Sukses

Aksi Penyair Viral Peri Sandi dalam Penutupan Lafest Minggir #1 di Ponpes Gus Muwafiq

Sebelum Peri Sandi tampil, sejumlah penyair senior juga membacakan puisi-puisi mereka, termasuk Joko Pinurbo yang menghadirkan puisi tentang Gus Dur, Joni Ariadinata, Hamdy Salad, Mutia Sukma, Raudal Tanjung Banua, dan Reky Zakia.

Liputan6.com, Yogyakarta - Penyair viral Peri Sandi Huizche menutup perhelatan Literary Art Festival (LAFEST) Minggir #1 di Pondok Pesantren KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq, Sabtu (7/10/2023). Peri Sandi, dengan performanya yang teaterikal, membawakan puisi pertamanya yang berjudul 'Pidato El Banditos Menjelang 2024zzzZZZZ'.

Dengan suara yang lantang dan gerakan tubuh yang penuh perasaan, ia mengajak para penonton untuk menyelami kebusukan politik dalam negeri. Puisinya secara gamblang mengolok-olok banyak komunitas penting tanah air yang dapat diarahkan sesuai kepentingan politik.

Akademisi, wartawan, influencer, seniman, komunitas seniman, bahkan masjid, ulama, dan anak yatim, semuanya bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik.

“Sedangkan, masalah akhirat saudara-saudara! Kita hanya perlu mengikuti Langkah Kelima, yaitu taubatan nasuha, sebelum akhirnya nyawa kita diambil," kata Peri sambil mengajak penonton bersama-sama mengucapkan kata-kata umpatan.

Peri Sandi kemudian membacakan puisi ‘Sajak Palsu’ karya Agus R Sardjono dengan diringi musik karya koleganya seorang warga Rusia. Dengan musik tempo cepat, Peri Sandi benar-benar layaknya seorang performer yang sangat menghibur.

Sebelum Peri Sandi tampil, sejumlah penyair senior juga membacakan puisi-puisi mereka, termasuk Joko Pinurbo yang menghadirkan puisi tentang Gus Dur, Joni Ariadinata, Hamdy Salad, Mutia Sukma, Raudal Tanjung Banua, dan Reky Zakia.

Dalam pidato kebudayaannya, KH Muwafiq, pemimpin Pondok Pesantren Gus Muwafiq, menyampaikan harapannya agar LAFEST Minggir dapat berlangsung secara berkala, bukan hanya setahun sekali, tetapi mungkin setiap tiga atau enam bulan sekali.

Menurutnya, mukjizat tertinggi Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa puisi. Bahkan ketika mengisahkan peristiwa kiamat atau kematian Firaun, Al-Qur’an menggunakan bahasa puisi yang sangat indah.

"Saat kita membacakan atau menyanyikan barzanji dalam perayaan Maulid Nabi, itu juga adalah bentuk puisi. Saya ingin acara bersama para penyair ini bisa digelar secara rutin di Pondok Pesantren Minggir," ujarnya.

Joni Ariadinata, seorang penyair senior yang terlibat dalam penyelenggaraan LAFEST Minggir oleh KH Muwafiq, juga berharap agar acara ini dapat mendekatkan dunia pesantren dengan dunia kepenyairan.

"Kiai Muwafiq bahkan berharap penyair-penyair nasional atau bahkan internasional dapat membacakan puisi mereka di sini di masa mendatang. Kami akan berusaha untuk mewujudkannya dalam LAFEST selanjutnya," kata Joni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.