Sukses

Ragam Faktor Pendukung dan Penghambat Wujudkan Wisata Berkelanjutan di Bali

Konsep wisata berkelanjutan (sustainable tourism) dinilai sebagai aspek terpenting bagi pengembangan sektor pariwisata di era pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan ingin membuat pariwisata menjadi volume rendah, nilai lebih tinggi, dan lebih berkelanjutan atau dikenal dengan konsep sustainable tourism. Pariwisata juga diharapkan lebih peka terhadap komunitas lokal dan terhadap budaya lokal.

Garis besarnya, bukan jumlah atau banyaknya wisatawan yang diharapkan datang, tapi lebih pada kualitas wisatawan tersebut. Kalau mereka tinggal lebih lama di sebuah daerah wisata, lalu mengeluarkan banyak uang untuk berbagai hal, banyak sektor yang terbantu dan merasakan dampaknya.

Selain itu, konsep wisata berkelanjutan atau sustainable tourism dinilai sebagai aspek terpenting bagi pengembangan sektor pariwisata di era pandemi Covid-19 ini. Pariwisata berkelanjutan ini juga diyakini selaras dengan kebijakan protokol kesehatan.

Menurut Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace, destinasi wisata di masa pandemi ini akan mengedepankan prinsip pariwisata berkelanjutan yang menonjolkan daya tarik budaya, alam dan masyarakat Bali. Dia menyebut bahwa daya tarik Bali tidak hanya pada keindahan alamnya saja, tetapi juga budaya dan tradisi yang ditanamkan oleh masyarakat Bali.

Ia juga berharap, konsep pariwisata sustainable tourism ini membuat Bali tidak hanya dikenal memiliki lanskap pantai yang indah tapi juga nilai budaya yang dijunjung oleh masyarakat.

"Sustainable tourism adalah konsep pariwisata yang sangat sederhana. Pariwisata yang tidak merusak kekuatan daya tariknya. Apa yang menjadi daya tarik Bali adalah alam, manusia, dan budaya. Metodenya juga lebih ramah lingkungan dan cocok diterapkan di masa pandemi seperti sekarang ini," ucap Cok Ace dalam webinar sustainable tourism yang diadakan MVB Indonesia, Kamis, 2 September 2021.

Ia menyebutkan ada banyak faktor pendukung untuk mewujudkan wisata berkelanjutan di Bali. Di antaranya, masyarakat Bali punya kesadaran kolektif, kearifan lokal sejak lama, dan masih menjaga dan merawat modal sosial, seperti misalnya nilai adat istiadat, tradisi, budaya, dan lingkungan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sampah dan Polusi

Kondisi ini tentu membuat Bali menjadi wilayah yang dianggap siap menerapkan konsep sustainable tourism. Sementara pembangunan terus bergerak, pengotoran lingkungan, pengotoran kawasan danau, sungai, laut, sumber mata air semakin buruk dan kotor.

Untuk mewujudkan alam Bali yang bersih, telah dikeluarkan berbagai kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Bali. Misalnya, Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut dan Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

"Ada juga Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Peraturan gubernur ini akan mempercepat upaya melindungi dan memperbaiki alam lingkungan Bali beserta segala isinya di bidang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga maupun sampah plastik," tutut Cok Ace.

Masih terkait masalah lingkungan hidup, soal transportasi juga jadi salah satu faktor penghambat terjadinya wisata berkelanjutan. Menurut Ida Ayu Indah Yustikarini, selaku perwakilan dari Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali, penggunaan transportasi umum atau massal sangat berperan dalam mengurangi polusi udara yang termasuk hal penting dalam upaya menjalankan wisata berkelanjutan.

3 dari 4 halaman

Sewa Motor

Tidak mudah memengaruhi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, untuk beralih ke kendaraan umum selama mereka berjalan-jalan di Pulau Dewata. Para turis biasanya lebih memilih memakai kendaraan pribadi atau menyewa sepeda motor untuk berkeliling karena bisa menghemat lebih banyak waktu dan biaya sewa motor cukup terjangkau.

"Padahal kita sudah punya bus Trans Sarbagita yang bisa membawa wisatawan ke berbagai lokasi wisata di sekitar Bali. Tapi masih banyak yang lebih memilih menggunakan sepeda motor untuk berkeliling Bali," ungkap Ida Ayu.

Ia mengaku tidak bisa memaksa mereka memakai transportasi umum karena itu hak mereka, kecuali bila ada aturan yang mengikat.

"Tapi nanti kalau aturannya diperketat, kita khawatir bakal berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk datang ke Bali. Jadi untuk saat ini, motor masih jadi transportasi yang dinilai paling mudah dan murah untuk jalan-jalan di Bali," ucap dia.

4 dari 4 halaman

Aturan Pembatasan PPKM Darurat Jawa Bali

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.