Sukses

Mengenal Kampung Laweyan yang Sudah Ada Sejak 1546 M dan Kini Jadi Sentra Batik di Solo

Ada 121 perajin batik yang aktif dan kini ada sekitar 54 outlet atau toko batik yang menawarkan hasil karya batik dengan beragam motif, seperti Tirto Tejo dan Truntum dengan beragam variasi harga.

Liputan6.com, Jakarta Solo atau Surakarta dikenal sebagai kota budaya dan merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Tengah. Salah satu budaya yang diwariskan keluarga asli Solo adalah batiknya. 

Nah, jika kamu berlibur ke kota Solo ada baiknya mampir ke pusat batik tertua di kota ini. Adalah Kampung Batik Laweyan. Banyak wisatawan asing dan domestik datang ke tempat ini untuk melihat beragam batik yang dibuat oleh para perajin batik. 

Menariknya kampung ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang lho pada 1546 masehi dan sempat meraih masa kejayaannya pada 1970an. Kemudian pada 25 September 2004, Laweyan pun diresmikan menjadi kampung batik oleh Pemerintah Solo. Dengan adanya peresmian itu, para para pengusaha batik yang telah lama mengalami kevakuman pun kembali berproduksi.

Alhasil ada 121 perajin batik yang aktif dan kini ada sekitar 54 outlet atau toko batik yang menawarkan hasil karya batik dengan beragam motif, seperti Tirto Tejo dan Truntum dengan beragam variasi harga. 

Untuk diketahui, Kampung Laweyan berkonsep terpadu dengan memanfaatkan lahan seluas sekitar 24 hektar yang terdiri dari tiga blok. Selain berjualan, Kampung Batik Laweyan juga menawarkan paket wisata workshop membuat batik. 

Jika  kamu yang tertarik, bisa banget mengikut kursus membatik dalam waktu singkat sekitar dua jam dan bisa langsung pulang hasil karyamu. 

Ya, ilmu pembuatan batik yang dulu jadi 'rahasia' pun didapatkan eksklusif dari para juragan batik. Tak hanya akademisi, siswa sekolah, komunitas, bahwa para wisatawan yang berminat dengan batik bisa mempelajarinya. 

Selain belajar membatik, Kampung Batik Laweyan juga menyimpan kekayaan arsitektur Jawa kuno. Nah jika mampir berwisata ke Kampung Batik Laweyan, kamu bisa bersantai dan menikmati suasana di Surakarta dengan pilihan 78 kafe dan restoran, di antaranya Saudagar Coffee, serta ada tiga pusat oleh-oleh untuk membawa buah tangan pulang ke rumah. 

Klasterku Hidupku, Program Klaster UMKM Binaan BRI

Desa Laweyan masuk dalam program Klasterku Hidupku dari BRI dengan membentuk financial close system. Dengan begitu, para pelaku UMKM dapat lebih mudah dalam hal mengakses pasar, mempromosikan produk, networking, dan mendapat edukasi yang terfokus.

Selain itu, program ini juga menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro kepada para nasabah melalui program capacity building yang dilakukan pada Rumah Kreatif BUMN (RKB BRI).

 

(*)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.