Sukses

Kilas Balik, Heboh Isu Kiamat Lokal yang Bikin Puluhan Warga Ponorogo 'Hijrah' ke Malang

Kabar kepindahan sejumlah warga Ponorogo ke Malang menjadi viral di media sosial. Kepindahan itu diduga terjadi karena adanya isu kiamat.

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam menyakini bahwa kiamat pasti terjadi. Meyakini hari akhir juga merupakan rukun Iman.

Kiamat cukup banyak disebut dalam Al-Qur'an. Salah satunya yang menginformasikan bahwa kiamat adalah keniscayaan.

Ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hajj ayat 7, hari kiamat itu akan datang, tanpa ada keraguan secuilpun.

Artinya: “Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur,".

Banyak pula ayat Al-Qur'an yang mendeskripsikan dahsyatnya kiamat. Salah satunya surat Al-Waqi'ah.

Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan.” (QS. Al Waqi’ah: 4-6).

Demikianlah, salah satu gambaran kiamat yang tercantum dalam ayat Al-Qur'an, dan masih banyak lagi.

Meski kiamat pasti terjadi, Allah SWT merahasiakan kapan waktu pasti terjadinya kiamat. Namun, Allah SWT memberikan petunjuk melalui Al-Qur'an maupun Rasulullah SAW mengenai tanda-tanda kiamat makin dekat.

Soal kiamat ini memang sensitif. Bahkan, ada sekte, tareqat (thoriqoh) kiamat. Ada pula kelompok yang menjual isu kiamat hingga membuat susah warga.

Berikut ini adalah kisah puluhan warga yang 'hijrah' karena hoaks kiamat lokal yang disebarkan sebuah tarekat di Ponorogo.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hijrah Jauh-Jauh karena Isu Kiamat

Pada 2019 lalu, publik dibikin heboh oleh kabar eksodusnya sejumlah warga Ponorogo ke Malang. Kepindahan itu diduga terjadi karena adanya isu kiamat.

Mengutip Dream.co.id, kabar ini menjadi viral setelah akun Facebook Rizki Ahmad Ridho menulis pertanyaan ke grup Cegatan Wilayah Ponorogo. Dia bertanya tentang eksodus warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, Jawa Timur.

Akun itu berusaha mengonfirmasi apakah kepindahan warga terkait isu kiamat yang menyebar di antara warga. Dia juga bertanya tentang warga yang menjual murah rumah dan tanah mereka sebelum pergi.

Sejak diunggah 11 Maret 2019, posting itu telah mendapat 1.300 komentar dan 991 reaksi.

Kepala Dusun Krajan, Desa Watu Bonang, Sogi, membenarkan informasi mengenai banyaknya warga yang pindah ke Malang. Setidaknya, ada 16 kepala keluarga yang pergi.

Sogi menyebut tidak semua warga yang pergi ke Malang menjual rumah dan tanah mereka. Menurut dia hanya ada tiga kepala keluarga yang menjual tanah dan rumahnya untuk pergi ke Malang.

Meski berpindah, Sogi menyebut warga itu tetap masih berstatus penduduk Desa Badegan. Sebab, warga yang berpindah tersebut tidak mengurus surat kepindahan.

 

3 dari 4 halaman

Alasan Hijrah: Ngaji di Pondok

Sogi juga mengatakan bahwa warga yang pindah ke Malang tidak pamit dengan perangkat desa.

" Jangankan Pemdes dipamiti. Lha wong sanak saudaranya saja juga tidak dipamiti. Mereka biasanya pergi saat malam hari," kata dia.

Menurut Sogi, warga yang pindah ke Malang tersebut untuk menuntut ilmu di salah satu pondok pesantren di daerah Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.

" Saya kira tidak ada masalah dengan warga lain," ujar dia.

Sementara itu, di waktu yang bersamaan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengaku tengah mempelajari kepergian belasan Kepala Keluarga (KK) di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo karena alasan akan kiamat.

"Saya memilih tidak berkomentar. Kecuali nanti setelah kami bertemu yang bersangkutan, kok sampai mereka percaya hal yang kemudian menurut saya agak kurang diterima kalau hari ini dipercaya," ujar Khofifah usai menghadiri Sidang Paripurna di Gedung DPRD Jawa Timur, Kamis (14/3), dikutip dari kominfo.jatimprov.go.id.

Khofifah mengaku pernah juga tidak percaya dengan berita kiamat yang ramai muncul 2012 silam. Saat itu ia langsung datang ke Distrik Maya di Meksiko untuk mencari tahu sebenarnya yang terjadi.

"Saya datang apa yang bikin orang percaya, oh ternyata kalender mereka ternyata habis 2012," ungkapnya.

Namun ini karena kasus yang terjadi di Ponorogo berbeda, maka ia mencoba menyikapi dengan kearifan lokal. Karenanya, Pemprov meminta Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jatim segera turun melakukan pendekatan. Mencari tahu penyebab warga Ponorogo mempercayai kiamat akan segera datang.

"Saya minta kepala kantor Kemenag Ponorogo dulu untuk mengkonfirmasi sebetulnya apa yang terjadi dengan kelompok ini. Terus bisa konfirmasi kepada pimpinan," bebernya.

Sebelumnya diberitakan, ada 16 KK yang terdiri dari 52 warga Desa Watubonang meninggalkan desa dengan alasan yang kurang jelas. Dari 52 warga, 22 di antaranya adalah anak-anak. Bahkan beberapa warga ada yang sampai menjual harta benda berupa rumah dan tanah.

 

 

4 dari 4 halaman

Sosok di Balik Isu Kiamat Sudah Dekat

 

Di lain sisi, Pemkab Ponorogo juga akan melakukan upaya yang sifatnya itu sedikit ‘tekanan’. Ini supaya mereka lebih cepat memahami.

“Sejak tadi pagi hal ini sedang berlangsung. Kadesnya kita minta mengumpulkan warganya yang terindikasi ikut itu (thoriqoh AS). RT-nya, perangkat desa dan masyarakatnya, seluruhnya didatangkan ke balai desa. Tim itu memberikan pemahaman kepada mereka,” tutur Bupati Ipong, mengutip ponorogo.go.id.

Tidak berhenti di situ. Rencananya pada Jumat (15/3/2019) Bupati Ipong akan mengumpulkan unsur tiga pilar di tingkat kecamatan, yaitu camat, danramil dan kapolsek se-Ponorogo. Tiga pilar ini akan diminta untuk mengumpulkan seluruh kepala desa di wilayahnya dan kepala desa itu mengumpulkan seluruh warganya.

“Ini supaya mereka melakukan himbauan agar tidak ikut oleh ajaran- ajaran yang tidak masuk akal,” imbuhnya.

Ditambahkannya, dari laporan sementara, ajaran thoriqoh AS isinya bagus, tidak ada yang menyimpang. Tapi, lanjutnya, pada prakteknya ada yang janggal. “Sepertinya sesat, dan itu dibuktikan mereka sendiri sepertinya mengelak kalau dikatakan sesat,” kata Bupati Ipong.

Bupati Ipong mengatakan, Kamis pagi ia juga mendapat kabar dari Kapolres Ponorogo bahwa Polres Ponorogo telah mengirimkan anggotanya menuju Kasembon untuk memeriksa warga Ponorogo berinisial KAT. KAT ini diduga warga Desa Watubonang yang menjadi tokoh dalam thoriqoh yang mempengaruhi banyak orang untuk pindah karena ‘kabar’ kiamat sudah dekat ini.

Soal upaya lain Bupati Ipong memang belum bisa melakukan tindakan atau upaya lebih jauh dan upaya maksimal lainnya. Sebab, dari pihak berwenang belum menyebut hal ini sebagai sebuah tindakan tersesat, tindak pidana atau hal yang lainnya. Pemkab juga tidak ada dalam ranah melakukan pelarangan kalau ada warga yang akan melakukan perjalanan atau menjual hartanya sendiri.

Belakangan, warga kembali ke rumahnya setelah sadar bahwa isu kiamat itu bohong semata. Namun, tetap saja, secara materi maupu nonmateri, mereka terugikan. Berbagai pihak juga dibikin repot oleh isu kiamat ini.

Tim Rembulan

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.