Sukses

Diakui UNESCO sebagai Masterpiece, Ini Dia Fakta Menarik Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan salah satu warisan berharga dari nenek moyang bangsa Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian yang membuat negara-negara di dunia sangat tertarik dengan negeri ini. Karena itu sebagai sebagai generasi muda harapan bangsa, sudah sepatutnya kita turut mendukung pelestarian budaya. Salah satunya adalah seni pertunjukan Wayang Kulit. 

Wayang kulit merupakan satu dari sekian banyak warisan berharga dari nenek moyang bangsa Indonesia. Keberadaannya telah diakui dunia sejak 19 tahun yang lalu lewat pengakuan UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan budaya.

Untuk melestarikan kesenian Wayang Kulit, Presiden Joko Widodo bahkan telah menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 30 Tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional yang diperingati setiap tahunnya pada 7 November. Sejak itu, setiap bulan November selalu ada pertunjukan Wayang Kulit besar di beberapa daerah.

Di masyarakat Indonesia sendiri, pertunjukan wayang kulit biasanya dapat dilihat ketika gelaran hajatan pernikahan ataupun tradisi lain yang bertujuan menghibur masyarakat. Dahulu tontonan wayang kulit menjadi salah satu tontonan favorit di beberapa media televisi untuk menghibur penonton. Memasuki era digital, masyarakat bisa menonton secara online kapan saja dan dimana saja.

Di balik statusnya sebagai sebuah warisan budaya berharga Indonesia, ada banyak fakta menarik seputar wayang kulit yang patut generasi muda ketahui. Untuk menambah wawasan dan melestarikan wayang kulit, yuk ketahui fakta menariknya.

Sejarah Wayang Kulit

Menelusuri sejarah lahirnya wayang kulit akan menghadirkan banyak versi dari cerita yang beredar di masyarakat. Istilah wayang sendiri berasal dari kata 'ma Hyang' yang memiliki arti menuju spiritual Sang Kuasa. Namun ada juga yang mengartikan jika istilah wayang berasal dari teknik pertunjukan yang mengandalkan bayangan (bayang atau wayang) pada layar yang digunakan.

Menilik salah satu sejarah, asal usul wayang disebut telah hadir sejak 1500 tahun sebelum masehi. Pada masa itu wayang diperkirakan bentuknya masih sederhana, terbuat dari rerumputan yang diikat. Wayang dimainkan untuk ritual pemujaan roh nenek moyang.

Untuk wayang kulit sendiri diperkirakan dimulai sejak abad ke-2 masehi. Pertunjukan wayang ini mengacu pada sebuah prasasti tahun 930 yang menyebutkan adanya sosok Galigi mawayang. Pertunjukan wayang yang dibawakan oleh Galigi tercatat dalam kakawin Arjunawiwaha yang dibuat oleh Mpu Kanwa pada tahun 1035.

Dalam sejarah islam di Indonesia, pertunjukan wayang dulunya digunakan oleh Walisongo sebagai media dakwah Islam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pembuatan Wayang Kulit

Seiring berjalannya waktu, kesenian wayang di Indonesia mengalami perkembangan. Ragam wayang yang didasarkan pada aktor utamanya digolongkan menjadi lima kelompok yakni wayang kulit, wayang golek, wayang wong, wayang beber, dan wayang klithik.

Wayang kulit dibuat dengan bahan dasar kulit kerbau yang telah dikeringkan dengan tambahan tanduk kerbau. Pembuatan wayang juga menggunakan sekrup untuk melengkapi bagian siku dan gagang wayang sehingga pergerakannya terlihat dinamis. 

Dalam prosesnya, kulit kerbau pertama kali dibersihkan dari bulu-bulunya dan didiamkan selama satu bulan. Langkah selanjutnya adalah menggambar pola sebelum masuk ke proses tatah. Wayang yang sudah ditatah lalu diamplas agar permukaannya rata dan halus.

Selanjutnya, semua bagian wayang disatukan dan melalui proses pewarnaan, yang dalam bahasa Jawa disebut sungging. Untuk mendapatkan hasil terbaik, proses pewarnaan dilakukan berkali-kali, begitu sudah kering, wayang disatukan dengan gagangnya dan selesai.

3 dari 3 halaman

Pertunjukan Wayang

Dalam sebuah pertunjukan wayang, terdapat berbagai kolaborasi seni mulai dari seni peran, suara, musik, tutur, sastra, lukis, hingga pahat. Selanjutnya, pagelaran wayang kulit akan dimainkan oleh seseorang disebut sebagai dalang. Pementasan seni wayang tidak akan lengkap jika tidak diiringi oleh gamelan dan sinden akan menyanyikan beberapa lagu. Pengemasan yang apik membuat perhelatan wayang menarik menarik dan bisa menghibur masyarakat.

Setiap pertunjukan selalu ada cerita yang dibawakan, begitu pun wayang. Cerita wayang pada dasarnya bersumber pada kitab Ramayana dan Mahabharata. Kisah wayang yang bersumber dari India itu dalam perkembangannya disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Misalnya, dalam wayang Jawa ada tokoh punakawan (pelayan) dari keluarga Semar dengan anak-anaknya yaitu Petruk, Nala Gareng, Bagong, dan istrinya Dewi Sutiragen. Sedangkan dalam cerita wayang India tidak ada.

Di era sekarang, para dalang semakin kreatif mulai mengembangkan cerita-ceritanya dan ditemani suara-suara merdu para sinden. Tidak sedikit dalam pertunjukan wayang diselipkan cerita-cerita humor yang menghibur penonton berbagai kalangan usia.

Sido Muncul Hadirkan Panggung Wayang Kulit Tolak Linu

Untuk mempopulerkan dan melestarikan warisan seni dan budaya Wayang Kulit, Sido Muncul melalui brand Tolak Angin menghadirkan Panggung Wayang Kulit Tolak Linu. Menariknya, kegiatan tersebut tak hanya dilangsungkan di satu lokasi saja melainkan empat lokasi pertunjukan.

Pertama di lapangan Karangsari, Barat RSUD, Wates. Kemudian, kegiatan ini juga sukses digelar di Pasar Kuliner Logandeng, Kelurahan Logandeng, Kapanewaon Playen, Gunung Kidul. Lokasi lainnya yang juga dipilih untuk menyelenggarakan kegiatan ini adalah lapangan Ngasinan Grabag dan halaman kantor kecamatan Purworejo.

Panggung Wayang Kulit Tolak Linu turut diramaikan Elisha Orcarus Allasso, pesinden asal Yogyakarta yang juga merupakan Ambassador Tolak Linu. Elisha adalah salah satu bakat muda yang memiliki komitmen besar untuk melestarikan kebudayaan tradisional indonesia. Ia telah berkiprah di panggung pertunjukkan wayang sejak tahun 2011 silam. Semangatnya memperkenalkan kesenian wayang selalu terlihat dalam setiap pertunjukkan yang ia lakukan.

Panggung Wayang Kulit Tolak Linu yang digelar di beberapa lokasi itu pun sukses menyedot banyak perhatian masyarakat dari berbagai kalangan. Anak-anak, pria dan wanita datang bersama keluarga dan teman-teman menonton pertunjukan Wayang Kulit Tolak Linu.

Melalui Panggung Wayang Kulit Tolak Linu, Sido Muncul mengajak masyarakat terutama generasi mudah untuk turut melestarikan kesenian wayang kulit yang merupakan warisan budaya dari nenek moyang. 

Tolak Linu merupakan herbal untuk membantu meredakan pegal linu dan nyeri sendi. Minum setelah beraktivitas atau sebelum tidur untuk melancarkan peredaran darah, atasi capek dan lelah, jadi istirahat lebih maksimal. Tolak Linu dapat dibeli secara online melalui website resmi e-commerce www.sidomunculstore.com atau Official Store Sido Muncul di Tokopedia, Shopee, Blibli, Bukalapak, Lazada, dan JD.ID.

Untuk kamu yang ingin merasakan khasiat dari Tolak Linu, bisa langsung pesan di sini. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.