Sukses

20 April 2007: Drama Penyanderaan 2 Karyawan NASA, 1 Orang Ditembak Lalu Pelaku Bunuh Diri

Seorang karyawan NASA yang diidentifikasi sebagai William Phillips, membunuh seorang sandera dan kemudian menembak dirinya sendiri hingga tewas di dalam gedung Johnson Space Center milik NASA di Houston pada Jumat 20 April 2007.

Liputan6.com, Houston - Sebuah insiden tak terduga terjadi di Johnson Space Center, sebuah kantor milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (AS) pada Jumat 20 April 2007.

Polisi mengungkap bahwa karyawan kontrak NASA membawa sebuah pistol ke dalam gedung kantor Johnson Space Center di Houston dan menembak mati seorang sandera lalu mengakhiri hidupnya sendiri tepat 17 tahun lalu. 

Seperti dilapor dari NBC, Sabtu (20/4/2024), seorang sandera lain berhasil melarikan diri dengan luka ringan.

Penembak tersebut berhasil membawa revolver kecil melewati keamanan NASA dan memasuki gedung yang berfungsi sebagai pusat sistem komunikasi dan pelacakan untuk pesawat ulang-alik.

NASA dan polisi berhasil mengidentifikasi pelaku sebagai William Phillips, pria berusia 60 tahun. Ia tampaknya memiliki perselisihan dengan sandera yang tewas, ungkap polisi.

"Saat ini kami mencoba untuk memahami mengapa ini terjadi, dan bagaimana ini terjadi," kata Mike Coats, selaku direktur Johnson Space Center, dalam suatu konferensi pers. Ia juga mengatakan mereka telah meninjau prosedur mereka awal minggu sebelum kejadian karena adanya penembakan di Virginia Tech.

"Tapi tentu saja kami tidak pernah menyangka ini bisa terjadi di sini pada keluarga dan lingkungan kerja kami," tambahnya.

Juru bicara NASA, Doug Peterson, mengatakan bahwa agensi tersebut akan kembali meninjau keamanannya.

"Setiap organisasi akan melihat secara serius jenis proses tinjauan yang kita miliki dengan orang-orang," kata Peterson.

Untuk bisa masuk ke lembaga pusat antariksa tersebut, para karyawan wajib menunjukkan kartu identitas saat mereka melewati penjaga keamanan. Kartu identitas tersebut memberikan akses kepada para pekerja ke gedung-gedung yang telah ditentukan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pelaku Dilaporkan Langsung Bunuh Diri

NASA mengidentifikasi sandera yang tewas sebagai David Beverly, seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di lembaga tersebut. Beverly, yang tertembak di dada, kemungkinan dibunuh pada "menit-menit awal dari keseluruhan peristiwa," lapor polisi.

Sementara sandera kedua, yang diidentifikasi oleh NASA sebagai Fran Chensaw, berhasil melarikan diri setelah diikat ke kursi dengan lakban, kata Kapten Polisi Dwayne Ready.

Penyandera yang merupakan seorang karyawan Jacobs Engineering dari Pasadena, California, dilaporkan menembak dirinya sendiri satu kali di kepala tiga jam setelah negosiasi dimulai, kata polisi. Laporan awal menunjukkan dua tembakan terdengar sekitar pukul 13.40 waktu setempat dan tembakan lain terdengar juga sekitar pukul 17.00 waktu setempat.

Wakil presiden eksekutif Jacobs Eangineering, John Prosser, mengkonfirmasi bahwa penembak sekaligus penyandera itu adalah karyawan perusahaannya. Kendati demikian Prosser menolak untuk merilis informasi apa pun tentangnya.

Rekan kerja William Phillips memberitahu MSNBC.com dengan syarat anonimitas bahwa Phillips merupakan seorang insinyur yang kompeten, tetapi dianggap oleh setidaknya beberapa pegawai sebagai orang yang memiliki sikap orang yang terburu nafsu atau mudah marah dan kasar.

3 dari 4 halaman

Sempat Ada Perselisihan dengan Salah Satu Sandera

Polisi mengatakan bahwa penyelidik pembunuhan telah melakukan penggeledahan di rumah pelaku yang tinggal sendirian dan tidak menemukan senjata api atau bukti apapun tentang penembakan tersebut. 

Kepala polisi Harold Hurtt mengatakan bahwa tampaknya ada perselisihan antara Phillips dan sandera yang tewas, Beverly, tetapi tidak ada penjelasan lebih lanjut dari Hurrt.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi antara kedua pria tersebut," kata Hurtt.

Ia juga menginformasikan bahwa Crenshaw, yang bekerja di area yang sama secara umum, diduga disandera setelah Beverly berhasil ditembak.

"Ia sangat berani, memberikan pengaruh yang menenangkan dalam masalah ini dan tampaknya adanya hubungan yang sangat positif antara dirinya dan tersangka, karena ia tidak pernah kami ketahui mengancam akan melukainya," jelas Hurtt.

Linda, istri Beverly, mengatakan bahwa suaminya adalah seorang spesialis komponen listrik dan baru saja merayakan 25 tahun pengabdiannya di NASA sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Ia mengatakan sang suami pernah menyebut nama Phillips kepadanya, tetapi ia menolak untuk menjelaskan dalam konteks apa.

4 dari 4 halaman

Suasana yang Mencekam Saat Pelaku Beraksi

Mike Coats, direktur Johnson Space Center, mengatakan bahwa pelaku penembakan, Phillips telah bekerja untuk NASA selama 12 hingga 13 tahun dan "sampai baru-baru ini, ia telah menjadi seorang karyawan yang baik."

Selama konfrontasi, para karyawan NASA yang berada di gedung dievakuasi dan yang lainnya diperintahkan untuk tetap berada di kantor selama beberapa jam.

Jalan di dalam kampus pusat antariksa AS seluas 1.600 hektar juga diblokir, dan sebuah sekolah menengah terdekat menahan guru beserta siswanya di dalam gedung saat jam pelajaran berakhir.

Karyawan NASA dan pekerja kontrak diberitahu tentang situasi tersebut melalui sebuah surel.

Michael Zolensky, yang mempelajari debu kosmik, mengatakan para pekerja berkumpul di sekitar televisi sambil menonton laporan berita tentang situasi tersebut.

Presiden Bush, yang menjabat pada masa itu, diberitahu tentang kejadian ini saat ia terbang kembali ke Washington dari sebuah acara di Michigan, kata juru bicara Gedung Putih, Dana Perino.

Jacobs Engineering menyediakan rekayasa untuk stasiun antariksa internasional, pesawat ulang-alik, dan program pesawat luar angkasa lainnya, serta melakukan penelitian dan pengembangan untuk teknologi baru.

Pada tahun 2005, perusahaan tersebut mendapatkan kontrak lima tahun dengan NASA senilai hingga $1,15 miliar atau sekitar Rp18 triliun. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini