Sukses

Konklaf 2025, 2 Kardinal Ungkap Tantangan Gereja Katolik dan Harapan pada Paus Pengganti Fransiskus

Isu geopolitik hingga krisis iklim menjadi masalah global yang harus dihadapi paus terpilih pengganti Paus Fransiskus sere

Diperbarui 08 Mei 2025, 21:30 WIB Diterbitkan 08 Mei 2025, 21:30 WIB

Liputan6.com, Vatican City - Dunia tengah menanti hasil konklaf 2025, yang akan menentukan siapa penerus mendiang Paus Fransiskus dan menjadi pemimpin Gereja Katolik selanjutnya. Banyak pihak juga menunggu sosok seperti apa yang akan menjadi pemimpin Takhta Suci selanjutnya, apakah lebih liberal atau konservatif. 

Terlepas dari itu, siapapun yang menjadi paus selanjutnya tentu akan berhadapan dengan masalah besar di tengah perubahan geopolitik dunia.

Dua kardinal Gereja Katolik Roma mengungkapkan tantangan besar yang harus dihadapi pemimpin tertinggi Gereja selanjutnya. Mereka juga memberi gambaran tentang suasana menjelang proses pemilihan yang bersifat sakral, bukan politis.

Kardinal Michael Czerny dari Kanada, yang ditunjuk oleh Paus Fransiskus pada 2019, menegaskan bahwa para kardinal bersatu dalam tugas rohani mereka. Mereka tidak terlibat dalam lobi politik atau perdebatan sengit di balik layar.

"Ini bukan konvensi politik. Kami tidak tawar-menawar untuk menciptakan konsensus. Kami masuk ke dalam proses ini secara spiritual dan penuh doa," kata Czerny, seperti dikutip dari laman ABC News, Kamis (8/5/2025).

Menurut Czerny, tantangan yang dihadapi paus baru sangat relevan dengan kondisi global saat ini, termasuk kemajuan kecerdasan buatan (AI), meningkatnya konflik bersenjata di berbagai belahan dunia, serta krisis iklim. Hal-hal tersebut, menurutnya, menyentuh kehidupan umat manusia di mana pun dan Gereja Katolik harus ambil bagian aktif.

"Penting bahwa kita ada di tahun 2025, bukan 12 atau 100 tahun lalu," ujarnya, menekankan pentingnya relevansi dan keterlibatan Gereja dalam isu-isu kontemporer.

Czerny juga menggarisbawahi harapan generasi muda terhadap Gereja yang lebih inklusif.

Ia mengatakan, "Inklusivitas adalah kata lain dari Katolik. Itu bagian dari sifat Gereja itu sendiri."

2 dari 3 halaman

Penerus Paus Fransiskus

Kardinal Chibly Langlois dari Haiti, yang menjadi satu-satunya kardinal dari negaranya sejak ditunjuk oleh Paus Fransiskus pada 2014, menyatakan bahwa Paus baru perlu memperhatikan isu-isu kompleks, mulai dari teknologi, skandal pelecehan seksual, dialog antaragama, hingga pelayanan bagi kaum muda dan komunitas yang terisolasi.

"Jika kita mencoba memahami apa yang menanti Paus berikutnya—baik di dalam maupun di luar Gereja—itu akan menjadi panduan penting," kata Langlois.

Ia juga menyoroti warisan reformasi yang ditinggalkan Paus Fransiskus, terutama dalam hal transparansi dan tata kelola Gereja.

"Kita tidak bisa bicara soal Paus selanjutnya tanpa menyinggung warisan yang ditinggalkan Paus Fransiskus," ujarnya.

"Kita harus menyelesaikan apa yang sudah beliau mulai."

3 dari 3 halaman

Rekor Jumlah Pemilih Terbanyak

Konklaf 2025 akan mencatat sejarah dengan jumlah pemilih terbanyak: 133 kardinal, di mana 108 di antaranya ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus. Dari jumlah tersebut, hanya satu dari Indonesia yakni Kardinal Ignatius Suharyo. 

Setelah masa berkabung sembilan hari atas wafatnya Paus Fransiskus, para kardinal kini berada di Roma untuk bersiap memasuki proses pemilihan.

Czerny, yang mengaku tidak mengikuti pemberitaan media seputar konklaf, mengajak umat untuk tidak gelisah soal siapa yang akan terpilih.

"Setiap kali ada Paus baru, pasti ada rasa cemas. Tapi tidak ada alasan untuk gelisah. Doakan, berharaplah. Dan ketika kita mengetahui siapa Paus baru, mari bersatu mendukungnya," pungkasnya.

Produksi Liputan6.com