesar 83,28%. Dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 23,97%. Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, perseroan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik.

Sementara itu, pendapatan non bunga/Fee Based Income (FBI) yang tumbuh 6,92% yoy menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan laba BRI. Salah satu penopang kinerja Fee Based Income BRI tersebut tak lepas dari kontribusi super apps BRImo. Hingga akhir Maret 2024 tercatat BRImo telah memiliki 33,5 juta user atau tumbuh 30,3% secara yoy.

“Dalam 3 bulan, BRImo berhasil memproses 969 juta transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp 1.251 triliun atau tumbuh 41,8% yoy,” ujar Sunarso.

5 dari 5 halaman

Keberadaan AgenBRILink

Keberadaan AgenBRILink pun juga berkontribusi besar terhadap kinerja Fee Based Income BRI. Dimana sepanjang Januari – Maret 2024 agen agen tersebut berhasil mencatatkan 285 juta transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp 370 triliun serta menyumbangkan Fee Based Income bagi BRI senilai Rp 395 miliar. Hingga akhir Maret 2024, BRI sendiri telah memiliki 796.836 agen yang tersebar di 61.122 desa di seluruh pelosok Indonesia.

Dari sisi operasional, perseroan mampu untuk terus meningkatkan efisiensi operasionalnya. Hal tersebut tercermin dari rasio Cost to Income Ratio (CIR) yang terus membaik. CIR BRI pada akhir Maret 2024 tercatat 37,43% atau lebih baik dibandingkan CIR pada akhir Maret 2023 yang sebesar 41,83%. Penurunan CIR menunjukkan bahwa BRI berhasil mengelola biaya dengan efektif dan efisien dalam men-generate revenue.

"Dengan pijakan kinerja yang positif pada tiga bulan pertama tahun 2024 ini, BRI optimis dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip-prinsip prudential banking, serta risk management yang baik di tengah dinamika kondisi perekonomian dan geopolitik global yang perlu dicermati. BRI akan lebih fokus merespon tantangan domestik, terutama melalui pemberdayaan UMKM,” pungkas Sunarso.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.