Sukses

Perantau di Jabodetabek Lebih Rentan Alami Kesepian, Begini Dampaknya

Bahaya kesepian sama buruknya dengan merokok 15 batang.

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa kesepian dapat menjadi ancaman kesehatan global. Bahkan, WHO menyebut, risiko gangguan kesehatan dari kesepian sama bahayanya dengan merokok 15 batang.

Hal ini pun menjadi topik penelitian di Health Collaborative Center (HCC). Sebagai Peneliti Utama sekaligus Ketua HCC, Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK mencatat bahwa 44 persen masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mengalami kesepian.

"Warga Jabodetabek mengalami derajat kesepian sedang dan berat. Lalu, angka tersebut lebih tinggi dari data WHO secara global, yaitu sekitar 17 sampai 27 persen," ujar Ray dalam diskusi media di kawasan Jakarta Selatan pada Selasa, 19 Desember 2023.

Dalam penelitiannya Ray mencatat ada empat indikator yang mengalami kesepian, antara lain:

  • Status perantauan,
  • Usia muda kurang dari 40 tahun,
  • Belum menikah, dan
  • Perempuan.

"Status seorang perantau yang tinggal di Jabodetabek memiliki potensi atau risiko hampir dua kali lipat untuk menderita kesepian derajat sedang hingga berat," ujar Ray.

Ray berpendapat bahwa hal ini adalah situasi yang riskan. Sebab, WHO sendiri sudah mengeluarkan pernyataan  bahaya dari kesepian dapat meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan jiwa, penyakit jantung, dan bahkan pecah pembuluh darah.

"Parahnya, ini berisiko meningkatkan kematian pada seseorang," kata Ray.

4 dari 10 Warga Jabodetabek Alami Kesepian Sedang

Pada penelitian tersebut, Ray mendapatkan hasil melalui survei online dari 1.226 responden. Rata-rata usia peserta berada di rentang umur 19 hingga 60 tahun dengan latar pendidikan yang merata.

Lebih lanjut Ray menjelaskan bahwa selain 44 persen warga Jabodetabek mengalami kesepian sedang, angka lainnya disusul dengan derajat kesepian berat sekitar enam persen.

"Ini menunjukan sekitar empat dari 10 warga Jabodetabek mengalami kesepian. Misal kita berada di mal, kemungkinan di antara orang-orang tersebut ada yang kesepian," kata pria yang juga inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Faktor yang Memengaruhi Seseorang Kesepian

Melalui 20 pertanyaan dari survei tersebut, Ray mendapatkan jawaban mengenai faktor seseorang merasa kesepian. Ia mencatat, pertama disebabkan oleh perasaan tidak cocok dengan orang sekitar.

Kedua, sering merasa malu dan minder alias tidak percaya diri. Ketiga, merasa tidak dekat dengan orang lain.

"Kemudian yang keempat ini seseorang merasa hobi dan idenya tidak sama dengan orang sekitar. Ini sering kali terjadi di dalam kelompok atau para pekerja," kata Ray yang juga dosen di FKUI.

Solusi Agar Warga Tidak Lagi Merasa Kesepian

Ray mengimbau agar pemerintah mulai menggencarkan skrining dan surveilans, dibantu oleh organisasi profesi terkait kesehatan jiwa. Menurut dia, ini adalah cara termudah agar masyarakat terkendali persoalan kesepian.

Selain itu Ray juga menyinggung soal ruang publik. Menurutnya hal ini agar masyarakat terwadahi hobi, minat dan idenya. Sehingga, risiko seseorang mengalami kesepian pun berkurang.

"Kita lihat faktor yang keempat ini ya. Banyak orang yang merasa tidak satu hobi dan ide di dalam kelompok. Oleh karena itu, ruang publik penting. Hal ini berguna mengatasi kesepian mereka karena merasa ada ide dan hobinya diterima," kata Ray.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.