Sukses

Apakah Anda Termasuk Dromomania alias Pecandu Traveling?

Saat pandemi corona COVID-19 ini bisa jadi momen untuk mengecek apakah Anda sudah kecanduan traveling atau bukan.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak orang, traveling adalah tentang harga diri, sedangkan yang lain menganggap perjalanan sebagai petualangan untuk mencari nafkah. Namun, karantina wilayah yang global akibat corona COVID-19 telah menghentikan industri pariwisata dan penghobi traveling berjuang keras mencari solusi.

Bila Anda merasa kehilangan banyak traveling daripada teman atau keluarga, Anda mungkin menderita suatu kondisi yang disebut dromomania, yaitu keinginan untuk berjalan atau mengembara, yang juga digunakan oleh para psikolog untuk menggambarkan kecanduan perjalanan.

Ketika perbatasan ditutup dan maskapai menghentikan operasi, banyak dari kita akan menanggapi penguncian perjalanan itu dengan mengangkat bahu sederhana dan komentar sedih tentang menunggu sampai semua ini reda.

Tapi bagaimana pecandu traveling? Tentunya, siapa pun yang mendefinisikan diri mereka sebagai pecandu perjalanan harus mendapatkan beberapa perspektif.

Siapa yang akan bersimpati pada blogger perjalanan yang miskin atau 'influencer' Instagram yang tidak bisa lagi melakukan perjalanan mewah gratis?

"Ada kecenderungan untuk membenci pecandu perjalanan dan yang sering bepergian - atau bepergian jauh - terhadap sikap dan perilaku mereka," kata Dr Michael Brein, seorang psikolog yang berbasis di Washington yang berspesialisasi dalam psikologi perjalanan, seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa, 7 April 2020.

"Simpati tampaknya bergantung pada bagaimana orang 'sah' berpikir pekerjaan itu," kata Valerie Stimac, seorang jurnalis perjalanan dan penulis untuk Lonely Planet.

Stimac, seorang pecandu traveling yang mengaku telah melihat reaksi influencer media sosial mengeluh bahwa aliran pendapatan mereka sangat berkurang. Orang-orang lebih memilih tinggal di rumah demi keselamatan.

Sementara itu, Brein mengatakan bahwa perjalanan adalah cara beberapa orang yang paling mudah mengembangkan harga diri dan kepercayaan diri. "Seorang pecandu traveling adalah seseorang yang hidupnya terutama didorong oleh kebutuhan dan dorongan untuk terus mengalami kebaruan dan kegembiraan di tempat-tempat baru," katanya.

"Kita semua tahu orang-orang yang tampaknya terus-menerus melakukan perjalanan semakin banyak. Para pelancong ini tampaknya terus bergerak ke tempat-tempat baru," sambungnya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Karakteristik Dromomania

Jika Anda merasa dromomania, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memanfaatkan waktu istirahat ini akibat virus corona. Bagi kita yang mencari nafkah di industri perjalanan, misalnya, ini adalah waktu yang kritis agar mempelajari keterampilan baru dan membangun keahlian.

"Ini adalah contoh terbaru dalam hidup saya sendiri yang membutuhkan keterampilan untuk membangun karier yang berkelanjutan dalam industri perjalanan yang bergerak cepat yang ditambah teknologi," katanya.

Bagi penulis atau blogger perjalanan dibutuhkan pembuatan situs, SEO dan promosi online, fotografi, videografi, dan pengeditan.

Bagaimana cara mengetahui apakah Anda seorang 'pecandu perjalanan'? Apakah Anda menderita dromomania - atau apakah Anda hanya ingin berlibur?

Berikut adalah beberapa karakteristik orang yang mungkin lebih sering bepergian secara berlebihan dibandingkan dengan yang lain, menurut Brein:

- sedikit ketakutan atau kecemasan

- pengambil risiko yang relatif lebih tinggi

- mencari hal baru

- lebih ramah dan ekstrovert

- sangat mandiri

- energi tinggi

- Dorongan diri sendiri

- Kesenangan atau hedonistik

- berorientasi pada aksi

- bukan pencari kenyamanan

- sudah terbiasa bepergian 

- harga diri yang lebih tinggi, kurang didorong oleh kebutuhan untuk pengakuan oleh orang lain

- Berorientasi pada pencarian

- impulsif dan spontan

- Lebih emosional daripada intuitif

3 dari 3 halaman

Saksikan video pilihan di bawah ini :

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.