Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump berencana mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan mulai menyebut Teluk Persia sebagai Teluk Arab saat kunjungan resminya ke Arab Saudi minggu depan. Hal ini disampaikan oleh dua pejabat AS kepada The Associated Press (AP) pada Selasa (6/5/2025).
Dua pejabat AS mengungkapkan hal ini kepada APÂ secara anonim. Gedung Putih dan Dewan Keamanan Nasional belum memberikan pernyataan resminya.
Baca Juga
Penggunaan nama Teluk Persia telah dikenal luas sejak Abad ke-16, meskipun Teluk Arab dikabarkan lebih dominan dipakai di banyak negara Timur Tengah. Pemerintah Iran — yang dulunya bernama Persia — pernah mengancam akan menuntut Google pada tahun 2012 atas keputusan perusahaan itu yang tidak mencantumkan nama perairan tersebut sama sekali di peta mereka.
Advertisement
Di Google Maps versi AS, perairan itu ditampilkan sebagai Teluk Persia (Teluk Arab). Sementara itu, Apple Maps hanya mencantumkan Teluk Persia.
Militer AS sendiri selama bertahun-tahun secara sepihak telah menyebut Teluk Persia sebagai Teluk Arab dalam pernyataan dan gambar yang mereka rilis.
Nama perairan ini telah menjadi isu emosional bagi warga Iran yang menghargai sejarah panjang negara mereka sebagai Kekaisaran Persia. Sebuah perselisihan muncul pada tahun 2017 saat masa jabatan pertama Trump ketika dia menggunakan nama Teluk Arab untuk perairan tersebut. Presiden Iran saat itu, Hassan Rouhani, menyarankan Trump "belajar geografi".
"Semua orang tahu bahwa persahabatan dengan Trump bisa dibeli oleh penawar tertinggi. Sekarang kita tahu geografinya juga," tulis Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif saat itu secara online.
Pada Rabu (7/5), menteri luar negeri Iran saat ini, Abbas Araghchi, turut angkat bicara dengan mengatakan bahwa nama-nama perairan di Timur Tengah "tidak menyiratkan kepemilikan oleh negara tertentu, melainkan mencerminkan penghormatan bersama terhadap warisan kolektif umat manusia."
"Upaya bermotif politik untuk mengubah nama Teluk Persia yang telah ditetapkan secara historis menunjukkan niat bermusuhan terhadap Iran dan rakyatnya dan hal ini dikutuk dengan tegas," tulis Araghchi di platform media sosial X.
"Langkah pendek dan picik dalam hal ini tidak akan memiliki keabsahan hukum maupun geografis, itu hanya akan memancing kemarahan seluruh rakyat Iran dari berbagai lapisan masyarakat dan pandangan politik, baik di Iran, AS, maupun di seluruh dunia."
Trump memang dapat mengubah nama tersebut untuk keperluan resmi pemerintah AS, namun dia tidak dapat menentukan nama yang akan digunakan oleh negara lain.
Lawatan Perdana Trump
Selain Arab Saudi, Trump juga dijadwalkan mengunjungi Doha, Qatar, dan Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab — ketiganya merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Teluk Persia.
Kunjungan ini menandai lawatan pertama Trump sejak dilantik pada 20 Januari dan berlangsung di tengah upaya Trump mempererat hubungan dengan negara-negara Teluk. Dia disebut tidak hanya mendapatkan investasi finansial dari mereka, namun juga dukungan dalam sejumlah isu regional, termasuk penyelesaian konflik Israel-Hamas di Jalur Gaza dan upaya membatasi program nuklir Iran yang terus berkembang.
Terlepas dari itu, Trump dilaporkan juga memiliki keterkaitan finansial yang signifikan dengan ketiga negara melalui bisnis pribadinya, yang kepemilikannya tetap dia pertahankan selama menghuni Gedung Putih.
Advertisement