Sukses

Pandangan Sains tentang Gerakan Hidup Awet Muda, Benarkah Penuaan Bisa Ditolak?

Nyatanya hidup awet muda nan berumur panjang jadi sesuatu yang didamba sekaligus ditakuti.

Liputan6.com, Jakarta - Sudah lama sejak canangan hidup awet muda jadi dambaan tak sedikit orang. Namun, penuaan secara fisik nyatanya tetap bakal terjadi secara alami. Jadi, sampai mana perlawanan bisa dilakukan?

Dave Asprey, pendiri perusahaan suplemen Bulletproof dan salah satu raksasa teknologi Silicon Valley yang terobsesi memperpanjang masa hidup menyatakan, ia ingin hidup lebih dari 180 tahun. Narasi ini kemudian direspons dengan mengernyitkan kening.

Namun, siapa yang tak ingin menyesap cangkir gerontologi dengan asumsi kesehatan dan kebugaran yang wajar? Melansir laman Vogue, Rabu, 22 September 2020, di situlah letak tangkapannya, panjang umur adalah sesuatu yang diinginkan, sekaligus ditakuti.

Pada 2014, Yehezkiel Emanuel, seorang ahli onkologi dan Ketua Departemen Etika Medis dan Kebijakan Kesehatan di Universitas Pennsylvania, menulis esai blak-blakan untuk The Atlantic berjudul "Why I Hope to Die at 75."

Ia berpendapat bahwa keputusasaan untuk hidup awet muda menyedot sumber daya dan merampas kreativitas, serta kemampuan berkontribusi pada pekerjaan, masyarakat, juga dunia. "Anda tak ingin menunggu sampai akhir hidup Anda dan menjalaninya secara tidak sadar," katanya.

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang menderita penyakit selama lima sampai delapan tahun sebelum meninggal. Haruskah demikian? Para ilmuwan mengatakan tidak. Mereka berpendapat bahwa penuaan adalah penyakit yang dapat ditargetkan, diobati, bahkan mungkin di balik.

Panjang umur, pencarian setua peradaban manusia itu sendiri, adalah kata kunci di dunia kesehatan yang muncul di mana-mana, mulai dari gym khusus, seperti Longevity Lab NYC, hingga formula IV NutriDrip seharga 600 dolar Amerika.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Metode-Metode Melawan Penuaan

Bahkan, narasi awet muda nan panjang umur pun muncul di suplemen yang disetujui Victoria Beckham. Sementara itu, investor terkenal, seperti Jeff Bezos dan Peter Thiel, mendukung perusahaan merancang obat mencegah gangguan terkait bertambahnya usia.

Jika motode puasa bukan pilihan Anda, diet masih sangat penting. Soal apa yang harus dimakan, standar emasnya tetaplah diet Mediterania. Pola makan yang tinggi konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan rendah daging merah.

Sebuah studi yang dipublikasikan baru-baru ini di jurnal medis Gut menemukan, mengikuti metode diet ini selama satu tahun memperlambat perkembangan proses peradangan akibat usia.

David Sinclair, ahli genetika Harvard dan penulis buku Lifespan: Why We Age — dan Why We Don't Have To, mengatakan bahwa diet Mediterania pada dasarnya 'menipu' tubuh agar berpikir telah melakukan olahraga dan puasa.

3 dari 3 halaman

Zona Biru dan Peran Hubungan Sosial

Sementara, Dan Buettner, National Geographic Fellow, yang membantu memopulerkan gagasan zona biru, yakni lima wilayah di seluruh dunia dengan penghuni berusia terpanjang, mengatakan, ia mengikuti aturan penduduk Okinawa, Jepang, dan berhenti makan saat perutnya 80 persen penuh.

Lalu, pertimbangkan untuk sesekali melewatkan hidangan penutup. Pasalnya, penelitian menunjukkan bahwa asupan gula mempercepat peradangan terkait usia. “Semakin banyak gula yang Anda makan, semakin cepat Anda menua,” kata Robert Lustig, profesor endokrinologi pediatrik di University of California, San Francisco.

Praktik hidup penting lainnya adalah tidur yang cukup dan manajemen stres. Di zona biru, kata Buettner, orang-orang mengurangi beban kerja sepanjang hari melalui doa, meditasi, atau hanya tidur siang.

Para ilmuwan juga semakin memahami sepenuhnya peran orang lain dalam memperpanjang hidup. Sebuah studi pada 2019 di jurnal SSM-Population Health menemukan bahwa hubungan sosial secara signifikan meningkatkan rentang hidup pada orang dewasa yang lebih tua.

Ahli saraf Daniel Levitin, penulis buku Successful Aging, telah menemukan bahwa persahabatan pada usia 80 tahun adalah prediktor kesehatan yang lebih besar daripada tingkat kolesterol. Teman, bahkan tetangga, tulisnya, melindungi otak Anda, sementara kesepian telah terlibat dalam hampir setiap masalah medis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.