Sukses

Biografi Ibnu Sina, Ilmuwan Muslim yang Menjadi Pakar Kedokteran Modern

Biografi Ibnu Sina banyak dikaji untuk mempelajari temuan-temuannya di masa lalu.

Liputan6.com, Jakarta Ibnu Sina atau yang lebih dikenal dunia Barat dengan nama Avicenna merupakan seorang ilmuwan muslim yang dinobatkan menjadi bapak kedokteran dunia. Biografi Ibnu Sina banyak dikaji untuk mempelajari temuan-temuannya di masa lalu. Ilmuwan muslim ini lahir di Uzbekistan pada bulan Shafar 370 H atau Agustus 980 M. 

Ayahnya, Abdullah dan Sitarah, ibunya, merupakan keturunan Persia. Keluarga Ibnu Sina dapat dikatakan sebagai keluarga yang mampu. Ayahnya pernah menjabat sebagai gubernur di sebuah distrik di Bukhara, ketika masa pemerintahan  penguasa Samaniyah, Nuh II bin Mansyur. Latar belakang keluarga membuat Ibnu Sina dapat menempuh pendidikan terbaik hingga menjadi seorang yang berpengaruh dan biografi Ibnu Sina banyak dicari.

Rumah Abdullah dan Sitarah merupakan pusat aktivitas sarjana, dan ulama masyhur pada masanya. Rumah tersebut menjadi tempat aktivitas diskusi membahas berbagai permasalahan, dari diskusi-diskusi inilah Ibnu Sina memahami pengetahuan yang luas. Berikut biografi Ibnu Sina yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (5/5/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Masa Kecil Ibnu Sina

biografi Ibnu Sina diawali dengan masa kecilnya. Ibnu Sina telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa sejak usia belia. Sejak kecil ia telah memiliki kemampuan analisa berpikir yang tajam serta mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Orang tua Ibnu Sina mulai memberikan pendidikan agama dan logika elementer sejak Ibnu Sina masih berusia 5 tahun. Pada usia 10 tahun, Ibnu Sina telah hafal al-Qur’an. Dia juga belajar fikih, dan ilmu-ilmu syariat.

Setelah menguasai ilmu teologi Ibnu Sina mulai terjun ke dunia filsafat hingga umur 16 tahun. Ibnu Sina juga berguru kepada Abu Abdullah An-Naqili, dan belajar Kitab Isaghuji dalam ilmu logika dan berbagai kegiatan Euklides dalam bidang matematika. Setelah itu, dia belajar secara otodidak dan menekuni matematika hingga dia berhasil menguasai buku Almagest karangan Ptolemaeus serta menguasai disiplin ilmu pengetahuan alam. Sering sekali soal-soal ilmiah yang tidak dapat diselesaikan oleh gurunya, mampu dia selesaikan.

Semangat untuk belajar Ibnu Sina tidak berhenti di bidang teologi dan matematika saja. Ia kemudian berguru pada Abu Manshur al-Qamari, penulis kitab Al-Hayat Wa al-Maut, dan Abu Sahal Isa bin Yahya al-Jurjani, penulis ensiklopedia kedokteran Al-Kitab Al-Mi’ah Fi Shina’atih Thib. Dari Abu Manshur al-Qamari, Ibnu Sina menguasai ilmu kedokteran dalam waktu satu setengah tahun. 

3 dari 5 halaman

Kegemaran Ibnu Sina pada Ilmu Pengetahuan

Ibnu Sina dikenal sebagai seorang yang tidak suka membuang waktu masa mudanya untuk hal sia-sia. Dia selalu memanfaatkan waktunya untuk belajar  berbagai ilmu hingga dia menguasainya. Tidak mengherankan memasuki  usia 16 tahun, Ibnu Sina telah menjadi pusat perhatian para dokter sezamannya. Mereka sering menemuinya untuk berdiskusi perihal penemuan dalam bidang kedokteran. Pada usia yang sama, dia dapat menyembuhkan penyakit yang diderita sultan Samaniyah, Nuh bin Manshur (976-997), sehingga dia diberi hak istimewa untuk menggunakan perpustakaan besar milik raja.

Dianugerahi dengan kemampuan luar biasa untuk menyerap berbagai jenis pengetahuan, ilmuwan muda dari Persia ini membaca seluruh buku-buku yang ada di perpustakaan. Hingga akhirnya berhasil menguasai semua ilmu yang ada pada masanya, meskipun lebih menonjol dalam bidang filsafat dan kedokteran.

Memasuki usia 21 tahun, Ibnu Sina mulai menulis karya-karya monumental di berbagai bidang keilmuwan, dengan karya pertamanya berjudul Al-Majmu’u (ikhtisar), yang memuat berbagai ilmu pengetahuan umum. Ibnu Sina tidak pernah berhenti membaca serta tidak pernah bosan menulis buku.

Dia memang dikenal kuat memikul tanggung jawab ilmuih dan sering tidak tidur malam hanya karena membaca dan menulis. Selain itu, Ibnu Sina tidak mengambil upah dalam mengobati orang sakit. Bahkan dia banyak bersedekah kepada fakir miskin sampai akhir hayatnya.

Ibnu Sina wafat di Hamdzan, Persia pada tahun 428 H (1037 M) dalam usianya yang ke-58 tahun. Dia wafat karena terserang penyakit usus besar. Selama masa hidupnya Ibnu Sina memberikan sumbangan luar biasa terhadap kemajuan keilmuwan. Pemikiran-pemikiran Ibnu Sina di berbagai disiplin ilmu banyak diadopsi oleh ilmuwan masa setelahnya, tidak hanya oleh ilmuwan muslim tetapi juga ilmuwan Barat banyak yang mengadopsi pengetahuan dari karya-karya Ibnu Sina.

Dalam rangka memperingati 1000 tahun hari kelahirannya, melalui event Fair Millenium di Teheran pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai “Father of Doctor” untuk selama-lamanya.

4 dari 5 halaman

Kiprah Ibnu Sina di Bidang Kedokteran

Ibnu Sina memiliki kontribusi luar biasa dalam kemajuan bidang kedokteran modern dan berbagai cabangnya. Dia telah melakukan penelitian besar dan mendapatkan penemuan penting yang diabadikan oleh sejarah kedokteran. Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cara pengobatan bagi orang sakit, dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit.

Ibnu Sina juga menemukan pipa udara yang terbuat dari emas dan perak, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan diteruskan ke kerongkongan untuk mengobati orang yang tercekik dan sulit bernafas. Cara ini masih dipakai hingga sekarang untuk mengobati pasien-pasien dengan penyakit sama. Alat tersebut juga digunakan dokter anaesthesia sekarang untuk memasukkan gas bius dan oksigen ke dada pasien, akan tetapi alatnya dibuat dari karet dan plastik.

Ibnu Sina adalah orang pertama yang mengetahui hakikat ilmiah bahwa tulang tempurung kepala apabila pecah tidak dapat melekat kembali seperti tulang lainnya pada badan, melainkan akan tetap terpisah, dan hanya terikat dengan selaput yang kuat. Ibnu Sina juga orang pertama yang menjelaskan tentang keadaan yang terjadi pada orang yang mengidap penyakit saraf. Dia membedakan antara kelumpuhan saraf wajah yang disebabkan oleh pengaruh otak, dan yang disebabkan oleh pengaruh anggota badan tersebut. Dia juga menjelaskan tentang tidak berfungsinya otak akibat penumpukan darah di dalamnya.

Ibnu Sina juga memiliki cara pengobatan yang efektif dalam menangani benturan kejiwaan yang diakibatkan berbagai sebab. Ibnu Sina juga memberikan nasihat agar melakukan pengobatan dengan cara-cara psikologis untuk mengobati semua jenis penyakit secara umum. Masih banyak penelitian dan temuan yang dilakukan Ibnu Sina lainnya yang masih di pakai di dunia kedokteran sampai saat ini.

5 dari 5 halaman

Karya-Karya Ibnu Sina

Abdul Halim Munthashir salah satu penulis biografi Ibnu Sina menyebutkan bahwa jumlah karya Ibnu Sina mencapai 276 buah. Karya-karya tersebut berupa surat-surat, buku, serta ensiklopedia yang siulis selama masa hidupnya. I. Berikut beberapa karya monumental Ibnu Sina

1. Kitab al-Qanun Fith Thib (Canon of Medicine)

Kitab ini merupakan ensiklopedia dalam bidang kedokteran, dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Buku ini merupakan rujukan terpenting untuk mengajarkan ilmu kedokteran di Eropa hingga pasca masa kebangkitan. Pengetahuan yang dimuat dalam buku ini mendapat pengakuan dari semua dokter Eropa.

Buku ini terdiri dari lima bagian, bagian pertama secara khusus membahas tentang masalah-masalah kedokteran secara umum, seperti batasan-batasan kedokteran, dan objeknya. Selain itu juga dibahas mengenai anatomi tubuh, berbagai macam jenis penyakit, dan cara pengobatannya.

Bagian Kedua, memuat kosa kata dalam bidang kedokteran, atau obat-obatan, dan efek pengobatannya. Bagian ketiga, membahas tentang berbagai macam penyakit pada semua anggota badan, dari kepala hingga kaki. Ibnu Sina menjelaskan gejala-gejalanya, dan cara mendiagnosanya.

Bagian keempat, secara khusus memuat macam-macam penyakit komplikasi yang menyerang lebih dari satu anggota badan. Dia juga menjelaskan tentang tumor, patah tulang, beserta cara penanganannya. Bagian kelima, secara khusus membahas tentang jenis obat-obatan buatan, dan campurannya.

2. Kitab Arjuzah Ibnu SIna Ath-Thibbiyah

Kitab yang berupa sajak yang terdiri dari 1329 bait ini merupakan ringkasan dari kitab Al-Qanun, sehingga dapat dijadikan buku harian dokter yang mudah dihafal, dan dapat digunakan secara praktis. Buku ini juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan menjadi pegangan dokter-dokter Eropa pasca masa kebangkitan Eropa.

3. Mausu’ah Asy-Syifa’

Karya Ibnu Sina yang satu ini merupakan ensiklopedia berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti: Filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan alam. Dalam buku ini, Ibnu Sina membahas tentang fnomena alam yang penting seperti terbentuknya gunung, sebab-sebab terjadinya gempa bumi, terbentuknya awan, dan kabut, terjadinya pengembunan, jatuhnya meteor, munculnya pelangi, dan berbagai fenomena alam lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.