Sukses

Baju Lebaran Baru dalam Islam Hukumnya? Simak Penjelasan Lengkapnya

Memakai baju lebaran baru dalam Islam hukumnya sunnah.

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan hari istimewa seperti hari raya bagi umat Islam sangat dinantikan, seperti hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Pada masa perayaannya, di negara Indonesia ada tradisi mengenakan baju lebaran baru. Apa sebenarnya hukum mengenakan baju lebaran baru dalam Islam?

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata:

"Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan.” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim)

Memakai baju lebaran baru dalam Islam hukumnya sunnah. Sementara itu, memakai baju lebaran terbaik dalam Islam hukumnya sunnah muakkad atau sangat dianjurkan. Mengenakan baju lebaran dalam Islam adalah cara untuk memuliakan hari raya itu sendiri.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang hukum memakai baju lebaran baru dalam Islam, Jumat (20/1/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Baju Lebaran Baru dalam Islam Hukumnya?

Hari raya Islam biasa dirayakan dengan warna tradisi di masing-masing wilayahnya. Salah satunya baju lebaran baru yang sudah menjadi tradisi di negara Indonesia. Apa hukum mengenakan baju lebaran baru dalam Islam yang sebenarnya?

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata:

"Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan.” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim)

Dalam hadis tersebut, digambarkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan seluruh umat muslim yang merayakan hari raya untuk mengenakan pakaian terbaiknya. Baju lebaran dalam Islam, bukan baju baru tetapi baju terbaik yang dimiliki saat itu.

Maka dari itu, pendapat dalam hadis itu menegaskan bahwa baju lebaran baru dalam Islam hukumnya sunnah, atau tidak wajib dan tidak dilarang. Sementara hukum mengenakan baju lebaran dalam Islam sangat dianjurkan atau sunnah muakkad sebagaimana yang Rasulullah sabdakan.

Pendapat yang lain mengatakan, baju lebaran baru dalam Islam hukum mengenakannya juga bergantung pada niat pemakai. Baju lebaran baru yang dikenakan untuk niat sombong, pamer, dan berlomba-lomba di hadapan manusia, hanya akan sia-sia saja.

Abdullah bin Umar, ia berkata:

“Umar mengambil sebuah jubah sutra yang dijual di pasar, ia mengambilnya dan membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, belilah jubah ini serta berhiaslah dengan jubah ini di hari raya dan penyambutan. Rasulullah berkata kepada Umar: “sesungguhnya jubah ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat bagian." (HR. Al Bukhari)

Memakai baju lebaran baru dalam Islam hukumnya sunnah dan bukan sunnah yang sangat dianjurkan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Mengapa mengenakan baju lebaran baru perlu dilakukan? Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa mengenakan pakaian dan berhias pada hari raya atau perayaan tertentu juga dilakukan oleh para sahabat.

Keistimewaan dari mengenakan baju lebaran terbaik atau baju lebaran baru dalam Islam tidak lain adalah untuk memuliakan hari raya itu sendiri. Selain itu, keistimewaannya akan mendatangkan berkah bagi diri sendiri sebagai rasa syukur atas rezeki yang sudah Allah berikan.

Terlepas dari baju lebaran dalam Islam, saat hari raya yang paling penting adalah menunaikan ibadah. Di hari raya Idul Fitri sangat dianjurkan untuk menunaikan sholat Idul Fitri. Kemudian, di hari raya Idul Adha sangat dianjurkan untuk menunaikan sholat Idul Adha.

“Rasulullah SAW selalu keluar pada hari raya Idul Adha dan hari raya ldul Fitri. Beliau memulai dengan sholat. Setelah menyelesaikan sholat dan mengucapkan salam, beliau berdiri menghadap kaum muslimin yang duduk di tempat sholat mereka masing-masing.” (HR Muslim)

 

3 dari 3 halaman

Doa Menyambut Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Doa Menyambut Hari Raya Idul Fitri

Doa menyambut Hari Raya Idulfitri merupakan hal baik yang dicontohkan oleh sahabat Nabi. Hal ini dijelaskan di dalam kitab Fathul Bari Juz II Halaman 446 sebagai berikut.

Ibnu Hajar Al Asqalani (pengarang kitab Fathul Bari) berkata perihal doa menyambut Hari Raya Idulfitri.

"Telah sampai kepada kami riwayat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair, ia (Jubair bin Nufair) berkata: "Jika Para sahabat Rasulullah saling bertemu di hari raya, sebagiannya mengucapkan kepada sebagian lainnya:

1. Doa Menyambut Hari Raya Idul fitri

"Taqabbalallahu minnaa wa minka."

2. Doa Menyambut Hari Raya Idul fitri Pertama

“Taqabalallahu minna wa minkum.”

Artinya: Mudah-mudahan Allah menerima (amal ibadah) kita dan kalian.

3. Doa Menyambut Hari Raya Idul fitri Kedua

“Taqobalallahu minna wa minkum, taqabbalallahu minna wa minkum wa taqabbal ya kariim.”

Artinya: Mudah-mudahan Allah menerima amal ibadah kita dan kamu semua, dan terimalah ya (Allah) yang maha Mulia.

4. Doa Menyambut Hari Raya Idul fitri Ketiga

“Taqabbalallaahi minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja'alanaallaahu wa iyyaakum minal 'aaidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu ‘aamin wa antum bi khair.”

Artinya: Semoga Allah menerima (amal ibadah) kami dan kamu, Wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah!

Doa Menyambut Hari Raya Idul Adha

1. Doa Menyambut Hari Raya Idul Adha dengan Memohon Kemudahan Segala Urusan

Rasulullah SAW mengamalkan bacaan doa menyambut hari raya Idul Adha dengan memohon kemudahan segala urusan. Imam Thabrani dari Jabir bin Abdillah melihat Rasullullah Saw sedang berada di atas tanduk pada hari kurban (Idul Adha) sambil beliau berdoa sebagai berikut.

Bacaan doa menyambut Hari Raya Idul Adha bahasa Arab:

يَا حَيُّ يَ ا قَيُّومُ ، لا إِلَهَ إ ِلا أَنْتَ ، بِرَحْمَتِك َ أَسْتَغِيث ُ ، فَاكْفِن ِي شَأْنِي ك ُلَّهُ  وَل ا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِ ي طَرْفَةَ ع َيْنٍ

Bacaan doa menyambut Hari Raya Idul Adha latin:

Ya hayyu ya qoyyum la ilaha illa anta birohmatika astaghitsu fakfini sya’ni kullahu wala takilni ila nafsi thorfata ‘ainin.

Arti bacaan doa menyambut Hari Raya Idul Adha:

“Wahai zat yang hidup dan mengurusi semua makhluk, tidak Tuhan selain Engkau, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan, cukupkan padaku semua urusanku dan jangan Engkau pasrahkan diriku kepada kemampuanku sendiri walau sekejap mata.”

2. Doa Menyambut Hari Raya Idul Adha dengan Memohon Ampunan

Ali bin Abi Thalib membaca bacaan doa menyambut hari raya Idul Adha. Bacaan doa ini baik jika dibaca setelah takbir hari raya dan takbir pada hari-hari Tasyrik. Begini bacaan doa menyambut hari raya Idul Adha yang dimaksudkan.

Bacaan doa menyambut Hari Raya Idul Adha bahasa Arab:

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمّ َدٍ وَآلِهِ، مَصَابِيْحِ الْحِكْمَةِ وَمَوَالِيْ النِّعْمَةِ ، وَمَعَادِن ِ الْعِصْمَة ِ، وَاعْصِمْ نِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ س ُوْءٍ. وَلَا تَأْخُذْنِي ْ عَلَى غِرّ َةٍ وَلَا عَ لَى غَفْلَةٍ ، وَلَا تَجْ عَلْ عَوَاقِ بَ أَمْرِيْ حَسْرَةً وَن َدَامَةً، وَ ارْضَ عَنِّي ْ، فَإِنَّ م َغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِي ْنَ، وَأَنَا مِنَ الظَّا لِمِيْنَ، ال لهم اغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَضُرُّكَ، وَأَعْطِنِيْ مَا لَا يَن ْفَعُكَ، فَإ ِنَّكَ الْوَ اسِعَةُ رَحْ مَتُهُ، اَلْ بَدِيْعَةُ ح ِكْمَتُهُ، ف َأَعْطِنِي ا لسَّعَةَ وَا لدَّعَةَ، وَ الْأَمْنَ وَ الصِّحَّةَ و َالشُّكْرَ و َالْمُعَافَا ةَ، وَالتَّق ْوَى، وَأَفْ رِغِ الصَّبْ رَ وَالصِّدْ قَ عَلَيَّ، وَعَلَى أَوْ لِيَائِيْ فِ يْكَ، وَأَعْ طِنِي الْيُس ْرَ، وَلَا ت َجْعَلْ مَعَ هُ الْعُسْرَ ، وَأَعِمَّ بِذَلِكَ أَه ْلِيْ وَوَلَ دِيْ وَإِخْو َانِيْ فِيْك َ، وَمَنْ وَ لَدَنِيْ مِن َ الْمُسْلِم ِيْنَ وَالْم ُسْلِمَاتِ و َالْمُؤْمِنِ يْنَ وَالْمُ ؤْمِنَاتِ.

Bacaan doa menyambut Hari Raya Idul Adha latin:

Allahumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi, mashâbihil hikmati wa mawâlin ni’amti, wa ma‘âdinil ‘ishmati, wa‘shimnî bihim min kulli sû’in, wa lâ ta’khudznî ‘alâ ghirratin wa lâ ‘ala ghaflatin, wa lâ taj’al ‘awâqiba amri hasratan wa nadâmatan, wardlâ ‘annî, fa-inna maghfirataka lidh-dhâlimîn, wa anâ minadh dhâlimina, allâhumma ighfirl lî mâ lâ yadlurruka, wa a‘thinî ma la yanfa‘uka, fainnaka al-wâsi’ata rahmatuhu, al-badî’ata hikmatuhu, fa a’thinî as-sa‘ata wad da‘ata, wal amna wash shihhata wasy syukra wal mu‘âfata wattaqwâ, wa afrigh ash-shabra wash shidqa ‘alayya, wa ‘alâ auliyâi fîka, wa a‘thinî al-yusra, walâ taj’al ma’ahu al-‘usrâ, wa a’imma bidzâlika ahli wa waladî wa ikhwâni fîka, wa man waladanî minal muslimîna wal muslimâti wal mu’minîna wal mu’minâti.

Arti bacaan doa menyambut Hari Raya Idul Adha:

“Ya Allah limpahkan rahmat takzhim-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, lampu-lampu hikmah, tuan-tuan nikmat, sumber-sumber penjagaan.

Jagalah aku dari segala keburukan lantaran mereka, janganlah engkau hukum aku atas kelengahan dan kelalaian, janganlah engkau jadikan akhir urusanku suatu kerugian dan penyesalan, ridhoilah aku, sesungguhnya ampunan-Mu untuk orang-orang zalim dan aku termasuk dari mereka.

Ya Allah ampunilah bagiku dosa yang tidak merugikan-Mu, berilah aku anugerah yang tidak memberi manfaat kepada-Mu, sesungguhnya rahmat-Mu luas, hikmah-Mu indah, berilah aku kelapangan, ketenangan, keamanan, kesehatan, syukur, perlindungan (dari segala penyakit) dan ketakwaan.

Tuangkanlah kesabaran dan kejujuran kepadaku, kepada kekasih-kekasihku karena-Mu, berilah aku kemudahan dan janganlah jadikan bersamanya kesulitan, liputilah dengan karunia-karunia tersebut kepada keluargaku, anakku, saudara-saudaraku karena-Mu dan para orang tua yang melahirkanku dari kaum muslimin muslimat, serta kaum mukiminin mukminat."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.