Sukses

Cerita Akhir Pekan: Mitigasi Dampak Negatif Kunjungan Turis ke Desa Wisata

Desa wisata harus berjalan dengan prinsip dari warga untuk warga. Bagaimana aktualisasinya?

Liputan6.com, Jakarta - Seperti destinasi lain, desa wisata tidak boleh menutup mata terhadap potensi negatif kunjungan wisatawan. Alih-alih menutup diri, mereka sebaiknya punya trik tersendiri dalam mencegah, atau setidaknya meminimalisir, imbas kurang baik.

Terlebih, keberadaan desa wisata sendiri merupakan wujud upaya meningkatkan daya ungkit desa tersebut, menurut ahli strategi pariwisata nasional, Taufan Rahmadi. "Dengan dijadikan desa wisata, faktor-faktor kekhawatiran, termasuk desa itu jadi miskin, justru berkurang," katanya melalui pesan suara pada Liputan6.com, Selasa, 30 Agustus 2022.

Ia menyambung, dampak negatif kunjungan wisatawan ke desa wisata sebenarnya akan "ditanggung kita semua." "Destinasi wisata tidak tertata, tidak terkontrol dengan baik, apalagi tentang sampah, pelaku wisata di destinasi pasti terdampak. Khusus sampah, ini juga tidak sesuai dengan prinsip keberlanjutan yang merupakan semangat dari desa wisata," ia menuturkan.

Sementara, Ketua Pokdarwis Bonjeruk Permai, Usman, menyebutkan bahwa potensi dampak negatif kunjungan turis ke desa wisata juga akan ditanggung pemerintah desa. Beberapa dampak tersebut antara lain timbulnya spekulasi usaha yang tidak tepat sasaran dan jika tidak dibuat aturan, akan terjadi konflik sosial yang disebabkan etika pengunjung.

"Lalu, timbulnya sampah. Terjadi kemacetan lalu lintas, dan pembangunan infrastruktur yang tidak pro lingkungan," Usman melanjutkan.

Potensi sederet dampak negatif kunjungan turis ke desa wisata ini bukan berarti tidak bisa diatasi. Taufan mengatakan, "Jika ada hal-hal seperti (masalah) sampah, itu bisa diselesaikan sesuai adat istiadat desa tersebut."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menekan Potensi Dampak Negatif Kunjungan Turis

Usman menyambung bahwa membuat aturan berkunjung jadi salah satu cara menekan potensi dampak negatif kunjungan turis ke desa wisata. "Kemudian, membatasi jumlah sesuai kapasitas, (mengadakan) fasilitas sampah, aturan tentang pembangunan fisik yang peduli lingkungan, dan pembangun koperasi untuk usaha masyarakat," tuturnya.

Taufan mengatakan, yang perlu dilakukan pengelola desa wisata adalah memastikan kebersihan, kelestarian, daya dukung, keamanan, dan dampak ekonominya. "Autentikasi kebudayaan setempat juga terjaga," imbuhnya.

Lebih lanjut ia merekomendasikan pada pengelola desa wisata untuk membuat standard operating procedure (SOP) terkait kunjungan ke desa wisata. Ia berkata, "Perkuat awik-awik dan lakukan sosilasisasi secara menyeluruh, baik pada wisatawan maupun masyarakat setempat."

Selain pengelola, pengunjung tentu juga bisa berperan untuk sama-sama menghadang potensi dampak negatif kunjungan turis ke desa wisata. Menurut Taufan, salah satunya dalam hal menangani sampah.

"Wisatawan diajak ikut serta,memahami apa-apa saja yang jadi ketentuan ketika berkunjung ke desa wisata," katanya. "Diedukasi terkait apa saja yang perlu dibawa, apa yang tidak boleh dilakukan."

3 dari 4 halaman

Keikutsertaan Wisatawan

Masih tentang peran wisatawan, Usman mengatakan penting untuk mereka menaati aturan berkunjung. Ini termasuk etika berpakaian, manajemen sampah, dan mendukung produk usaha lokal.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pun giat mendorong kunjungan ke desa wisata. Menurut Taufan, langkah antisipasi seharusnya mereka upayakan bersama anjuran berkunjung tersebut adalah edukasi dan sosialisasi.

"Ini terkait apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di desa wisata. Mendukung daripada penjagaan kearifan lokal dan membantu sosialisasi dalam bentuk program penataan destinasi," tuturnya.

Ia mengatakan, "Desa wisata dibangun dengan prinsip ujungnya harus berdampak pada masyarakat di sana. Harus seimbang antara pengembangan ekonomi dengan menjaga alam dan kearifan lokal. Jangan sampai desa wisata tidak tertata sampahnya, air bersihnya, destinasinya."

Usman mengatakan, yang terbaik adalah mendirikan sebuah wadah bersama, seperti koperasi dan kelompok usaha serupa, dalam mengelola desa wisata. Juga, sebisa mungkin menyaring investasi pribadi. "Segala usaha tersebut harus ada kontrol dan evaluasi dari pihak desa dan juga badan pengelola," ucapnya.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Partisipasi Masyarakat

Sebelumnya, melansir kanal Bisnis Liputan6.com, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat dalam mendukung pengembangan desa wisata, sehingga dapat mendorong kebangkitan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja.

"Partisipasi masyarakat sangat penting untuk mengangkat keunggulan daerahnya masing-masing. Masyarakat harus betul-betul sadar wisata dan kesadaran ini akan jdi bagian dari kekuatan ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif," tuturnya.

Selain potensi yang ada, masyarakat juga harus paham nilai-nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona, yakni keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan. Aktualisasi nilai-nilai tersebut jadi bagian dari perilaku sehari-hari dalam melayani wisatawan, sehingga jadi pendukung tumbuhnya iklim kepariwisataan dan menjiwai nilai kearifan budaya lokal.

Pemahaman sadar wisata diharapkan dapat membangun pola pikir masyarakat agar jadi pemeran aktif dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. "Kebersihan dan keramahtamahan adalah dua hal yang sangat penting (untuk dijaga) dan tentu, yang tidak kalah penting, adalah partisipasi masyarakat untuk mengangkat keunggulan daerahnya masing-masing,” kata Menparekraf.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.