Sukses

Kemenkes, UNDP, dan WHO Berkolaborasi Bangun Sistem Kesehatan Indonesia yang Tahan terhadap Perubahan Iklim, Ini yang Dilakukan

Kesepakatan bersama antara Kemenkes, UNDP dan WHO ini sebagai bagian dari upaya untuk penyusunan proposal dana hibah dari Green Climate Fund (GCF) untuk Indonesia sehat.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyepakati Joint Commitment for GFC Project bersama Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan Perwakilan WHO di Indonesia pada Senin (29/4/2024) di Westin Hotel, Jakarta.

Kesepakatan bersama antara Kemenkes, UNDP dan WHO ini sebagai bagian dari upaya untuk penyusunan proposal dana hibah dari Green Climate Fund (GCF) dalam bidang greener and healthier Indonesia atau Indonesia yang lebih hijau dan sehat.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa Indonesia akan terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung energi dan sumber daya yang diperlukan untuk memimpin proyek ini.

"Kementerian Kesehatan akan berkomitmen untuk mendukung energi dan sumber daya yang diperlukan untuk memimpin proyek ini. Untuk mencapai hasil yang diharapkan bersama, kerja sama yang luas dari berbagai kementerian akan diperlukan," kata Budi Gunadi Sadikin pada pembukaan joint commitment tersebut, Senin (29/4).

Melalui komitmen bersama pada proyek GCF ini Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa Kemenkes, UNDP, bersama dengan WHO akan berkolaborasi untuk mencapai serangkaian tujuan.

"Terutama dalam mengurangi kerentanan Indonesia terhadap penyakit yang terkait dengan iklim dan gangguan pada layanan kesehatan, termasuk meningkatkan hasil kesehatan bagi populasi rentan dan kurang beruntung, yang secara tidak proporsional terkena risiko kesehatan iklim."

Dalam pernyataannya, Budi Gunadi Sadikin turut memaparkan sejumlah perhatiannya. Seperti adanya ancaman penyebaran penyakit yang bisa ditularkan oleh hewan ke manusia. Hal selanjutnya yang ia soroti bahwa perubahan iklim mampu meningkatkan angka kasus permasalahan kesehatan. Sebut saja kasus malaria hingga demam berdarah. 

Budi juga menyinggung soal El Nino beberapa waktu lalu yang melanda Indonesia menjadi salah satu contoh efek perubahan iklim. Jika terus terjadi maka ini akan berpengaruh pada kesehatan manusia. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

UNDP dan WHO Sebut Penyusunan Proposal untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim

Sementara itu, Officer in Charge UNDP Indonesia Sujala Pant mengatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya berkolaborasi dengan pemerintah RI, terutama dalam penyusunan proposal hibah dari GCF.

"UNDP berfokus pada ketahanan, mitigasi perubahan iklim, terutama sektor kesehatan di Indonesia," kata Sujala Pant.

"Sangat penting pendanaan untuk ketahanan suatu negara terhadap perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan. Saya percaya bahwa kolaborasi adalah salah satu jalannya."

Selain itu, hadir pula perwakilan WHO di Indonesia, Dr. N. Paranietharan yang juga akan mendukung kerja sama ini dan ia percaya bahwa Green Climate Fund (GCF) ini sangat berpotensi secara komprehensif dalam upaya mengatasi sejumlah isu.

"Perubahan Iklim secara langsung berdampak pada masalah kesehatan  dan sosial. Kami akan terus bekerja sama dalam penyusunan proposal ini," kata Dr. N. Paranietharan.

 

3 dari 4 halaman

Seputar Program Green Climate Fund 

Terkait proposal hibah yang akan diajukan Indonesia ke Green Climate Fund (GCF), Agus Soegianto selaku HEART Cluster Lead UNDP menjelaskan bahwa ada sejumlah kategori yang ditetapkan oleh pihak GCF.

Dalam hal ini, Indonesia masuk dalam kategori output ketiga terkait Innovative Climate Resilient and Low Carbon Solution and Investment Support atau Solusi dan Dukungan Investasi yang Inovatif dan Berketahanan Iklim dan Rendah Karbon.

"Nantinya akan ada tujuh negara yang tergabung di dalam output ketiga pendanaan GCF ini, yang meliputi Indonesia, Madagaskar, Nepal, Palestina, Thailand, Togo dan Vietnam," kata Agus. 

"Indonesia dianggap masuk kategori lantaran tergolong negara yang reasonable investment readliness Pre-feasibility studies, investment proposals/pipelines, HNAPs, V&A Assesments," kata Agus.

Agus juga menjelaskan bahwa pendanaan untuk outcome ini totalnya mencapai US$ 35 juta untuk tujuh negara termasuk Indonesia.

"Untuk proses pengajuan pendanaan ini akan dijalani melalui sejumlah tahapan," kata Agus.

Pertama, penyusunan proposal yang saat ini tengah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, UNDP dan WHO di Indonesia.

Kedua, GCF akan menerima proposal dan melakukan proses approval. Pada tahapan ketiga, masuk ke proses Multi-partner co-investment facility operationalization.

"Hingga pada tahap keempat masuk pada tahapan continuation impacts of facility and increase in finance to Climate and health projects."

 

4 dari 4 halaman

Manfaat Pendanaan dari GCF untuk Indonesia 

Sementara itu, National Professional Officer EH&CC WHO Indonesia Indah Deviyanti menjelaskan bahwa ada manfaat baik jika Indonesia mendapatkan pendanaan dari GCF. Salah satunya mengantisipasi angka kematian akibat penyakit yang disebabkan perubahan iklim.

"Meningkatnya suhu global membuat munculnya penyakit yang menyebabkan kematian, misalnya masalah pernapasan dan gangguan ginjal. Hal ini juga bisa mengarah pada kaum rentan seperti lansia dan anak-anak," kata Indah.

"Secara global WHO memprediksi bahwa pada rentan 2030 sampai 2050 perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan kematian tambahan per tahunnya akibat kekurangan gizi, malaria hingga diare."

Indah menegaskan bahwa pendanaan dari GCF ini mampu memitigasi ketahanan iklim di sektor kesehatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.