Sukses

Eklamsia Adalah Kejang pada Ibu Hamil, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

Eklamsia adalah kondisi preeklamsia yang disertai kejang.

Liputan6.com, Jakarta Eklamsia adalah kondisi serius yang terjadi pada kehamilan, ditandai dengan tekanan darah tinggi mendadak dan kerusakan organ yang mengancam nyawa ibu dan janin. Gejala utama eklamsia meliputi tekanan darah tinggi yang tiba-tiba naik, protein dalam urine, sakit kepala berat, gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur atau kilatan cahaya, nyeri perut, dan muntah.

Penyebab eklamsia belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga terkait dengan disfungsi pembuluh darah yang memasok plasenta, gangguan sistem kekebalan tubuh, serta faktor genetik dan lingkungan.

Eklamsia adalah kondisi yang sangat berbahaya dan memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Untuk itu, anda sebagai ibu hamil perlu mengenal apa itu eklamsia, beserta penyebab dan cara mengatasinya.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai pengertian eklamsia beserta gejala, penyebab, cara mencegah, dan cara mengatasinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (29//2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Pengertian Eklamsia

Perlu diketahui bahwa eklamsia adalah kondisi preeklamsia yang disertai kejang. Hal ini dapat berakibat fatal bagi ibu dan janin, bahkan dapat menyebabkan kematian. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan RI, eklamsia adalah kelainan pada masa kehamilan, saat persalinan, atau setelah persalinan. Kondisi ini merupakan komplikasi berat dari pre-eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan dapat disertai koma.

Ini merupakan kondisi langka namun serius, di mana tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kejang selama kehamilan. Kejang sendiri yakni periode aktivitas otak yang terganggu dan dapat menyebabkan kondisi penurunan kesadaran dan kejang hebat.

Faktanya, eklamsia dapat memengaruhi sekitar 1 dari setiap 200 wanita dengan pre-eklamsia. Bahkan, siapapun dapat berisiko mengalami eklamsia meskipun tidak memiliki riwayat kejang. Eklamsia sering terjadi setelah pre-eklamsia, yang ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi yang terjadi pada kehamilan.

Temuan lainnya mungkin juga ada seperti adanya protein dalam urine. Apabila pre-eklamsia memburuk dan memengaruhi otak, tentunya dapat menyebabkan kejang. Kondisi tersebut juga menandakan adanya potensi risiko eklamsia.

3 dari 7 halaman

Gejala Eklamsia

Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau sesudah persalinan. Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu didahului dengan pre-eklamsia. Pre-eklamsia dapat timbul sejak minggu ke-20 kehamilan. Pada beberapa kasus, bisa terjadi impending eclampsia yang ditandai dengan :

  1.  Tekanan darah yang semakin tinggi.
  2.  Sakit kepala yang semakin parah.
  3.  Mual dan muntah.
  4.  Sakit perut terutama pada bagian perut kanan atas.
  5.  Tangan dan kaki membengkak.
  6.  Gangguan penglihatan
  7.  Frekuensi dan jumlah urin yang berkurang (oligouria).
  8.  Peningkatan kadar protein di urine.

Jika terus berlanjut, akan muncul kejang. Kejang akibat eklamsia bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kejang eklamsia dapat terjadi sekali atau berulang kali. Namun, ada 2 fase kejang yang bisa terjadi saat mengalami eklamsia, yaitu :

a. Fase pertama

Pada fase ini, kejang akan terjadi selama 15-20 detik disertai dengan kedutan pada wajah, kemudian dilanjutkan dengan munculnya kontraksi otot di seluruh tubuh.

b. Fase kedua

Fase kedua dimulai pada rahang, kemudian bergerak ke otot muka, kelopak mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama 60 detik. Pada fase kedua, kejang eklamsia akan membuat otot kontraksi dan rileks secara berulang-ulang dalam waktu yang cepat.

4 dari 7 halaman

Penyebab Eklamsia

Sampai saat ini, penyebab terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia belum diketahui dengan pasti. Namun, faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko pre-eklamsia dan eklamsia pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

  1. Memiliki riwayat menderita pre-eklamsia pada kehamilan sebelumnya.
  2. Sedang menjalani kehamilan pertama atau memiliki jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun).
  3. Memiliki riwayat hipertensi kronis atau hipertensi dalam kehamilan.
  4. Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
  5. Mengalami kondisi dan penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, anemia sel sabit, obesitas, serta penyakit autoimun, seperti lupus dan Sindrom Antifosfolipid (APS).
  6. Kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih dari satu janin atau hamil dengan program bayi tabung (IVF).
5 dari 7 halaman

Diagnosis Eklamsia

Untuk mendiagnosis eklamsia, dokter akan menanyakan kepada keluarga yang membawa ibu hamil ke rumah sakit mengenai kejang yang dialami, termasuk riwayat pemeriksaan kehamilan, penyakit, dan preeklamsia sebelumnya.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk memastikan apakah kondisi ibu hamil dan janin dalam keadaan stabil. Untuk memastikan eklampsia dan kerusakan organ yang sudah terjadi, akan dilakukan pemeriksaan penunjang berikut :

  1. Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara keseluruhan.
  2. Tes urine, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein di urine.
  3. Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati.
  4. Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar kreatin di ginjal dan mendeteksi adanya kerusakan ginjal.
  5. Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan sehat.
6 dari 7 halaman

Penanganan Eklamsia

Satu-satunya cara untuk mengobati eklamsia adalah dengan melahirkan bayi yang dikandung. Pada ibu hamil dengan pre-eklamsia yang memiliki risiko untuk mengalami eklamsia, dokter umumnya akan memberikan beberapa penanganan berikut :

  1. Memberikan obat pengontrol tekanan darah dan suplemen vitamin.
  2. Menyarankan untuk bed rest di rumah atau di rumah sakit, dengan posisi tidur menyamping ke kiri.
  3. Memantau kondisi janin dan ibu hamil secara berkala.

Perlu diingat bahwa ibu hamil yang menderita pre-eklamsia berat atau eklamsia akan dianjurkan untuk menjalani persalinan secepatnya. Bila janin belum cukup bulan untuk dilahirkan, dokter dapat memberikan suntikan obat golongan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Jika eklamsia terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 30 minggu ke bawah, dokter akan menganjurkan persalinan dengan operasi caesar.

7 dari 7 halaman

Cara Mencegah Eklamsia pada Ibu Hamil

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah eklamsia pada ibu hamil. Berikut adalah beberapa cara yang direkomendasikan:

  1. Kunjungan Prenatal Rutin: Penting untuk ibu hamil untuk melakukan kunjungan prenatal secara teratur ke dokter atau bidan selama kehamilan. Kunjungan rutin ini memungkinkan deteksi dini terhadap faktor risiko eklamsia dan memungkinkan intervensi yang tepat waktu jika diperlukan.
  2. Mengontrol Tekanan Darah: Ibu hamil dengan tekanan darah tinggi atau riwayat hipertensi harus memantau tekanan darah mereka secara teratur. Mengontrol tekanan darah dengan diet sehat, olahraga ringan yang disetujui dokter, dan menghindari stres berlebihan dapat membantu mengurangi risiko eklamsia.
  3. Asupan Gizi yang Seimbang: Memastikan asupan gizi yang seimbang selama kehamilan sangat penting. Makan makanan yang kaya akan nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein sehat dapat membantu mendukung kesehatan ibu dan bayi serta mengurangi risiko eklamsia.
  4. Hindari Merokok dan Minuman Beralkohol: Merokok dan minuman beralkohol dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, termasuk eklamsia. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu hamil untuk menghindari kedua hal tersebut selama kehamilan.
  5. Istirahat yang Cukup: Mendapatkan istirahat yang cukup dan mengelola stres dengan baik juga merupakan faktor penting dalam mencegah eklamsia. Praktik-praktik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau pernapasan dalam juga dapat membantu mengurangi stres dan mengatur tekanan darah.
  6. Penggunaan Suplemen yang Disarankan: Mengonsumsi suplemen yang disarankan oleh dokter, seperti asam folat atau kalsium, juga dapat membantu mencegah eklamsia serta mendukung kesehatan ibu dan bayi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.