Sukses

Turis Amerika Diperkosa di Toilet Umum, Jantung Wisata Paris Tak Aman?

Seorang pria sudah ditangkap menyusul kasus pemerkosaan yang dialami seorang turis Amerika saat berjalan-jalan ke jantung wisata Paris, Prancis.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis Amerika diperkosa di toilet umum di pusat kota Paris, Prancis. Wanita berusia 27 tahun itu keluar dengan pasangannya pada Sabtu malam, 6 Agustus 2022, di tepi Sungai Seine di jantung wisata Paris, tidak jauh dari Katedral Notre Dame dan Balai Kota Paris.

Dikutip dari laman Guardian, Jumat (12/8/2022), kawasan pejalan kaki di tepi sungai itu sebenarnya ramai pengunjung. Itu menjadi titik fokus untuk acara musim panas Tepi Kanan Sungai Paris, Paris Plages, yang selalu sibuk, baik siang maupun malam hari.

Para turis dan warga Paris sering berpiknik di tepi sungai atau keluar untuk minum di malam hari. Itu pula yang dilakukan oleh turis Amerika itu. Sekitar pukul 1 pagi, ia berhenti di toilet umum di dekat jembatan Louis-Philippe di kawasan distrik ke-4 Paris.

Lokasinya tak jauh dari bar lokal sehingga dianggap aman dan terawat dengan baik. Itu adalah bagian dari fasilitas baru yang dibangun enam tahun lalu ketika area tepi sungai dinyatakan sebagai kawasan bebas kendaraan bermotor.

Surat kabar lokal Le Parisien melaporkan bahwa pasangan wanita itu menunggunya, tetapi ia menjadi khawatir karena perempuan itu tak kunjung kembali. Ia lalu pergi mengecek ke toilet dan mendengar tangisan. Ia menemukan pasangannya diserang.

Penjaga keamanan di daerah itu datang dan membantu polisi menangkap pelaku pemerkosaan yang berusia 23 tahun. Pria itu tinggal di Asnières-sur-Seine, di luar Paris. Dalam wawancara awal dengan polisi, dia menyangkal pemerkosaan dan mengatakan wanita itu telah menyetujuinya.

Wanita itu segera dibawa ke rumah sakit Paris. Setelah memberikan bukti kepada polisi, dia dan rekannya terbang kembali ke AS.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kawasan Tepi Sungai Seine

Kawasan tepi Sungai Seine dinyatakan sebagai jalur khusus pejalan kaki sejak April 2017. Dikutip dari laman Conde Nast Traveller, jalurnya membentang sepanjang dua mil di tepi kanan sungai, mulai dari Taman Tuileries dan berakhir di lingkungan Bastille.

Kebijakan itu merupakan ide Wali Kota Paris saat itu, Anne Hidalgo, yang kemudian disetujui oleh Dewan Kota Paris. Ada alasan mendesak terkait inisiatif itu, yakni untuk menekan tingkat polusi Paris yang tinggi. "Kami telah memimpikan momen ini selama 15 tahun," kata Hidalgo saat peluncuran.

Tepi sungai pejalan kaki itu dipenuhi dengan area tempat duduk al fresco, area sepatu roda dan pengendara sepeda, ruang hijau, dan area bermain anak. Rutenya diklaim sangat baik bagi warga Paris untuk berjalan-jalan di musim panas. 

"Kami bukan anti mobil, kami anti polusi," kata Hidalgo. "Panjang umur, panjang umur Paris, dan panjang umur udara segar."

Polusi udara di kota itu telah memburuk. Hidalgo bahkan menutup jalan tol Georges-Pompidou, salah satu jalan tersibuk di kota tersebut, untuk membuat Paris lebih hijau. Dia juga berada di belakang rencana kota untuk membersihkan Seine dan Kanal St. Martin agar warga bisa berenang di dalamnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Gelombang Panas

Seperti negara lain di Eropa Barat, Prancis juga terdampak gelombang panas yang suhunya mencapai 40 derajat Celcius. Selain warga menyerbu titik air, gelombang panas juga menyebabkan bencana kebakaran hutan di wilayah Gironde, barat daya Prancis, pada Rabu, 10 Agustus 2022.

Peristiwa itu menghancurkan rumah-rumah dan memaksa 10.000 penduduk dievakuasi. Beberapa di antaranya sempat memanjat ke atas atap ketika api semakin mendekat ke wilayah pemukiman.

Langit berwarna hitam-oranye, yang dibuat gelap oleh asap yang mengepul dari hutan dan diterangi oleh api, terlihat di seluruh area. Api terus berkobar di luar kendali, meskipun petugas pemadam kebakaran yang didukung oleh pesawat pengebom air telah berupaya untuk memadamkan kobaran api.

Mengutip VOA Indonesia, Kamis (11/8/2022), kebakaran hutan yang telah menghanguskan sekitar 6.200 hektare lahan itu kini telah merambat ke wilayah Landes yang berdekatan. Prancis kewalahan menghadapi fefek gelombang panas.

Puluhan titik kebakaran terendus, termasuk sedikitnya delapan kebakaran besar. Lebih dari 57.200 hektare area telah terbakar di Prancis selama tahun ini, hampir enam kali lipat lebih besar dari rata-rata kebakaran yang terjadi selama setahun penuh pada periode 2006--2021, menurut data dari Sistem Informasi Kebakaran Hutan Eropa.

4 dari 4 halaman

Bawa Seperlunya

Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, di Desa Hostens di dekat kota itu, polisi sebelumnya mendatangi rumah-rumah warga dari pintu ke pintu dan menyuruh mereka untuk pergi saat api membesar. Seorang warga, Camille Delay, melarikan diri bersama pasangan dan putranya, membawa dua kucing, ayam, dan surat-surat asuransi rumah mereka.

Petugas pemadam kebakaran mengatakan lebih banyak evakuasi mungkin akan dilakukan. Meski demikian, sebagian warga Hostens enggan meninggalkan rumah mereka.

Padahal, pemerintah sudah mengumumkan rencana evakuasi warga kota Belin-Beliet di wilayah Gironde lewat laman Facebook mereka. "Siapkan surat-surat Anda, hewan-hewan yang bisa Anda bawa, beberapa barang," demikian pengumuman itu.

Hal serupa juga terjadi di Inggris. Pemadam kebakaran London menyatakan "insiden besar" ketika sejumlah kebakaran terjadi, dalam apa yang dikatakan dinas itu sebagai hari tersibuk sejak Perang Dunia II. Orang-orang disarankan bekerja dari rumah, beberapa sekolah ditutup, sementara rumah sakit dan layanan darurat dibatasi.

"Di Eropa dan bagian lain dunia kita melihat semakin banyak gelombang panas yang memecahkan rekor menyebabkan suhu ekstrem yang menjadi lebih panas (dan) lebih cepat daripada di kebanyakan model iklim," kata Friederike Otto dari Grantham Institute for Climate Change di Imperial College London, yang memimpin proyek WWA.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.