Sukses

Efek Secangkir Minuman Panas untuk Membantu Tubuh Merasa Adem

Temukan rahasia menarik di balik efek menenangkan yang tersembunyi dalam secangkir minuman panas. Pelajari bagaimana panas dan dingin mempengaruhi tubuh, serta pandangan para ahli tentang pentingnya hidrasi yang tepat.

Liputan6.com, Jakarta - Saat suhu meningkat, banyak orang cenderung memilih minuman dingin untuk menyegarkan diri. Namun, di sebagian negara seperti Bangladesh, India, Jepang, dan Arab Saudi, teh panas tetap menjadi pilihan sepanjang tahun. Meskipun terasa kontradiktif, banyak orang di negara tersebut merasa segar setelah menyeruput teh panas, bahkan pada hari-hari panas.

Bahkan dalam praktik pengobatan tradisional Tiongkok, ada keyakinan bahwa beberapa jenis teh memiliki sifat yang dapat mendinginkan tubuh meskipun disajikan dalam keadaan panas. Namun, benarkah minuman panas ini memiliki kemampuan untuk meredakan sensasi panas pada hari yang terik?

Melansir dari Live Science pada Selasa (22/8/2023), ternyata benar minuman panas memiliki efek pendingin pada tubuh, tetapi semua itu tergantung pada konteksnya. Hal itu sudah diteliti oleh para ahli, salah satu penelitinya adalah Peter McNaughton.

Menurut penelitian Peter McNaughton, seorang profesor farmakologi dari King's College London yang ahli dalam studi tentang pengaturan suhu tubuh, minuman panas sebenarnya punya kemampuan untuk justru mengurangi suhu tubuh, bukan membuat tambah panas.

Ia menyebut bahwa temuan ini terasa kontraintuitif, namun ia menjelaskan bahwa minum minuman panas dapat efektif dalam menurunkan suhu tubuh manusia, terutama jika lingkungan sekitar tidak terlalu lembap.

Profesor itu menjelaskan dengan sederhana bahwa jika minuman yang diminum lebih hangat daripada suhu tubuh, awalnya mungkin terasa bahwa minuman itu membuat badan terasa lebih panas. Namun, seperti hewan-hewan berdarah panas, manusia juga berusaha untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil.

Penelitian McNaughton menemukan bahwa minuman panas dan makanan pedas merangsang reseptor khusus di saraf manusia yang disebut TRPV1. Reseptor ini memberi sinyal kepada tubuh bahwa diperlukan pendinginan. Sebagai respons, tubuh mulai mengeluarkan keringat.

Ketika keringat bercucuran di kulit, hal ini bisa membuat manusia merasa tidak nyaman. Namun, jika ada angin sepoi-sepoi atau kipas angin yang mengembuskan udara, keringat akan lebih cepat menguap, membawa serta panasnya.

Secara keseluruhan, Peter McNaughton mengungkapkan, "Kehidupan kita sangat tergantung pada proses berkeringat.”

Berkeringat memiliki peran penting dalam memungkinkan manusia bertahan hidup dalam suhu ekstrem tertinggi yang pernah tercatat di bumi, terutama di lingkungan panas dan kering. Namun, dalam kelembaban tinggi, efektivitas keringat berkurang karena udara sudah jenuh dengan uap air dan sulit menyerap lebih banyak dari kulit.

Itulah sebabnya mengapa dalam kelembaban tinggi, kita harus mencari suhu yang lebih rendah untuk tetap nyaman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengoptimalkan Minuman untuk Mengatur Suhu Tubuh

Pada tahun 2012, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Acta Physiologica menemukan bahwa ketika keringat menguap secara total, minuman panas memiliki potensi untuk sementara waktu membantu mendinginkan tubuh secara keseluruhan.

Penelitian ini mengamati orang yang bersepeda dengan kecepatan yang cukup tinggi, menghasilkan angin sepoi – sepoi di lingkungan yang rendah kelembabannya, kondisi yang ideal untuk penguapan keringat.

Sebaliknya, minuman yang dingin dapat menurunkan suhu tubuh dan menginduksi otak untuk mengurangi produksi keringat guna mengembalikan suhu tubuh ke tingkat normal.

Pada tahun 2018, sebuah tulisan ilmiah menyatakan bahwa ketika kondisi memiliki angin yang minim, kelembaban yang tinggi, atau hambatan lain terhadap penguapan keringat yang efektif, contohnya mengenakan pakaian berat seperti yang biasa dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran. Dalam studi kasus itu, dirasa jauh lebih masuk akal untuk meredakan suhu tubuh dengan cara mengonsumsi es yang sudah dihancurkan.

McNaughton menjelaskan, "Minum air dingin akan membuat Anda merasakan sensasi dingin yang masuk ke dalam tubuh. Itu juga cenderung mengurangi jumlah keringat yang diproduksi. Jika Anda sudah berkeringat, hal itu mungkin bisa memberikan manfaat yang penting!"

Ada aspek penting lain yang memungkinkan minuman panas membantu menjaga suhu tubuh tetap dingin, yaitu dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi sehingga kita dapat berkeringat. Dalam situasi normal, tubuh bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan minuman teh panas atau minuman dingin, tetapi tidak bisa melakukan hal serupa jika kita kekurangan cairan.

McNaughton menegaskan bahwa yang terpenting adalah memastikan tubuh kita tidak kekurangan cairan. Tidak peduli apakah minuman itu panas, dingin, ataupun memiliki suhu netral. Profesor itu mengatakan bahwa hal terpenting adalah tetap terhidrasi.

3 dari 3 halaman

Pentingnya Keseimbangan Cairan Tubuh

Cini Bhanu, seorang peneliti di University College London yang fokus pada studi tentang hidrasi di kalangan orang tua di Inggris, telah memperhatikan kebiasaan minum teh panas dan berkafein yang umum di kalangan mereka.

Dia menyebutkan, "Banyak dari mereka minum teh sambil berpikir bahwa seharusnya mereka minum lebih banyak air putih.”

Berdasarkan penjelasan Bhanu kepada Live Science, terungkap bahwa minum banyak teh, seperti 10 cangkir, tetap bermanfaat untuk menjaga kebutuhan hidrasi tubuh. Mengingat bahwa penurunan sensitivitas terhadap rasa haus adalah hal umum ketika usia semakin bertambah, Bhanu menyarankan agar orang tua terus mengonsumsi air sepanjang hari, tanpa harus menunggu sampai merasa haus terlebih dahulu.

Orang yang biasanya menambahkan krim, gula, atau garam ke dalam teh mereka juga akan mendapat manfaat ekstra, karena hal ini membantu menggantikan elektrolit yang hilang melalui keringat, dengan prinsip yang serupa dengan yang digunakan oleh minuman isotonik.

Matt Brearley, seorang konsultan yang ahli dalam isu panas di lingkungan kerja, juga telah mengamati adanya pemahaman yang keliru mengenai suhu dan hidrasi minuman, meskipun dalam arah yang berbeda.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Safety and Health at Work pada tahun 2017, ia menemukan bahwa meskipun banyak pekerja di luar ruangan lebih suka minum air dingin, mereka seringkali menghindarinya karena mengkhawatirkan bahwa sensasi dingin akan mengganggu keseimbangan tubuh mereka. Karena pandangan ini, mereka pada akhirnya mengonsumsi cairan lebih sedikit sehingga kurang terhidrasi.

Seperti pandangan yang diutarakan oleh Bhanu, Brearley menyarankan agar individu merasa nyaman dengan preferensi mereka dalam menjaga hidrasi. Namun, dia juga menekankan bahwa asupan cairan saja tidak cukup untuk menjaga pekerja di luar ruangan tetap nyaman pada hari-hari yang sangat panas, mereka juga memerlukan dukungan lain, seperti istirahat yang lebih sering dan akses ke pendingin udara.

Brearley beroperasi di wilayah Australia yang dikenal dengan cuaca panas dan lembab, dimana keringat ekstra tidak memberikan manfaat untuk mendinginkan pekerja. Ia menyarankan bahwa ketika menghadapi heat stress, yaitu kondisi saat tubuh kesulitan menghilangkan panas berlebih, sebaiknya manusia menghindari minum minuman panas, walaupun ia mengakui bahwa situasi seperti ini jarang terjadi.

Walaupun minuman panas seperti teh bisa memberikan rasa segar di musim panas saat sedang istirahat, pilihan ini tidak begitu populer di kalangan pekerja lapangan. Dalam situasi di mana pekerja memiliki kebebasan dalam memilih suhu minuman, para pekerja yang berada di daerah tropis lebih cenderung memilih minuman yang dingin atau bahkan sangat dingin, demikian pendapat Brearley.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.