Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pegawai hotel di Phuket menggelar protes di Bangla Road Walking Street pada Minggu malam, 17 April 2022. Mereka tak terima tempat mereka bekerja disanksi polisi meski terbukti melanggar aturan penjualan minuman beralkohol Thailand yang diberlakukan selama masa pandemi Covid-19.
Polisi menutup paksa hotel setelah seorang pengacara mengunggah video di Facebook miliknya yang menunjukkan pesta larut malam digelar di tempat itu selama perayaan Songkran. Mereka juga menjual minuman beralkohol kepada para turis setelah pukul 11 malam, yakni batas jam malam yang diberlakukan di Thailand selama periode pembatasan akibat pandemi Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Video tersebut berhasil menarik perhatian setelah ditonton 350 ribu kali. Pengunggahnya adalah Sittha Beerbangkird, seorang pengacara ternama. Menurut dia, penduduk sekitar sudah lama mengeluhkan hal itu kepadanya dan petugas polisi di Patong. Mereka merasa terganggu dengan keributan yang datang dari Patong Bay Hill Resort, nama hotel yang disanksi polisi Thailand.
Penduduk mengklaim tempat hiburan malam di hotel itu kerap beroperasi saat jam malam diberlakukan. Dia juga mengklaim penduduk lokal meminta bantuannya untuk mengekspos ulan hotel ke media sosial karena otoritas setempat tidak berbuat apapun untuk menghentikan mereka. Padahal, laporan keluhan dan bahkan video pelanggaran yang diunggah para pengunjung bertebaran di media sosial.
Sittha kemudian mendatangi hotel dimaksud pada pukul 2 dini hari. Ia mendapati bahwa yang dikeluhkan warga benar. Ia pun mengunggah video yang menampilkan keramaian para wisatawan yang berpesta.
Dalam unggahan itu, ia menuduh pihak hotel telah beroperasi melebihi waktu dan melanggar aturan pembatasan Covid-19 selama dua tahun terakhir. Dia juga menyebut bar di hotel itu bahkan tak memiliki izin operasional.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Diprotes Balik Pegawai
Sang pengacara menyebut bar itu tetap buka pada pukul 2 dini hari. Ia menyebut suara berisik yang keluar dari bar mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar itu.
Dengan keramaian seperti itu, Sittha menyatakan tak mungkin bila tidak ada satu pun pejabat yang mengetahuinya. Ia pun mencurigai mereka telah disuap untuk menutupi masalah itu. Video itu kemudian viral dan berujung sanksi penutupan sementara hotel oleh polisi.
Seiring dengan penutupan itu, lebih dari 50 karyawan bar diklaim kehilangan pekerjaan mereka dan memprotes sanksi polisi. Mereka membawa serta sejumlah poster sebagai cerminan kekesalah mereka.
"Kami lapar, dan ini untuk makan, bukan untuk reputasi di media sosial."
"Kami tak akan menyambut siapa pun yang inginkan sorotan."
"Dapatkah kamu membayarkan utangku?" Demikian sejumlah tulisan yang tertulis di poster para demonstran.
Advertisement
Kawasan Wisata
Pemrotes mengklaim warga Patong memahami situasi yang dialami para pegawai hotel karena mereka lahir dan besar di sana. Mereka juga menyebut Patong sebagai destinasi wisata tanpa kebun karet atau sawit untuk sumber penghasilan lainnya. Karena itu, mereka harus melakukan apapun untuk bertahan hidup.
Para pegawai hotel juga mengaku tidak ada yang memedulikan mereka sejak pandemi menghantam dunia. Warga diminta untuk bertahan dengan cara mereka sendiri.
Di sisi lain, Thailand saat ini masih dalam situasi darurat nasional. Otoritas setempat melalui CCSA mengizinkan bar di zona kuning dan biru bisa beroperasi menjadi restoran. Bila sudah mendapat persetujuan penuh SHA+, mereka berhak menyajikan alkohol hingga pukul 11 malam. Setelah itu, penjualan alkohol dinyatakan ilegal.
Dibekingi Aparat?
Terlepas dari kritikan dari mantan pegawai hotel yang diberhentikan, sejumlah warga Thailand lain justru mendukung. Mereka menyebut sejumlah bar dekat rumah mereka juga melakukan pelanggaran yang sama.
Sementara, warganet lain memperingatkan pengacara itu untuk berhati-hati karena kemungkinan sejumlah orang berpengaruh terlibat. Manajemen dan pemilik resor Patong Bay Hill termasuk sejumlah pengusaha Patong yang terkenal. Menurut mereka, mereka menyadari situasi dilematis yang dihadapi para pegawai, tetapi itu bukan berarti mereka berhak dikesualikan.
Ada pula yang menyatakan jika Phuket dapat membuka bar, tampaknya dengan sedikit batasan, provinsi lain harus diizinkan untuk melakukan hal yang sama. Meski pembatasan masih berlaku di sektor itu, sejumlah pelonggaran akan diberikan bagi wisatawan asing yang hendak berlibur di Thailand.
Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand Phiphat Ratchakitprakarn mengatakan wisatawan bisa memasuki Thailand hanya dengan menunjukkan sertifikat vaksin per 1 Mei 2022. Mereka tidak lagi akan diminta menunggu 3--5 hari untuk menunggu dokumen mereka disetujui di sistem pendaftaran online Thailand Pass.
Dalam proposal yang diajukan, tes PCR saat kedatangan diperkirakan akan digantikan dengan tes antigen saat tiba di bandara. Proposal itu masih didiskusikan dan harus disetujui oleh CCSA dan kabinet Thailand sebelum diberlakukan.
Advertisement