Sukses

26 Juli 1952: Eva Peron Ibu Negara Argentina yang Brilian Meninggal Akibat Kanker

Eva Duarte de Peron, istri Presiden Argentina, meninggal karena kanker pada usia 33 tahun.

Liputan6.com, Buenos Aires - Sejarah mencatat hari sebagai momen duka bagi masyarakat Argentina. Sang ibu negara meninggal dunia.

Eva Duarte de Peron, istri Presiden Republik Argentina, meninggal karena kanker. Ia berpulang pada usia 33 tahun pukul 20.25 waktu setempat di kediaman resmi presiden, ditemani sang suami, Jenderal Juan Domingo Peron.

Dilansir dari BBC On This Day, kabar wafatnya diumumkan oleh Sub-sekretariat Informasi pada pukul 21.42 di hari yang sama, sekitar satu jam setelah Eva Peron meninggal.

Presiden Dewan Deputi, Dr. Campora, segera mengajukan rancangan undang-undang kepada Kongres, menyatakan bahwa 26 Juli akan menjadi hari berkabung nasional sejak itu.

Pemerintah kemudian juga mengumumkan masa berkabung atas kematian Eva Peron secara resmi selama 30 hari.

Berita menyebar ke seluruh negeri hingga Ratu turut mengirimkan pesan belasungkawa kepada presiden Argentina. Bunyinya, "Saya mengucapkan belasungkawa mendalam saya dan rakyat saya atas kehilangan yang Anda dan rakyat Argentina alami dengan wafatnya istri Anda yang brilian dan setia."

Jenazah Eva Peron mengenakan gaun malam putih, ia dibawa ke Kementerian Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, di mana akan diarak selama dua hari.

Kemudian, jenazah akan dipindahkan ke Konfederasi Umum Buruh.

Ia adalah Ibu Negara Argentina yang paling terkenal, ia juga diproklamirkan sebagai "pemimpin rohaniah bangsa Argentina" oleh Kongres.

Eva lahir dengan nama Maria Eva Duarte pada 7 Mei 1919 di desa Los Toldos. Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara yang lahir dari Juana Ibarguren dan Juan Duarte. 

Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia tujuh tahun, karena itu keluarganya berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Sebelum berusia 20 tahun, Eva pindah ke Buenos Aires untuk mengejar cita-citanya di bidang teater.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ibu Negara Pertama Argentina

Eva bertemu dengan Kolonel Juan Domingo Peron pada tahun 1944 ketika menjabat sebagai wakil presiden dan sekretaris perang, setelah pertemuan itu mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 1945.

Tahun berikutnya, Jenderal Peron menjadi presiden. Istrinya mendedikasikan waktunya untuk rakyat miskin, yang disebut descamisados (mereka yang tak berbaju), di Argentina dan selama tujuh tahun berikutnya, ia membawa kelas pekerja ke posisi kekuasaan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dia mengorganisir massa rapat politik dan menghabiskan jutaan pound sterling atau sekitar belasan miliar rupiah saat ini dari uang publik untuk kaum miskin. Dia juga memberikan hak suara kepada perempuan dan melegalkan perceraian.

Namun, masa-masa Peronis (era Peron) itu kontroversial.

Meskipun dielu-elukan sebagai juara sosial dan dikagumi oleh kalangan pekerja, Eva atau Evita, sebagaimana dia dikenal, ditakuti dan dibenci oleh militer dan kelas atas.  Mereka menganggapnya sebagai ancaman dan percaya bahwa dia menggunakan posisinya di pemerintahan untuk mewujudkan ambisi pribadinya.

Pada tahun 1951, dia dinominasikan sebagai calon wakil presiden tetapi terpaksa mundur setelah tekanan dari militer.

Penampilan publik terakhirnya adalah pada 4 Juni tahun 1952, ketika dia berdiri di samping suaminya dalam sebuah mobil terbuka selama upacara pelantikan masa jabatan presiden keduanya.

 

3 dari 3 halaman

Sosoknya Selalu Dikenang

Pada tahun 1955, Jenderal Peron digulingkan dalam kudeta militer dan melarikan diri ke Spanyol.

Jasad Evita yang diawetkan kemudian dipindahkan dan keberadaannya menjadi misteri hingga tahun 1971.

Akhirnya terungkap bahwa jasadnya telah berada di kuburan rahasia selama 14 tahun dengan menggunakan nama seorang biarawati di pemakaman Milan. Jasadnya dikembalikan kepada Jenderal Peron di Spanyol.

Pada tahun 1973, Juan Peron kembali ke Argentina setelah bertahun-tahun dalam pengasingan untuk memulai masa jabatan ketiganya sebagai presiden.

Jenazah istrinya dibawa kembali ke Argentina pada November 1974, empat bulan setelah kematian Jenderal Peron.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.