Sukses

Mantan Istri Prabowo Subianto Adalah Titiek Soeharto, Ini Profil Lengkapnya

Titiek Soeharto, adalah mantan istri Prabowo Subianto dan putri kedua mantan Presiden Soeharto.

Liputan6.com, Jakarta Siti Hediati Hariyadi, yang lebih dikenal dengan nama Titiek Soeharto, adalah mantan istri Prabowo Subianto dan putri kedua mantan Presiden Soeharto. Lahir pada 23 Oktober 1959 di Jakarta, Titiek menikah dengan Prabowo pada tahun 1983 dalam sebuah pernikahan yang menjadi sorotan publik. Pernikahan mereka bertahan selama 15 tahun sebelum akhirnya berakhir dengan perceraian pada tahun 1998, bertepatan dengan berakhirnya era Orde Baru.

Setelah perceraiannya, Titiek Soeharto tetap aktif dalam kancah politik Indonesia sebagai anggota Partai Golkar. Ia pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk periode 2014-2019, di mana ia dikenal vokal dalam memperjuangkan isu-isu sosial dan pendidikan. Meskipun tidak lagi terikat pernikahan, Titiek tetap memelihara hubungan baik dengan Prabowo dan kerap terlihat memberikan dukungan dalam berbagai momen politik penting.

Di luar dunia politik, Titiek Soeharto juga dikenal sebagai seorang pengusaha dan aktivis sosial. Ia terlibat dalam berbagai kegiatan filantropi, termasuk mengelola yayasan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan anak-anak. Komitmennya terhadap perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia tercermin dalam berbagai inisiatif sosial yang ia lakukan, membuktikan bahwa perannya di masyarakat tidak terbatas pada latar belakang keluarganya yang high-profile.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai profil Titiek Soeharto yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (10/9/2024).

2 dari 4 halaman

Profil Titiek Soeharto

Siti Hediati Soeharto, yang lebih dikenal dengan nama Titiek Soeharto lahir pada 14 April 1959 di kota Semarang, ibu kota Jawa Tengah. Titiek merupakan anak perempuan keempat dari Soeharto bersama Siti Hartinah yang lebih akrab disapa Tien Soeharto.

Saudara-saudara Titiek, yang juga menjadi tokoh publik di Indonesia, adalah Siti Hardiyanti Rukmana (dikenal sebagai Mbak Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan si bungsu Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek). Masing-masing anak Soeharto ini memiliki peran dan pengaruh tersendiri dalam berbagai bidang, mulai dari politik hingga bisnis, yang turut mewarnai dinamika sosial-politik Indonesia selama beberapa dekade.

Terlahir dalam keluarga yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi negara selama 32 tahun, Titiek Soeharto secara alami tumbuh menjadi salah satu figur politik yang signifikan di Indonesia. Perjalanan politiknya yang panjang dan berliku mencerminkan kompleksitas sejarah politik tanah air, di mana ia harus menyeimbangkan warisan nama besar keluarganya dengan aspirasi politiknya sendiri.

Babak baru dalam kehidupan Titiek dimulai ketika ia mengikat janji suci pernikahan dengan Prabowo Subianto pada bulan Mei 1983. Prabowo, yang saat itu merupakan perwira muda berbakat di militer Indonesia, dan Titiek dipandang sebagai pasangan yang menjanjikan dalam kancah sosial-politik Indonesia. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Ragowo Hediprasetyo, yang lebih akrab disapa Didit Prabowo.

Didit Prabowo, sebagai cucu Soeharto dan putra dari dua tokoh berpengaruh, tumbuh di bawah sorotan publik namun memilih jalur yang berbeda dari kedua orang tuanya. Alih-alih terjun ke dunia politik atau militer, Didit mengembangkan karirnya di dunia fashion internasional, membuktikan bahwa generasi baru keluarga ini mampu menempa identitas mereka sendiri di luar bayang-bayang nama besar keluarga.

Meskipun pernikahan Titiek dan Prabowo berakhir pada tahun 1998 seiring dengan berakhirnya era Orde Baru, keduanya tetap memelihara hubungan yang baik demi kepentingan putra mereka dan juga dalam konteks politik. 

3 dari 4 halaman

Perjalanan Cinta Titiek Soeharto dan Prabowo Subianto

Pertemuan pertama Titiek dan Prabowo terjadi dalam konteks akademis yang tak terduga, ketika Titiek menjadi murid dari Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, seorang ekonom terkemuka yang juga ayah dari Prabowo. Pertemuan ini menjadi awal dari sebuah kisah asmara yang nantinya akan menarik perhatian publik Indonesia. Menyadari potensi hubungan ini, Sumitro, dengan kebijaksanaannya sebagai seorang ayah dan akademisi, menasihati Prabowo agar menjalani hubungan tersebut dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.

Setelah menjalin hubungan yang cukup lama, Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto akhirnya mengukuhkan ikatan mereka dalam sebuah pernikahan yang digelar pada Mei 1983. Saat itu, Prabowo tengah meniti karir sebagai perwira muda yang menjanjikan di TNI, sementara Titiek masih menempuh pendidikan tingginya di Universitas Indonesia, salah satu perguruan tinggi paling bergengsi di tanah air. Pernikahan ini bukan hanya menyatukan dua insan, tetapi juga dua keluarga berpengaruh dalam konstelasi politik Indonesia.

Kebahagiaan mereka semakin lengkap dengan lahirnya putra tunggal, Ragowo Hediprasetyo, pada 22 Maret 1984. Ragowo, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Didit Prabowo, tumbuh di tengah dinamika politik yang kompleks, mengingat latar belakang kedua orang tuanya.

Namun, perjalanan rumah tangga Titiek dan Prabowo menghadapi ujian berat seiring dengan berakhirnya era Orde Baru. Pasangan ini akhirnya memutuskan untuk bercerai pada Mei 1998, bertepatan dengan masa-masa genting dalam sejarah politik Indonesia. Meski tidak ada penjelasan resmi, perceraian mereka diduga kuat terkait dengan memburuknya hubungan keluarga akibat tensi politik yang memuncak.

Pada masa itu, Prabowo menjadi sorotan karena dituduh terlibat dalam berbagai peristiwa kontroversial. Ia dituding mengkhianati Soeharto dengan membiarkan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR selama Kerusuhan Mei 1998, sebuah peristiwa krusial yang berkontribusi pada pengunduran diri Soeharto dari kursi kepresidenan. Tuduhan-tuduhan ini menciptakan ketegangan yang tak terhindarkan antara Prabowo dan keluarga Cendana.

Meskipun spekulasi beredar luas, tidak ada pihak yang memberikan klarifikasi resmi mengenai alasan spesifik di balik perceraian Prabowo dan Titiek. Keduanya memilih untuk menjaga privasi mereka di tengah pergolakan politik yang terjadi.

Pasca perceraian, Prabowo dikabarkan meninggalkan Indonesia untuk menetap sementara di Yordania. Langkah ini diambil di tengah situasi politik yang masih bergejolak pasca kerusuhan 1998, mungkin sebagai upaya untuk mendinginkan suasana dan menjaga jarak dari pusaran konflik politik di tanah air. 

4 dari 4 halaman

Karier Titiek Soeharto

Perjalanan politik Titiek Soeharto dimulai ketika ia memutuskan untuk bergabung sebagai kader Partai Golkar, partai yang memiliki sejarah panjang dengan era kepemimpinan ayahnya. Kiprahnya di dunia politik semakin menonjol ketika ia berhasil terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk periode 2014-2019, menunjukkan kemampuannya dalam memenangkan kepercayaan publik.

Namun, dinamika politik Indonesia yang terus berubah membawa Titiek pada keputusan yang cukup mengejutkan. Pada tahun 2018, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Partai Golkar, partai yang telah menjadi rumah politiknya selama bertahun-tahun. Keputusan ini didasari oleh keprihatinannya terhadap kondisi bangsa Indonesia yang menurutnya memerlukan perubahan signifikan.

Setelah meninggalkan Golkar, Titiek sempat bergabung dengan Partai Berkarya, sebuah partai baru yang didirikan oleh adik kandungnya, Hutomo Mandala Putra atau yang lebih dikenal sebagai Tommy Soeharto. Langkah ini dilihat sebagai upaya untuk memperkuat pengaruh keluarga Soeharto dalam lanskap politik Indonesia kontemporer. Namun, afiliasi Titiek dengan Partai Berkarya ternyata tidak berlangsung lama.

Menjelang Pemilu 2024, Titiek kembali membuat langkah politik yang mengejutkan dengan bergabung ke Partai Gerindra, partai yang dipimpin oleh mantan suaminya, Prabowo Subianto. Keputusan ini menimbulkan banyak spekulasi di kalangan pengamat politik, mengingat sejarah personal antara Titiek dan Prabowo. Di Gerindra, Titiek tidak hanya menjadi anggota biasa, tetapi langsung menempati posisi strategis sebagai wakil ketua dewan pembina, menunjukkan kepercayaan dan penghargaan tinggi dari partai terhadapnya.

Ambisi politik Titiek semakin terlihat ketika ia memutuskan untuk maju sebagai calon anggota legislatif dengan daerah pemilihan (dapil) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pilihan dapil ini dianggap strategis mengingat hubungan historis keluarga Soeharto dengan Yogyakarta. Selain itu, keterlibatan Titiek dalam perpolitikan nasional semakin intensif dengan bergabungnya ia ke dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Rakabuming Raka sebagai anggota dewan penasihat. Posisi ini menempatkannya sebagai salah satu figur kunci dalam strategi pemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden tersebut.

Bergabungnya Titiek dengan partai yang dipimpin mantan suaminya telah menciptakan dinamika baru dalam hubungan keduanya. Titiek dan Prabowo kini sering terlihat bersama dalam berbagai acara politik, menunjukkan bahwa keduanya mampu mengesampingkan masa lalu demi kepentingan politik yang lebih besar.Â