Sukses

Jumlah Jemaah Haji Meninggal Lebih Tinggi Dibanding Saat Tragedi Mina dan Crane, Kenapa?

Jumlah jemaah haji meninggal dunia di Tanah Suci tertinggi sejak 2015. Padahal saat itu ada tragedi Mina dan insiden crane jatuh

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah jemaah haji yang meninggal di tanah suci terus bertambah. Pada hari ke-52 pelaksanaan ibadah haji, jumlah jemaah haji meninggal mencapai 614 orang.

Itu artinya, jumlah ini tertinggi delapan tahun terakhir, atau sejak 2015. Dalam periode yang sama hari ke-52, jumlah jemaah haji wafat sebanyak 574 orang.

Padahal saat itu ada tragedi crane jatuh di Masjidil Haram, Makkah yang menewaskan lebih dari 100 jemaah haji, termasuk 12 di antaranya dari Indonesia.

Tahun yang sama juga terjadi tragedi Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji, termasuk 129 orang di antaranya dari Indonesia.

Pada 2016 dengan periode yang sama hingga hari ke-52, jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci mencapai 293 orang. Kemudian pada 2017 sebanyak 539 orang, 2018 ada 298 orang, 2019 sebanyak 379, dan 2022 hanya 74 orang.

Pada 2020 dan 2021 pemerintah Indonesia tidak mengirimkan jemaah haji akibat pandemi Covid-19. Sementara pada 2022 ada pembatasan jumlah jemaah haji yang dikirim akibat dampak pandemi, yakni hanya setengah dari kuota, begitu juga berlaku pembatasan usia jemaah.

Direktur Bina Haji Kementerian Agama (Kemenag) Arsad Hidayat mengakui jumlah jemaah haji meninggal dunia di Tanah Suci tertinggi sejak 2015. Menurut dia, jumlah kasus kematian yang sangat tinggi ini tak terlepas dari profil jemaah yang diberangkatkan ke Tanah Suci.

"Saya kira faktor usia mempengaruhi, karena selama ini kan kita belum pernah jemaah lansia (lanjut usia) yang jumlahnya mencapai 67 ribu orang, 30 persen dari kuota. Di periode sebelumnya memang ada lansia, tapi jumlahnya tidak terlalu banyak," ujar Arsad di Jeddah, Kamis malam (14/7/2023).

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jemaah Haji Kategori Risti

Selain itu, jumlah jemaah haji kategori risiko tinggi (Risti) kesehatan yang diberangkatkan tahun ini juga sangat banyak, mencapai 73 persen dari total kuota 229.000.

"Saya kira ada lah faktor (banyak jemaah lansia dan risti) disamping faktor lain seperti kondisi cuaca, kondisi di lapangan, saya kira itu turut memengaruhi," ucap Pengendali Teknis Bimbingan Jemaah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi ini.

Dia mengungkapkan, kasus kematian ini meningkat signifikan pasca-fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Hal ini juga tidak lepas dari tingginya aktivitas fisik pada fase puncak ibadah haji tersebut.

"Kita tahu puncak haji cukup berat dan kondisi jemaah haji kita banyak lansia, dan secara kesehatan mereka sudah sangat lemah," kata Arsad.

Karena itu, pihaknya mengimbau kepada seluruh jemaah haji gelombang dua yang saat ini didorong ke Kota Madinah untuk tidak memaksakan diri melaksanakan ibadah sunnah di Masjid Nabawi dan aktivitas di tempat-tempat bersejarah. Apalagi kondisi di Madinah masih padat dan cuacanya panas mencapai 45 derajat Celsius.

"Kita coba lakukan komunikasi dengan jemaah haji khususnya gelombang 2 yang saat ini sudah berada di Madinah atau akan ke Madinah kita lakukan semacam sosialisasi, tolong jangan memforsir tenaga, hematlah tenaga supaya kondisinya tetap sehat dan bugar, sehingga saat jadwal kepulangan bisa dipulangkan ke Tanah Air," ucap Arsad Hidayat.

3 dari 3 halaman

Antisipasi Penularan Pneumonia

Suhu di Tanah Suci saat ini berpengaruh pada kondisi fisik dan kesehatan jemaah. Terlebih setelah menjalani puncak haji Armina, kondisi sebagian jemaah haji masih kelelahan sehingga kasus jemaah mengalami Pneumonia akan meningkat.

“Karenanya, PPIH khususnya bidang kesehatan mengimbau jemaah haji untuk disiplin pola hidup bersih dan sehat,” terang Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin dalam keterangan persnya di Media Center Haji (MCH) Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

“Disarankan jemaah untuk memakai masker , menghindari kontak fisik terutama dengan jemaah haji lain yang batuk atau pilek, serta mencuci tangan pakai sabun,” lanjut Fauzin, dikutip dari laman Kemenag, Jumat (14/7/2023).

Karena cuaca panas di Madinah juga, kata Fauzin, jemaah khususnya saat ziarah agar menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa payung atau topi, pelembab bibir dan tabir surya.

“Selalu membekali dengan air mineral, minum yang cukup, jangan menunggu haus. Jangan sungkan meminta bantuan petugas khususnya petugas kesehatan untuk konsultasi dan penanganan kesehatan bila dibutuhkan,” ucapnya.

Fauzin mengatakan, pada fase kepulangan jemaah, hingga tanggal 12 Juli 2023 pukul 24.00 WIB jemaah gelombang I yang telah tiba di Tanah Air sebanyak 57.251 orang, tergabung dalam 149 kelompok terbang (kloter).

“Hari ini, 13 Juli 2023 jemaah gelombang I yang diberangkatkan ke Tanah Air dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah berjumlah 6.325 jemaah atau 17 kloter,” kata dia.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.