Sukses

Remaja 13 Tahun Pelaku Penembakan di SD Serbia Tewaskan 9 Orang, Ayah dan Ibunya Juga Ditangkap

Serbia yang merupakan salah satu negara dengan tingkat kepemilikan senjata tertinggi di dunia didera penembakan di sekolah. Pelaku masih remaja dibawah umur dan masih dalam masa penyelidikan.

Liputan6.com, Belgrade - Seorang remaja laki-laki melakukan aksi penembakan di sebuah sekolah yang berlokasi di ibu kota Serbia, Beograd.

Penembakan di Vladislav Ribnikar Elementary School terjadi pada Rabu 3 Mei 2023 pagi waktu setempat, tepat setelah pelajaran dimulai. Delapan anak dan seorang penjaga keamanan serta beberapa lainnya luka parah, dilaporkan CNN pada hari Kamis (4/5/2023).

Adapun korban meliputi tujuh anak perempuan dan satu anak laki-laki tewas, bersama penjaga keamanan, kata Kepala Polisi Beograd Veselin Milic dalam konferensi pers.

Seorang siswi berkewarganegaraan Prancis termasuk di antara mereka yang tewas pada Rabu, kata kementerian luar negeri Prancis.

Sisanya ada enam anak lagi dan satu guru yang dirawat di rumah sakit, kata Kementerian Dalam Negeri Serbia.

Pelaku disebutkan sebagai siswa berusia 13 tahun yang bersekolah Vladislav Ribnikar Elementary School. Ia diduga telah membuat sketsa penyerangan di atas kertas bekas, yang kemudian diperlihatkan pihak berwenang pada konferensi pers.

Dia sendiri yang menelepon polisi setelah penembakan, kata pihak berwenang.

Penembakan dimulai tidak lama setelah para siswa tiba untuk memulai hari belajarnya di Sekolah Dasar Vladislav Ribnikar, sebuah institusi pendidikan terkenal di Vračar, daerah kelas atas di ibu kota Serbia.

 

Penembakan ini merupakan peristiwa langka dan mungkin belum pernah terjadi sebelumnya di Serbia, sehingga mengejutkan masyarakat setempat dan sekitarnya. Serbia dikenal memiliki undang-undang ketat mengenai senjata api, meski tingkat kepemilikan senjata tetap tinggi di negara itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kronologi Kejadian

Tersangka melepaskan tembakan di ruang kelas sejarah “karena letaknya di dekat pintu masuk sekolah".

Dia membunuh penjaga keamanan terlebih dahulu, kemudian pergi ke ruang kelas lain di mana dia menembak beberapa teman sekolahnya, kata Kepala Polisi Belgrade Veselin Milić. Remaja itu kemudian menelepon polisi dan menunggu untuk ditangkap di halaman sekolah.

Anak laki yang diduga penembak itu kemudian terlihat dituntun keluar gedung sekolah dengan tangan diborgol, jaket menutupi kepalanya, dan ia terlihat mengenakan celana jins ketat berwarna biru.

Dia diapit oleh petugas dan dibawa pergi dengan mobil polisi.

Menurut Menteri Dalam Negeri Serbia, Bratislav Gasic, bocah itu membawa dua senjata dari rumah. “Orang tua itu memiliki beberapa senjata dan menguncinya. Brankas itu memiliki kode. Jelas anak itu memiliki kodenya karena dia berhasil mendapatkan kedua senjata itu. Dan tiga frame masing-masing berisi 15 peluru.”

Milić, kepala polisi, mengatakan bocah itu juga membawa pistol 9mm dan pistol kaliber kecil di dalam tas, serta empat bom molotov.

Akhirnya, ayah dan ibu tersangka juga ditangkap.

Kantor kejaksaan mengatakan sang ayah diperintahkan untuk ditahan hingga 48 jam karena "dicurigai telah melakukan tindak pidana Pelanggaran Serius terhadap Keamanan Umum."

Tersangka yang berusia 13 tahun itu kabarnya ditempatkan di institusi psikiatri khusus, kata Presiden Serbia Aleksandar Vucic seraya menambahkan bahwa tersangka penembakan tidak menunjukkan penyesalan.

Untuk penyelidikan lebih lanjut, darah pelaku diambil untuk analisis toksikologi agar dapat menentukan jika dia di bawah pengaruh alkohol, narkotika, atau zat psikoaktif lainnya pada saat penembakan.

"Semua keadaan dari kasus ini, bagaimana dia mendapatkan senjatanya, serta motif kejahatan keji ini sedang diselidiki," kata sebuah pernyataan.

3 dari 4 halaman

Keluarga Korban

Para orang tua murid sedang berjuang untuk menerima peristiwa penembakan itu.

Ayah dari salah satu siswa mengatakan bahwa dia lari ke sekolah untuk mencari putrinya setelah melihat polisi di tempat kejadian, menurut afiliasi CNN.

“Anak saya masih shock dan penuh adrenalin, kami belum bisa menenangkannya,” kata seorang ibu.

Ayah murid lain menceritakan pagi yang kacau. “Saya sedang menuju ke bank, dan saya melihat sekelompok polisi. Itu sekitar jam 8:50. Saya langsung datang berlari dan kemudian melihat psikolog sekolah, staf sekolah, para guru yang shock,” kata sang ayah kepada CNN.

“Polisi datang dengan cepat, dari apa yang saya lihat. Saya bertanya 'Di mana anak saya?', seorang pria mengatakan bahwa guru sejarah itu ditembak. Saya kembali ke apartemen untuk melihat jadwal anak saya, dan dia benar ada di kelas sejarah. Saya membawa istri saya dan kembali ke lokasi,” katanya.

“Saya juga melihat seorang satpam tergeletak di bawah meja, dalam lingkaran darah. Lalu saya melewati pintu untuk mencari petugas. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya bertanya ‘Di mana anak saya?’ dan tidak ada yang mengatakan apa-apa,” kata sang ayah.

Pria itu kemudian mengetahui bahwa putrinya telah lolos tanpa cedera.

Sementara, seorang siswi yang terluka dalam penembakan itu memiliki luka yang mengancam jiwa dan sedang menjalani operasi, bersama dengan korban luka lainnya.

4 dari 4 halaman

Peristiwa Langka

Presiden Serbia Vucic menyarankan pada konferensi pers pada hari Rabu bahwa pemerintah harus mempertimbangkan untuk menurunkan usia tanggung jawab pidana negara itu.

Undang-undang saat ini menyatakan bahwa anak di bawah umur harus berusia minimal 14 tahun untuk dapat dituntut secara pidana, dengan Vucic menyarankan usia tersebut harus diturunkan menjadi 12 tahun.

Dia membenarkan sarannya dengan berargumen bahwa “anak-anak saat ini menjadi dewasa lebih awal” dan menambahkan bahwa pemerintah perlu berkonsultasi dengan hukum internasional ketika mempertimbangkan sarannya.

Vucic menambahkan bahwa para pejabat "meragukan bahwa anak laki-laki ini tahu dia tidak akan dituntut," dan juga menyarankan tes anti-narkoba wajib di sekolah setiap enam bulan serta penambahan petugas polisi di sekolah.

Serbia memiliki tingkat kepemilikan senjata yang tinggi setelah konfliknya dengan Kosovo pada tahun 1990-an; sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa negara tersebut memiliki tingkat kepemilikan senjata tertinggi ketiga di dunia, diikat dengan Montenegro dan hanya di belakang AS dan Yaman.

Tetapi negara itu memiliki undang-undang senjata yang ketat dan telah mengeluarkan amnesti bagi pemilik untuk menyerahkan atau mendaftarkan senjata api ilegal, yang berarti penembakan massal relatif jarang terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.