Sukses

Kisah Pasutri Australia Selamatkan Diri dari Gempa Lombok

Demi menyelamatkan diri dari ancaman tsunami akibat gempa Lombok, pasangan suami istri asal Australia harus berjalan melewati mayat.

Liputan6.com, Lombok, Nusa Tenggara Barat Demi berjuang menyelamatkan diri dari ancaman tsunami akibat gempa Lombok, pasangan suami istri asal Australia harus berjalan melewati mayat. Gempa berkekuatan 7 SR pada Minggu, 5 Agustus 2018 menimbulkan kepanikan bagi Gillian dan Michael Harvey yang sedang berlibur di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ada kepanikan luar biasa di pantai usai gempa Lombok karena orang-orang takut akan adanya kemungkinan tsunami. Gempa susulan mulai terasa terjadi.

"Kemudian seseorang berkata, ada peringatan tsunami akibat gempa dan semua orang berlari ke tempat yang lebih tinggi. Satu-satunya masalah untuk mencapai bukit adalah kami harus berjalan melalui bangunan dan melewati semua orang yang tewas. Itu mengerikan," cerita Gillian, sebagaimana dikutip dari ABC News, Kamis (9/8/2018).

Mereka menghabiskan malam itu tidur di alam terbuka di bukit tertinggi. Keesokan paginya, sambil menggendong kedua putri mereka, Sophie (4) dan Chloe (1), Gillian dan suami berada di antara ribuan orang yang menunggu di pantai.

Mereka menunggu lima jam di bawah sinar matahari saat pertolongan perahu tiba.

"Perahu-perahu kecil itu sangat berbahaya. Orang-orang yang panik karena gempa saling berebut naik. Buat menyelamatkan diri mereka sendiri," ujar Gillian.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Memohon agar bisa naik feri

Ketika perahu terus berdatangan, Gillian dan suami memutuskan tidak naik perahu. Perahu kecil itu tidak aman untuk membawa kedua balitanya menyelamatkan diri.

"Perahu tampak seperti akan oleng dengan jumlah orang yang penuh," Gillian melanjutkan.

Ketika feri yang lebih besar tiba, Gillian memohon kepada seorang anggota staf untuk membolehkan mereka naik bersama dua anak. Setiap beberapa menit sekali, ia terus memohon agar diizinkan naik feri.

"Setelah 30 menit dalam keadaan panas, petugas feri itu akhirnya berkata, 'Aku berjanji akan membantu Anda'. Kata-kata itu tidak akan pernah aku lupakan. Aku menangis lega," cerita Gillian.

3 dari 3 halaman

Masih terguncang

Kini, Gillian dan keluarganya menuju Bali. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang selama sisa perjalanan mereka.

"Kami sangat terguncang dan bingung. Tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang," ungkap Gillian

Dua anak Gillian juga masih takut dan gemetar. Anaknya yang berumur 4 tahun terus membicarakan soal gempa yang dialami waktu di Gili Trawangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.