Sukses

Museum MACAN Hadirkan Karya Kreatif Seniman Jepang, Jadi Satu-satunya di Asia Tenggara

Pameran karya Chiharu Shiota di Museum MACAN merupakan satu-satunya di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Seniman Jepang, Chiharu Shiota yang berbasis di Berlin, Jerman, memamerkan instalasi seni di Museum MACAN di Jakarta bertajuk 'The Soul Trembles'. Pameran ini berlangsung sejak 26 November 2022 hingga 3 April 2023 mendatang. Sebelumnya, Chiharu Shiota menggelar tur pamerannya ke beberapa negara bersama Mori Art Museum, sebuah museum seni asal Tokyo, Jepang.

Dalam turnya, Shiota bersama Mori Art Museum berkeliling ke beberapa negara, yakni Busan Museum of Art (Korea Selatan), Taipei Fine Arts Museum (Taiwan), Long Museum (Shanghai, Tiongkok), Queensland Art Gallery | Gallery of Modern Art (Brisbane, Australia), dan berakhir di Indonesia. Museum MACAN menjadi satu-satunya lokasi pameran karya Shiota di Asia Tenggara.

Dikurasi oleh Mami Kataoka, Direktur Mori Art Museum, pameran The Soul Trembles menampilkan ratusan karya milik Shiota selama ia berkesenian sebagai perupa sejak 1990-an. Karyanya menggabungkan instalasi berskala besar, patung, video performance, fotografi, dan desain panggung.

'The Soul Trembles' menampilkan karya yang berangkat dari pengalaman personal sang perupa yang mendalam. Ia mengeksplorasi gagasan identitas sosial dan budaya seperti etnisitas, kewarganegaraan, dan agama, serta tema-tema universal; dinding, jendela, batas-batas, kekosongan dan eksistensi.

Karya Chiharu Shiota memberikan bentuk pada kesadaran manusia dan pengalaman yang bersifat non-fisik seperti ingatan, pemikiran, ketakutan, mimpi, dan keheningan. Karya-karya Shiota dikenal melalui instalasi megah yang terbuat dari benang berwarna merah dan hitam yang membentang ke segala penjuru ruangan.

Hal itu juga terlihat saat Liputan6.com berkesempatan mengikuti media tour di Museum MACAN pada Rabu, 1 Februari 2023, untuk melihat langsung karya-karya Shiota. Sebagian besar karya seni Shiota memakai media benang yang didatangkan langsung dari Jerman.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Benang Merah dan Hitam

Pengunjung akan menjumpai objek-objek metaforis dan sugestif seperti tempat tidur. Melalui benda tersebut, sang perupa menghadirkan celah yang sempit antara mimpi dan realita, kehidupan dan kematian; pakaian, yang bersifat dangkal dan hanya berfungsi untuk melapisi kulit; serta koper dan perahu yang menjadi simbol pergerakan dan ketidakpastian.

Salah satu karya yang ditampilkan dan memakai media benang adalah replika perahu yang berisi benang merah. Melalui karya ini, Shiota mengangkat ide tentang perjalanan kehidupan yang tidak punya tujuan konkret.

"Merah melambangkan banyak hal terkait kehidupan, darah, koneksi, dan memori. Untuk benangnya memiliki kaitan dengan kata koneksi. Sementara, kapal menggambarkan pergerakan, perjalanan, yang mengangkut memori," terang Asisten Kurator Museum MACAN Asri Winata.

Karya selanjutnya menggunakan benang berwarna hitam dengan piano yang sudah terbakar dan sejumlah kursi kosong. Menurut Asri, benang hitam ini menggambarkan sesuatu yang infinite (tak terbatas), seperti ketiadaan, keraguan, kecemasan, dan kematian.

Shiota mendapat inspirasi dari pengalaman masa kecilnya saat berumur sembilan tahun. Kala itu, rumah tetangganya kebakaran dan terlihat piano yang sudah terbakar di depan rumah. Shiota mencium bau hangus dari piano tersebut.

"Benda atau objek yang tadinya berfungsi untuk mengeluarkan suara sekarang sudah tidak bisa lagi mengeluarkan suara tersebut. Namun, Shiota merasa justru objek ini menjadi indah dalam kondisi yang sudah terbakar," ungkapnya.

 

3 dari 4 halaman

Memori dalam Koper

Karya unik lainnya adalah koper-koper yang digantung dengan tali merah, ditampilkan seolah-seolah bergerak seperti sedang berjalan. Ide ini bermula saat Shiota gemar ke pasar loak untuk mencari barang-barang antik. Pada suatu hari, Shiota menemukan koper tua berisi surat kabar yang membuat ia tertarik dan mulai gemar mengumpulkan koper.

"Koper ini jadi perantara manusia dan perahu, bagaimana sesorang menyimpan memori di dalam koper," kata Asri. Kegemaran Shiota pada barang loak juga tertuang dalam karya yang berupa miniatur ratusan barang atau benda yang sering dijumpainya di pasar loak maupun yang kerap muncul dalam mimpi-mimpinya.

Selain instalasi tadi, pengunjung bisa menemukan karya-karya Chiharu Shiota lainnya yang bermakna. Tiap karya juga diberi informasi tertulis sehingga memudahkan pengunjung untuk memahami maknanya.

Selama pameran, museum akan menghadirkan area khusus bagi pengunjung untuk berefleksi, bermain, dan mengambil bagian di dalam sebuah ruangan yang di dalamnya akan dipajang beragam benda serta kisah di baliknya. Berjudul Mini Museum of Memories, area ini merespons salah satu karya sang perupa, Connecting Small Memories (2019), dan akan menempati Ruang Seni Anak.

Chiharu Shiota adalah seniman yang lahir di Osaka, Jepang, pada 1972. Wanita seniman ini belajar melukis pada 1992 di Universitas Kyoto Seika, Jepang. Ia kemudian mendalami seni pertunjukan dan instalasi setelah menjalani tahun formatif di Canberra School of Art dari 1993-1994.

Pada 1999, dia memutuskan untuk menetap di Berlin, Jerman, guna mengembangkan praktik berkesenian di ranah internasional. Shiota kerap mengeksplorasi keberadaan manusia di berbagai dimensi dengan menciptakan keberadaan dalam ketiadaan, baik dalam instalasi benang berskala besar yang mencakup berbagai objek umum dan memorabilia eksternal atau melalui gambar, pahatan, fotografi, dan video. Eksplorasi itu dapat terjadi lantaran sang seniman menghadapi keprihatinan manusia seperti kehidupan, kematian, dan hubungan.

4 dari 4 halaman

Kehidupan dan Kematian

Berkunjung ke museum bisa menjadi aktivitas seru untuk mengisi waktu senggang atau libur akhir pekan. Salah satu museum di Jakarta yang menarik untuk dikunjungi adalah Museum Macan. Lokasinya ada di AKR Tower Level M, Jalan Panjang No.5, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Museum seni modern dan kontemporer ini menyajikan beragam koleksi seni modern dan kontemporer karya seniman dalam dan luar negeri pada fasilitas seluas 7.100 meter persegi, seperti dikutip situs resminya.

Salah satu koleksi populer Museum MACAN adalah Infinity Mirrored Room-Brilliance of the Souls karya seniman asal Jepang, Yayoi Kusama. Namun, koleksi di museum ini berganti secara berkala sehingga pengunjung yang mampir bisa mendapatkan pengalaman berbeda-beda saat berkunjung.

Sebelum berkunjung, ketahui dulu harga tiket dan jam buka Museum MACAN. Berikut rincian harga tiket Museum MACAN:

 

Anggota: gratis

Dewasa: Rp70 ribu di hari biasa dan Rp90 ribu di akhir pekan

Pelajar dan mahasiswa: Rp63 ribu di hari biasa dan Rp81 ribu di akhir pekan

Lansia 65 tahun ke atas: Rp63 ribu di hari biasa dan Rp81 ribu di akhir pekan

Anak usia 3-12 tahun: Rp56 ribu di hari biasa dan Rp72 ribu di akhir pekan

Anak di bawah 3 tahun: gratis .

Museum MACAN buka tiap Selasa hingga Minggu, mulai pukul 10.00-18.00 WIB, dengan kunjungan terakhir pukul 17.45 WIB.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.