Sukses

Tekstil Jepang Kuno Dibuat dengan Kuku Bergerigi

Dengan kuku bergerigi, pengrajin membuat tekstil kuno Jepang yang indah dan menawan.

Liputan6.com, Jakarta - Kuku tak hanya berfungsi untuk menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal, tapi juga bisa digunakan untuk mengukir kerajinan tekstil.

Kemampuan itu diperlihatkan para perajin di Jepang. Mereka sengaja membuat kuku tangan mereka bergerigi untuk membuat kerajinan tradisional yang menawan, salah satunya diperlihatkan perajin dari Prefektur Shiga di Jepang, diansir dari Sora News 24, Jumat, 21 Agustus 2020.

Di sana, para pengrajin memiliki satu ciri fisik yang sama. Ujung bergerigi kecil yang diukir di kuku mereka. Kerajinan yang melibatkan para pengrajin ini disebut 'tsumekaki hon tsuzure ori'. Secara harfiah diterjemahkan menjadi 'tenunan permadani asli dengan menggores kuku'.

Seperti namanya, teknik ini menggunakan paku untuk membuat tenun, dan ini adalah jenis tertua dari Nishijin Ori, tekstil tradisional yang diproduksi di distrik Nishijin, Kyoto.

Kerajinan yang melibatkan para perajin ini disebut 'tsumekaki hon tsuzure ori,' yang secara harfiah diterjemahkan menjadi 'tenunan permadani asli yang menggores kuku'. Seperti namanya, teknik ini menggunakan kuku untuk membuat tenun, dan ini adalah jenis tertua dari Nishijin Ori, tekstil tradisional yang diproduksi di distrik Nishijin, Kyoto.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga

Dibuat di Jepang selama lebih dari 1.000 tahun, satu perusahaan di Prefektur Shiga bekerja keras untuk mempromosikan kerajinan kuno tersebut dan menjaganya tetap relevan hingga saat ini dengan menggunakannya untuk menciptakan produk yang sesuai dengan gaya hidup modern.

Perusahaan bernama Kiyohara Orimono, juga memproduksi video untuk memberikan gambaran di balik layar proses menenun, dan alasan mengapa kuku kecil bergerigi itu berguna. Dengan menunjukkan bagaimana kuku yang diarsipkan digunakan sebagai alat untuk menenun, menggaruk benang dengan ujungnya yang bergerigi, seperti yang telah dilakukan selama berabad-abad.

Hasil dari proses yang melelahkan ini adalah kain dengan pola rumit yang terlihat seperti dilukis dengan kuas. Anehnya, tidak banyak orang di Jepang yang menyadari bahwa teknik ini ada, dan ketika Senior Managing Director Kiyohara Seiji Kiyohara menyampaikannya kepada semua orang dengan kicauannya di Twitter, itu dengan cepat menjadi viral.

Kiyohara, yang mengatakan tujuannya adalah untuk memastikan bahwa teknik tenun tradisional Jepang tidak pernah mati. Sekarang menggunakan metode pembuatan kain kuno untuk membuat produk yang bergaya untuk penggunaan sehari-hari di bawah merek Sufuto.

Harga Sufuto mulai dari 3.080 yen untuk lonceng angin yang menampilkan kain tenun tangan, yang dapat dibeli secara online. Tradisi kuno di seluruh Jepang diadaptasi untuk hari ini dengan berbagai cara yang menarik, menghadirkan produk unik seperti sepeda kayu kisi dan kuas kosmetik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.