Sukses

Tragis, Seorang Wanita Meninggal Dunia 6 Jam Setelah Operasi Pembesaran Payudara

Segera setelah operasi pembesaran payudara seorang wanita asal Thailand selesai pada pukul 11 malam, ia mulai batuk.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi Thailand meluncurkan penyelidikan terhadap Klinik Marichche di distrik Pak Kret, Provinsi Nonthaburi setelah seorang pelanggan kehilangan kesadaran dan meninggal dunia hanya enam jam setelah operasi pembesaran payudaranya selesai pada 23 Maret 2023.

Chatri Pinyai, seorang pengacara dari divisi hukum Departemen Kesehatan Thailand, mengatakan bahwa pembesaran payudara dianggap sebagai operasi besar. Tapi, klinik tersebut hanya memiliki izin untuk melakukan operasi kecil, dikutip dari The Thaiger, Kamis, 30 Maret 2023.

Keluarga almarhum menuntut 10 juta baht (sekitar Rp4,4 miliar) sebagai kompensasi dari Klinik Marichche, yang setuju membayar biaya awal 100 ribu baht (sekitar Rp44 juta) untuk menutupi biaya pemakaman mendiang Kanokwan yang berusia 37 tahun. Segera setelah operasi Kanokwan selesai pada pukul 11 malam, ia mulai batuk.

Sekembalinya ke rumah sekitar tengah malam, Kanokwan mengaku menderita sakit punggung. Pada pukul 4 pagi, saudara perempuan Kanokwan menemukannya tidak sadarkan diri dengan pakaian dalam yang kotor.

Petugas penyelamat melakukan CPR, tapi Kanokwan meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Bang Pa-In, lapor ThaiRath. Otopsi awal mengidentifikasi pendarahan di dada sebagai penyebab kematian Kanokwan, tapi tidak menyebut bahwa ini adalah penyebab langsung dari operasi plastik yang dijalani.

Ibu Kanokwan, Champee, meminta dilakukan otopsi kedua guna meminta pertanggungjawaban klinik. Perempuan berusia 59 tahun itu bertemu Supon Nilwichian, perwakilan dari Klinik Marichche, di Kantor Polisi Wang Noi, awal pekan ini. Supon setuju menanggung biaya pemakaman awal.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tuntutan Kompensasi pada Klinik Bedah Kecantikan

Champee meminta tambahan 10 juta baht sebagai kompensasi, dengan alasan putrinya, yang bekerja selama bertahun-tahun sebagai tukang pijat di Dubai, adalah tulang punggung keluarga dan mengirim uang ke rumah setiap bulan. Ia mengatakan, Kanokwan memperoleh gaji bulanan sekitar 40 ribu baht (sekitar Rp17,6 juta) di Dubai, setelah kembali ke Thailand hanya tiga hari sebelum operasi.

Supon menyebut, ia akan membahas kompensasi dengan pemilik klinik dan cara lain untuk membantu keluarga almarhum mengobati kehilangan mereka. Wartawan pergi ke klinik untuk menemukan bahwa itu ditutup dengan tanda di pintu bertuliskan, "Tutup, tidak ada dokter."

Petugas investigasi mengatakan, mereka sedang memeriksa lisensi dan dokumen, kualitas silikon, ruang operasi, obat-obatan yang diberikan pada pasien, serta peralatan di klinik. Pengacara Chatri mengatakan, klinik tersebut mengiklankan operasi pembesaran payudara secara ilegal melalui Facebook.

Kantor Polisi Provinsi Nonthaburi mengaku, mereka akan menyusun penyelifikan kasus tersebut dan mempresentasikan temuannya pada Jumat, 31 Maret 2023. Sementara Champee bersedia diwawancara media terkait kisah tragis kematian putrinya dengan harapan itu akan membantu mewujudkan keadilan.

3 dari 4 halaman

Kasus Kontras dalam Operasi Pengecilan Payudara

Di kasus kontras, ada Janel Nelson, perempuan 20 tahun yang mengaku hidupnya berubah setelah menjalani operasi pengecilan payudara. Mengutip New York Post, 17 Maret 2022, payudaranya yang semula berukuran 28H membuat Nelson menderita migrain hebat dan ruam merah di bagian dada.

Prosedur itu akhirnya dijalani setelah sempat ditolak sampai 10 kali. Nelson menemukan dokter untuk melakukan operasi tersebut pada Januari 2022, dan ia mengaku jauh lebih bahagia dengan payudaranya yang berukuran 28C.

Namun, pekerja disabilitas itu mengklaim beberapa ahli bedah menolaknya selama empat tahun terakhir. Beberapa disebut mengatakan ia "terlalu muda" dan membutuhkan "hormonnya untuk naik level," katanya pada Jam Press.

"Alasan penolakan mereka selalu mengerikan," kata Nelson. "Seorang dokter bahkan bertanya, 'Apa yang akan dipikirkan calon suami Anda?'"

Nelson mengatakan payudaranya yang besar mulai menyebabkan banyak masalah kesehatan ketika ia berusia 16 tahun. "Bahu dan leher saya selalu sangat sakit karena tekanan tali bra," kata perempuan asal Kanada itu. "Bahu saya lama-kelamaan cenderung membungkuk untuk mendapatkan kelegaan."

4 dari 4 halaman

Operasi Payudara yang Mengubah Hidup

Pada bulan-bulan musim panas, Nelson juga menderita ruam, karena ia "berkeringat banyak di bawah payudaranya." Namun, masalahnya yang paling parah adalah migrain yang "melemahkan," yang ia yakini disebabkan berat payudaranya.

"Saya merasa seolah-olah tubuh saya menyangkal untuk percaya diri dan membatasi apa yang saya bisa dan tidak bisa lakukan dalam hidup saya," kata Nelson.

Meski berulang kali ditolak melakukan operasi pengecilan payudara, Nelson tetap bertahan. Ia sekarang sudah menikah dan mengatakan bahwa suaminya, Chandler Nelson, yang mendorongnya untuk tidak menyerah.

Pada 2021, seorang dokter akhirnya setuju melakukan prosedur tersebut. Ia pun menjalani operasi bedah payudara pada 5 Januari 2022. Lebih dari dua bulan berlalu, Nelson mengatakan ia senang dengan hasilnya.

"Ini telah mengubah hidup saya. Saya merasa seperti telah memperoleh tubuh yang sama sekali baru," ia mengaku. "Saya tidak lagi dibatasi dalam pilihan pakaian saya, dan saya dapat mengambil apapun dari rak (busana di toko), bahkan tanpa harus mencobanya, mengetahui bahwa itu akan cocok untuk saya.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.