Sukses

Tes Swab Bisa Rusak Otak? Ini Faktanya

Ada yang bilang tes swab bisa merusak otak. Fakta ataukah mitos?

Liputan6.com, Jakarta Tes swab untuk memastikan seseorang terpapar COVID-19 atau tidak tentu terlihat menakutkan. Bahkan ada yang bilang tes swab bisa merusak otak. Fakta ataukah mitos?

dr Ester Morina Silalahi, M. Ked (PD), SpPD FINASIM, dr Dika Iyona Sinulingga M. Ked (PD), SpPD FINASIM, dr Siti Taqwa Fitria Lubis, M. Ked (PD), SpPD FINASIM, dr Faisal Rozi Sembiring, M. Ked (PD), SpPD FINASIM, menuliskan beberapa mitos dan fakta dalam buku Mitos dan Fakta Menghadapi COVID-19: Pengalaman 4 Dokter Spesialis Penyakit Dalam.

Dika mengatakan mitos yang beredar di masyarakat bahwa pemeriksaan dengan memasukkan alat yang berbentuk seperti cotton bud panjang ke rongga hidung dan rongga mulut (nasofaring dan orofaring) dapat merusak otak. Padahal faktanya, tes swab tidak merusak otak.

“Karena pemeriksaan hapusan dari rongga hidung dan rongga mulut tidak mengenai ke persarafan yang bermuara di otak,” ujarnya.

Mungkin ada beberapa orang uang mengalami vagal response atau reflex vagal, yaitu penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang terjadi secara tiba-tiba yang dipicu stres atau rasa takut.

“Rasa sakit dah takut saat dilakukan swab mungkin akan mencetuskan reflex vagal. Tapi reflex vagal ini sangat jarang terjadi,” ujar Dika.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menahan Napas 10 Menit akan Terbebas dari COVID-19

Mitos lain yang sering orang dengar tentang mampu menahan napas selama 10 menit atau lebih maka orang itu terbebas dari COVID-19.

“Faktanya mampu menahan napas selama 10 menit atau lebih tanpa batuk atau merasa tidak nyaman, bukan berarti bahwa seseorang bebas dari COVID-19,” katanya.

Mengonfirmasi tertular atau tidak dengan menahan napas malah bisa berbahaya.

Gejala COVID-19 yang paling sering itu batuk kering, mudah lelah, dan demam. Beberapa orang bisa mengalami gejala yang lebih berat seperti pneumonia. Karenanya, cara mengetajui apakah menderita COVID-19 dengan tes laboratorium.

Bagaimana dengan orang yang bilang COVID-19 itu hoax atau dokter sengaja menCOVID-kan pasien demi bayaran yang besar?

Menurut Dika semua itu mitos. Virus ini bisa mengenai semua usia, bahkan saat ini anak-anak dan usia dewasa muda banyak yang terinfeksi.

Untuk dokter yang men-COVID-kan pasien, lanjut Dika, sebenarnya untuk merawat pasien COVID-19 lebih banyak pengorbanan yang dilakukan dokter. Memakai baju hazmat yang tidak nyaman, menghadapi risiko tertular dari pasien, dan harus menjaga jarak dengan keluarga.

 

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.